part 2

1K 222 25
                                    

"buset dah"

Baru saja memasuki kamar Nara, cowok itu sudah disuguhi oleh penampilan Nara yang sudah mirip dengan pembunuh bayaran.

"Lo mau ngebunuh siapa Nar? Serem amat dah penampilan lo" cowok itu memperhatikan penampilan adiknya. Celana hitam, Hoodie Hitam yang tudungnya dikenakan diatas kepala ditambah poni yang always menutupi wajahnya.

Berbeda sekali dengan penampilannya. Kaus hitam yang dilapisi jaket denim dan kaki panjangnya dibalut oleh celana jeans coklat. Tak ayal penampilannya yang selalu stylish dan didukung wajahnya yang tampan itu selalu menjadi incaran para gadis-gadis.

"Jadi keluar nggak?" Tanya Nara malas.

"Eh ya jadi dong, ayo" cowok itu menggandeng tangan Nara keluar dari kamarnya.

"Mah, kita keluar dulu yah" pamit cowok itu pada perempuan paruh baya yang tengah menonton televisi.

"Eh? Alhamdulillah Nara mau diajak keluar" Desi, mamah dari keduanya tampak begitu bahagia ketika melihat anak gadisnya mau keluar rumah selain pergi ke sekolah.

"Siapa dulu yang bujuk dong, Ryan gitu loh" ucap cowok itu, Aryan Putra dengan bangga.

"Kamu emang hebat, bisa ngebujuk adikmu yang super nolep ini" ujar Desi memegang kedua bahu putranya.

"Jelas dong mah. Aku bakal bikin Nara jadi remaja pada umumnya" balas Ryan tak kalah
mantap.

"Mamah percaya sama kamu, buat adikmu biar nggak suram lagi"

Nara memutar bola matanya malas. Mereka ini asik menjelek-jelekkan dirinya dihadapan orangnya langsung.

"Bisa aja sih gue sakit hati denger ucapan mereka, tapi gue terlalu males" gumam Nara yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

***

Nara memandang horor bangunan megah dihadapannya. Ia belum beranjak sekalipun dari mobil meskipun sedari tadi Ryan sudah membukakan pintu untuknya.

"Ayo dong Nar keluar, pegel nih tangan" ucap Ryan untuk yang kesekian kalinya.

"Kalo lo males ketemu banyak orang, tinggal tuh pake jurus bayangannya biar mereka nggak pada bisa gerak. Lo kan Nara Shikamaru" Dengan paksa, Ryan menarik tangan Nara hingga gadis itu tertarik keluar.

"Lama kalo nggak begini" ujarnya ketika ia merasa dipelototi dari balik poni itu.

Ryan menggandeng tangan Nara sepanjang perjalanan menyusuri mall. Cowok itu tidak memperdulikan bisik-bisik dari orang yang dilewatinya. Entah memuji ketampanannya ataupun menghina penampilan adiknya yang memang aneh. Tapi sebagai kakak yang baik, ia akan selalu melindungi dan menyayangi adik beda lima menitnya itu.

Sementara Nara sendiri, ia selalu menundukkan kepalanya disepanjang jalan. Salah satu alasan mengapa ia tidak ingin keluar dari dalam mobil tadi, ia akan mendapatkan cibiran dari orang-orang yang dilaluinya.

"Nar Lo mau beli apa? Mau beli gaun? Tank top? Apa hotpants sekalian?" Ujar Ryan menawari ketika mereka masuk kedalam toko pakaian.

Nara hanya menggerutu mendengar ucapan Ryan. Kakaknya itu senang sekali meledeknya, padahal ia jelas tau kalau adiknya itu anti dengan pakaian yang seperti itu. Dirumah saja Nara selalu menggunakan celana panjang dengan kaus oblong. Jika kalian tidak percaya, silahkan obrak-abrik lemari pakaiannya.

Nara berjalan menuju deretan hoodie. Ia mengambil dua hoodie dengan warna yang sama. Hitam.

"Lo udah punya berapa banyak hoodie dirumah Nar, bahkan semuanya warna item" ujar Ryan heran. Memang faktanya hoodie milik Nara itu berwarna hitam semua.

Si Aneh Dan SebelahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang