part 12

710 136 12
                                    

Happy reading!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Nara tengah menonton televisi diruang keluarga saat ini. Seorang diri. Desi, mamahnya sedang ada acara dengan ibu-ibu tetangga yang lain. Kalau Nara tak salah ingat, dasawisma namanya.

Sementara kakaknya yang berkelakuan nauzubillah itu belum pulang juga setelah mereka bertemu tak sengaja di cafe tadi.

Nara menonton televisi yang tengah menayangkan kartun Marsha and the bear dengan malas. Kalau ia menjadi beruang, ia sudah memakan gadis cilik merepotkan itu sedari awal. Setelah itu kehidupannya akan tenang tanpa gangguan iblis berwujud bocah cebol itu. Dan yang pasti, kartun Marsha and the bear tidak akan ditayangkan untuk anak kecil, karena tindakan sadisnya.

Meraih remotnya, Nara mengganti saluran. Kini ia berganti menonton acara gosip.

"Ck, penting banget gitu, artis makan pake piring aja disorot" decaknya tak habis pikir. Dalam dunia artis, hal tidak penting pun dibuat seolah sangat penting. Seperti contohnya, artis membeli mobil baru, langsung disorot. Artis liburan keluar negeri, lagi-lagi disorot. Sangat tidak penting dan unfaedah menurutnya.

Lagi, Nara mengganti saluran televisi menjadi sinetron azab.

"Mending nonton ini, biar bisa nyeramahin Ryan biar tobat, kalo nggak nanti kuburannya banyak kerupuknya" Nara berbicara ngawur.

Nara menonton sinetron azab dengan khusyuk. Tak mau tertinggal dialognya sedikitpun.

"Halo sister, serius amat nonton ajabnya" tiba-tiba Ryan muncul dan duduk disampingnya masih menggunakan jaket merah yang tadi siang dipakainya.

"Ryan, Lo kudu tobat. Kalo nggak nanti kuburan lo kaga mau kebuka" Nara tak membalas sapaan Ryan, malah berbicara ngawur ke saudara kembarnya itu.

"Gue sih nggak takut kena azab gituan yah, secara gue kan orang Sholeh" Nara hanya bisa mencibir mendengar penuturan penuh percaya diri dari Ryan.

Ryan melirik Nara yang masih asik menonton. Tiba-tiba, ide jahilnya kembali menemukan ide.

"Aduh duh duh, Nar! Nara, jari gue sakit banget" serunya keras melihat jari telunjuk kanannya yang tiba-tiba menekuk kaku.

Nara yang sebenarnya tak ingin percaya, namun melihat ekspresi Ryan yang tampak meyakinkan mau tak mau merasa khawatir. Bagaimanapun juga Ryan itu kembarannya, walaupun sifatnya rada somplak.

"Kenapa emangnya?!" tanya Nara yang ikutan panik melihat jari Ryan yang menekuk.

"Gak tau, sakit. Tolong tarikin Nar!"

Nara terlihat ragu-ragu. Namun ia tetap melakukan yang diperintahkan Ryan. Ia menarik jari telunjuk Ryan, dan...

Tut!

"Aahhh legaa"

Nara seketika mendatarkan ekspresinya yang tadi sempat khawatir. Sialan! Ia ditipu oleh kampret satu ini!

Bagaimana bisa, ia sudah cemas dan takut Ryan mati yang nantinya ia akan merasa kesepian, dan ternyata dirinya hanya ditipu. Nara buru-buru menjauh dari Ryan karena merasa hidungnya tertusuk sesuatu yang tidak terlihat, namun mematikan.

"Hehehe, kentut ternyata nikmat yah Nar" Ryan nyengir menampilkan gigi, yang sebenarnya sangat ingin Nara katakan gigi kuning namun pada kenyataannya gigi itu putih dan rapih.

Ryan menoleh kearah Nara mendapati dirinya diacuhkan. Cowok itu meneguk ludah kasar melihat Nara yang sudah mengambil ancang-ancang untuk segera menerkamnya.

Si Aneh Dan SebelahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang