part 19

580 107 19
                                    

Aku tak bisa hidup tanpamu. Adalah kalimat paling bullshit!

Oksigen, makanan, air, dan emak bapak Lo bilek.

Oksigen : serius nih? Masa sih?? Yaudah Lo sama doi tapi gw menghilang ya, apa iya Lo masih bisa hidup??
Makanan : balikin semua keluarga gw yang udah Lo telen. Lo kemarin habis berak kan? Itu hasil akhir keluarga gw setan!
Air : Lo kaga bisa sok keren kalo kaga ada gw. Kalo gw ilang lu bakalan bau karna gk bisa mandi, gak bisa cebok! Mampus Lo di pantat Lo ada tai kering.
Emak bapak : sesungguhnya kau ada karna kerja keras kami siang dan malam.

Maap manteman, tadi habis liat salah satu temenku yang alay bikin status WhatsApp kek gitu, jadi eneg liatnya.

/Halah bilang aja lu iri kan karena belum pernah pacaran.

Selamat membaca semuanya!!

***

Ryan masih senantiasa memperhatikan Nara yang tengah melamun dengan pandangan kosong. Hal itu sudah berlangsung sejak beberapa jam yang lalu.

"Nar, ayo makan dulu. Lo dari tadi siang belum makan apa-apa loh" bujuk Ryan untuk yang kesekian kalinya yang hanya dibalas oleh gelengan kepala.

Ryan mengacak rambutnya frustasi. Ia rasanya belum puas membuat Zero babak belur tadi. Yang ia inginkan, membuat Zero mati.

.
.
.
.
.

"ZERO BRENGSEK! LO APAIN ADIK GUE HAH?!!"

Ryan berteriak penuh amarah melihat tubuh adiknya yang ambruk. Ditambah kehadiran laki-laki yang berdiri tenang tak jauh dari posisi Nara.

Zero melirik sekilas Ryan dengan senyum miring di sudut bibirnya. Dengan santai ia berjongkok, hendak membawa Nara kedalam gendongnya sebelum kerah kemeja belakangnya ditarik dengan kasar.

Bugh!

Sebuah bogeman Ryan layangkan pada wajah Zero membuat laki-laki itu sedikit terhuyung kebelakang.

Ryan kembali maju dan mencengkeram erat kerah kemeja Zero dengan pandangan penuh benci dan amarah.

"Lo apain adik gue bangsat?!" tanyanya sambil kembali memberikan tinjuan.

Bugh!

Zero yang mulai terpancing emosi pun menatap Ryan dengan pandangan tajamnya dan tangan yang terkepal kuat.

"Kenapa Lo pengen tau banget? Gue cuman say hi sama adik Lo ini" jedanya sejenak. "Tapi siapa kira respon adik Lo ini sampe segitunya. Apa jangan-jangan dia belum bisa move on ya dari kej--"

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Dengan kesetanan Ryan menyerang Zero tanpa ampun. Akibat serangannya yang brutal itu membuat salah satu rak berisi makanan ringan disitu roboh.

Mereka yang pada awalnya sudah menjadi pusat perhatian, kini terdengar pekikan terkejut dari para pengunjung minimarket.

Tak lama dari itu, beberapa pegawai pria berbadan kekar turun tangan dan menyeret Zero yang memberontak untuk keluar.

Sementara Ryan, kini tengah mengatur nafasnya yang memburu dengan hebat. Tak lama pandangannya tertuju pada Nara yang rupanya telah sadar dan tengah ditenangkan oleh seorang wanita.

Tanpa ba-bi-bu, ia pun menggendong adiknya itu untuk segera pulang.

Namun sebelum itu ia sudah memberikan nomor ponselnya untuk proses ganti rugi.

Si Aneh Dan SebelahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang