Hehe, i'm back! Maaf baru bisa update..
Tanpa berlama-lama, selamat membaca manteman!!
.
.
.
.
.
.
.Hari Minggu kini telah berganti menjadi Senin. Lapangan sekolah ramai para siswa dan guru yang tengah membubarkan diri setelah kurang lebih satu jam berdiri tegak di lapangan melaksanakan upacara bendera.
Deva menoleh kesamping ketika sebuah tangan merangkul pundaknya.
"Gila pak Sunarto lama banget kalo kasih amanah upacara" ucap sang pelaku yang tak lain adalah Doni sambil mengipasi lehernya dengan topi.
Masih dengan melanjutkan langkahnya, Deva melepaskan rangkulan Doni di pundaknya. Ia merasa geli sendiri seorang laki-laki merangkul laki-laki lain. Meskipun tidak ada maksud tertentu.
"Eh eh Dev, gila! Itu anaknya Bu Sri kan? Yang jadi anak baru itu?!" ujar Doni nyaris histeris begitu melihat seorang siswi yang tengah dikerubungi oleh anak OSIS.
"Hm? Mana tau gue" balas Deva acuh tak acuh. Matanya masih memandang ke depan, tepatnya pada punggung Nara yang berjalan beberapa meter didepannya.
"Gila sih dia, cantik banget cuy! Mana badannya juga," Doni bersiul kecil. "Mantep banget lah buat seukuran anak SMA" lanjutnya.
Deva hanya melirik sekilas Doni dan kembali menatap punggung Nara. "Paling juga masih cantikan Nara kemana-mana" ucapnya asal nyeplos.
Doni langsung menoleh 90° begitu mendengar penuturan Deva yang spontan itu. Ia langsung tertawa begitu saja membuat beberapa orang disekitarnya menatap laki-laki berambut ikal itu aneh.
"Iya deh iya deh, yang lagi kasmaran mah beda. Ulululuh belum jadi apa-apanya aja udah keliatan bucinnya. Tapi emang bener sih, masih cantikan Nara. Nara itu kecantikannya udah another level"
Doni terlihat berhenti melangkah dan berpikir sebelum berujar, "Btw Dev, kapan Lo bakal ngungkapin rasa Lo sama Nara? Entah kenapa gue rasa bakal banyak halangan kalo Lo nggak sesegera mungkin nembak Nara"
Ucapan Doni barusan sukses membuat langkah Deva turut terhenti dan menatap temannya dengan alis mengkerut. Kini mereka berdiri di pinggir tangga yang menghubungkan lantai satu ke lantai dua, dimana kelas mereka berada.
"Maksud lo gimana?" tanya Deva yang membuat Doni menghembuskan nafasnya kesal. Mulai lagi sifat bloon Deva mengenai percintaan.
"Ya gitu. Firasat gue mengatakan, bakal banyak halangan dan masalah kedepannya yang akan menghampiri Lo maupun Nara. Inget ya, jangan pernah meragukan firasat seorang Aldoni Razif Akbar. Karena firasat gue itu udah mirip firasat seorang ibu kepada anaknya" jelasnya panjang.
Deva termenung. Ia tidak meragukan firasat Doni. Sama sekali tidak. Karena benar seperti yang Doni katakan, firasat laki-laki itu sudah seperti firasat seorang ibu kepada anaknya.
Pernah suatu hari, saat itu Deva, Doni dan beberapa teman sekelas mereka saat kelas sebelas pergi ke sebuah club. Itu adalah pengalaman pertama Deva dan Doni berkunjung ke tempat yang biasanya dikunjungi oleh orang dewasa itu. Mereka saat itu merasa sudah dewasa karena sudah memiliki kartu tanda penduduk.
Didalam club itu Doni dan Deva hanya duduk di kursi dekat bartender sembari meminum minuman alkohol dengan kadar yang paling rendah. Sementara teman mereka yang lainnya sudah asik berjoget dengan liarnya di dance floor.
Melihat teman-temannya yang tengah berjoget bersama banyak orang, tiba-tiba Doni berbicara pada Deva. Kalau ia mempunyai firasat buruk pada salah satu teman mereka yang bernama Ilman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Aneh Dan Sebelahnya
Fiksi RemajaNamanya Kinara Putriana. Si introvert berpenampilan aneh yang mempunyai visi misi penting selama masa SMA nya, menjadi tidak terlihat. Dua tahun belakangan ini, ia bisa mencapai keinginannya untuk menarik diri dari lingkungan. Hingga, di tahun ketig...