part 5

897 186 32
                                    

Nara memandang sekelilingnya dengan heran. Sawah? Sejak kapan dirinya berada di sawah?

Dengan masih mengenakan seragamnya, Nara melangkahkan kakinya mencari jalan pulang dari sawah tersebut. Namun sialnya, langkah kakinya terasa begitu berat dikarenakan lumpur basah yang tengah diinjaknya.

Dengan sedikit demi sedikit akhirnya Nara berhasil keluar dari kubangan lumpur tersebut. Kemeja putihnya sudah berbeda warna. Begitupun dengan rok dan sepatunya.

Mata dibalik poni itu seketika berbinar kala melihat seorang bapak-bapak yang hendak memanjat pohon kelapa.

"Pak, permisi" ucapnya sopan.

"Iya neng? Ada apa?" Tanya bapak-bapak itu balik.

"Ini ada dimana yah pak?"

"Oh ini teh ada di *******" anehnya, Nara tidak dapat mendengar kelanjutan yang bapak itu ucapkan.

Hingga tiba-tiba, bapak-bapak tersebut mengeluarkan sebuah golok dari sarungnya yang berada di pinggangnya.

"Ah saya nggak jadi manjat pohon kelapa deh, jadinya nebang pohon aja" ujar bapak-bapak itu dengan raut muka yang semangat.

Bapak-bapak tersebut menebang pohon kelapa yang menjulang tinggi tersebut dengan begitu semangat menggunakan goloknya.

"Hahaha, awas neng nanti kerobohan" ujar bapak-bapak tersebut sembari tertawa girang.

Tak dapat dihindari, pohon kelapa yang begitu besar tersebut roboh menimpa tubuh mungil milik Nara.

"Aaaaaaa!" Mata Nara terbuka dengan sempurna. Keringat membanjiri dengan deras di dahi dan lehernya. Napasnya memburu dengan cepat.

Saat hendak bangun dari tidurnya, ia merasa kesulitan. Ternyata tepat berada diatas tubuhnya sudah ada berbagai macam benda. Mulai dari bantal yang ditumpuk hingga beberapa tumpuk, boneka babi yang besar, hingga tas sekolah miliknya pun ada di sana.

Nara menggeram. Ia hapal betul siapa pelaku dari keisengan tersebut. Siapa lagi kalau bukan Ryan, kembarannya.

"Ryaaannn!!" teriak Nara kesal pada Ryan yang rupanya tengah menertawakannya diambang pintu kamarnya.

"Hmppshh" Ryan membungkam mulutnya agar tidak terus-terusan tertawa. Namun usahanya gagal karena akhirnya ia menyemburkan tawa menggelegarnya.

"HAHAHAHAHAH"

Sekuat tenaga Nara bangkit dari tidurnya hingga beban yang menimpa tubuhnya pun terjatuh. Dilangkahkannya kakinya menuju Ryan yang rupanya masih asik menertawakannya sambil berjongkok.

Dengan sadis, Nara duduk di punggung Ryan dengan tangan yang mencekik leher cowok tersebut.

"Ehhh am-phun n-nhar, mh-mhati nih g-ghue" ucap Ryan terputus-putus karena cengkraman kuat dilehernya.

"Huahhh" Ryan menghirup oksigen dengan rakus setelah Nara melepaskan cekikannya dari sang saudara. Walaupun sedikit terpaksa.

"Gila banget Lo Nar, gue bahkan udah liat malaikat pencabut nyawa tadi" ujarnya memandang kesal sang adik yang nampak diam tidak peduli.

"Kalo aja tadi gue mati, tiap hari gue gentayangin baru tau rasa Lo!"

Seketika Nara memandang Ryan horor. Dirinya paling anti dengan yang namanya setan dan kawan-kawannya.

"Kalo lo berani gentayangin gue, siap-siap aja buat gue bunuh dua kali" ujar Nara dengan mimik serius akibat ketakutan.

"Kalo udah jadi hantu mana bisa dibunuh lagi Suleman" seru Ryan dengan geram.

Si Aneh Dan SebelahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang