part 11

752 151 25
                                    

Mumpung baterai hp masih banyak, aku up deh. Iya tau, aku masih pake hp ngetiknya bukan pake laptop.

Yodah deh, Happy reading gaisuu
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Dev"

Deva menoleh pada Nara yang barusan memanggil namanya setelah sekian menit hanya diam.

"Lo udah punya pacar?"

Tubuh Deva menegang ditempatnya. Ada apa Nara menanyakan hal seperti itu padanya?!

"E-emangnya kenapa?" sial! Deva merutuki mulutnya yang berbicara gugup seperti itu.

Nara tidak langsung menjawab. Walaupun tak dapat langsung melihat, namun Deva tahu kalau Nara sedang memandang lurus ke depan.

Bolehkah Deva berkhayal sebentar saja? Apa mungkin selama ini Nara juga menyukainya, maka dari itu menanyakan hal seperti ini padanya? Tidak ada yang tidak mungkin kan?

"Gapapa sih, tuh liat" Nara menunjuk sepasang kekasih yang tengah berpegangan tangan padahal tidak sedang menyeberang jalan.

Sementara itu Deva sudah ingin memusnahkan dirinya. Untung saja tadi ia tidak menanyakan secara langsung pada Nara apakah ia menyukainya. Huh, jika saja itu benar-benar terjadi Deva tak tau lagi harus seperti apa.

Katakan sialan pada pertanyaan random Nara!

***

"Nara!"

Gadis pemilik nama tersebut hanya mengehela nafas. Sudah beberapa hari ini teman sekelasnya yang berambut gelombang itu selalu menempelinya.

"Hmm?"

"Lo nggak ke kantin?" tanya Mita yang kini sudah duduk di bangku depan Nara.

"Nggak akan"

Mita, gadis itu masih saja tersenyum lebar walaupun mendapatkan penolakan dari Nara. Entahlah, setelah kejadian kerja kelompok dirumahnya saat itu, ia bisa sedikit merubah pandangannya terhadap Nara.

Nara yang awalnya menurutnya sombong dan menakutkan itu kini berubah dimatanya, menjadi keren dan menakjubkan. Maka dari itu ia berusaha mendekati gadis aneh itu, untuk dapat berteman dengannya.

"Terus Lo nggak jajan?" tanyanya lagi.

"Nggak laper"

Mita menggembungkan pipinya. Sudah beberapa hari ini ia mendekati Nara, dan hasilnya selalu sama. Ditolak. Ia hanya bisa mengekori Nara ketika gadis itu pergi, tak terkecuali toilet.

Bahkan, demi dapat berteman dengan Nara, Mita kini menjadi dijauhi oleh teman se geng nya dulu. Ya walaupun Mita tidak merasa menyesal sih. Lagipula mereka hanya berteman dengannya untuk memoroti uangnya saja.

Kan lumayan, semenjak Mita tak bermain dengan gengnya itu ia bisa menabung untuk beli skincare.

"Ya dibikin laper dong"

Nara memandang gadis dihadapannya aneh. Orang tidak lapar kok dipaksa lapar. Kan aneh, seaneh dirinya.

"Yaudah gini aja deh, Lo pilih mana, sekarang ke kantin atau nanti pulang sekolah ke cafe?" sungguh, Mita adalah gadis yang tangguh dan pantang menyerah. Berikan apresiasi untuknya!.

Nara mendesis pelan. Ketenangannya semakin hari semakin terganggu, belum lagi Deva yang kini semakin sering mendekatinya. Entah tidak sengaja bertemu di jalan saat hendak sekolah, ataupun pulang sekolah bersama. Yang jelas, akhir-akhir ini ia selalu pulang pergi dengan cowok idaman sekolah tersebut.

Si Aneh Dan SebelahnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang