part 10

848 162 23
                                    

Awalnya tujuan aku nulis cerita itu ya buat nyari pembaca, tapi nyari pembaca itu susahnya minta ampun.

Banyak yang ngomong juga, nulis cerita itu untuk dikonsumsi sendiri dulu. Tamat kan dulu cerita yang kamu buat. Masalah pembaca yang sepi itu terakhiran aja. Yang penting kamu udah berhasil buat cerita hasil karya kamu sendiri, tentunya jangan copas ya!

Jadi aku mau tetep nulis cerita aku sendiri walaupun pembaca di part sebelumnya sedikit, bahkan nggak ada.

Dan buat kalian yang udah mau baca, aku ngucapin terimakasih banyak banyak.

So, happy reading gaisuu
.
.
.
.
.
.
.
.

Deva pikir, mungkin dirinya sudah gila. Ya, bagaimana tidak. Selama hidup kurang lebih delapan belas tahun, baru kali ini ia melakukan hal yang menurutnya konyol.

Dibalik pohon beringin yang rindang itu, Deva duduk diatas motor matic kesayangannya. Sudah lebih dari lima belas menit ia hanya diam mengawasi halte bus tak jauh dari tempatnya.

Ia kembali teringat dengan obrolannya dengan Doni beberapa hari yang lalu.

"Dev".

"Hmm" Deva yang sedang menuangkan sambal di siomay nya hanya menggumam.

"Lo nggak ada kepenginan buat lebih deket sama Nara?".

Mendengar topik pembicaraan kali ini, Deva mengentikan aksinya yang sedang mengaduk bumbu kacang tersebut.

"Ya jelas pengin lah, banget malah" jawabnya lesu.

"Tapi Lo tau sendiri kan gimana Nara, susah banget buat dideketin" sambungnya lagi.

Doni tampak mengangguk-anggukkan kepalanya paham. Enam tahun satu sekolah dengan cewek aneh tersebut, membuat dirinya sedikit-sedikit paham akan sifatnya.

"Itu artinya Lo harus lebih kerja keras, bro".

"Maksudnya?".

Doni tampak membetulkan posisi duduknya agar lebih nyaman.

"Lo selama ini nggak berusaha buat deketin dia. Yang Lo lakuin cuma memperhatikan sama curi-curi pandang, udah gitu aja" Doni terkekeh melihat reaksi salah tingkah Deva. Ini temannya benar-benar nol dalam urusan percintaan.

"Terus gue harus gimana?".

"Lo harus berani keluar dari zona nyaman Lo. Lo harus berani berbuat lebih dari apa yang selama ini Lo lakuin" jelas Doni yang rupanya masih belum dapat dipahami oleh Deva.

"Duh kok gue malah jadi kesel sendiri yah, jadi gini nih Dev. Lo harus bertindak lebih jauh lagi, eumm.. istilahnya agresif lah".

"Ag-agresif?".

"Iy-a,.. wahh jangan pikirin yang kotor kotor dulu Lo" ucap Doni setelah paham akan yang dipikirkan oleh temannya itu.

"Gini nih, kalo tiap hari asupannya Maria Ozawa"    ujar Doni menggelengkan kepalanya dengan telunjuk yang bergoyang-goyang.

"Dih! Mana ada, gue asupannya itu Mia Khalifa yah" ucap Deva mengelak.

"Weh! Itu ayang bebebnya gue itu!" Seru Doni cukup keras membuat perhatian sebagian orang dikantin terarah kepadanya.

"Apaan?! Dia nya nggak mau kali punya laki macem lo yang dakinya setebel kumisnya pak Suripto".

"Mana ada! Yang ada tuh si Mia Khalifa yang ngemis ngemis akan kasih sayang sama gue!".

Si Aneh Dan SebelahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang