4. Panik

190 180 71
                                    

"Ahh, gila seger banget." Ujar Mira begitu air mengalir di tenggorokannya.

Begitu selesai melaksanakan penilaian lari tadi, mereka langsung pergi menuju kantin untuk membeli air minum.

"Untung tuh guru lagi baik, jadi kita dibolehin ke kantin." Sahut Anna.

"Sarah, lo kalo sama kita nggak usah canggung gitu. Kita nggak gigit kok." Ujar Luna.

Ya, saat ini mereka bersama Sarah. Luna yang mengajaknya tadi. Ia ingin agar Sarah bisa lebih terbuka ketika bersama orang lain. Tidak lagi mengasingkan diri di pojokkan.

"Eh, iya. Ehm makasih ya kalian mau temenan sama aku."

"Sans aja Sar, kita mah nggak masalah temenan sama siapa aja, selagi orang itu nggak menjerumuskan kita ke hal-hal negatif. Iya nggak guys?" Ujar Anna.

"Yaul."

"Ganti baju yuk, lengket nih." Ajak Luna. Mereka pun berdiri dan melangkah menuju loker untuk mengambil seragam kemudian pergi ke kamar mandi.

Mereka sudah selesai berganti pakaian. Dan kini mereka tengah berjalan di koridor menuju kelas. Keadaan koridor sekarang masih sepi, dikarenakan memang belum waktunya jam istirahat. Jadi mereka bisa bebas berjalan beriringan. Tak peduli jika mereka akan menghalangi jalan.

Begitu hampir sampai kelas, mereka melihat siswi-siswi di kelas mereka sedang berada di luar kelas. Ada yang duduk di lantai, di bangku, bahkan yang berdiri pun ada. Sedangkan pintu kelas dalam keadaan tertutup.

"Kalian kenapa pada diluar?"

"Itu mak, pintunya kayaknya diganjel sama meja, nggak bisa dibuka soalnya." Jawab Rere yang kini sedang duduk di lantai.

"Wah, ngajak ribut nih pada." Luna menggulung lengan bajunya keatas. Ia menatap ke arah pintu dengan tatapan tajam.

"Woi! Buka pintunya!" Teriak Luna sembari menggedor-gedor pintu kelas.

"Buka woi!"

Teriakan Luna barusan membuat kelas sebelah merasa terganggu, sampai-sampai guru yang mengajar keluar dari kelas dan menghampiri Luna.

"Ada apa ini?"

🍃🍃🍃

"Ada apa ini?"

"Weh anjir, suaranya bu Nela!" Teriak Ardi dengan suara yang tidak terlalu keras. Ia duduk di meja yang dekat dengan pintu, otomatis ia mendengar apa yang terjadi di luar, walau tidak terlalu jelas.

"Cepetan singkirin mejanya woi. Buruan!" Teriak Naufal panik. Pasalnya bu Nela adalah salah satu guru yang terkenal killer.

"Aduh, gimana ini? Gue panik, gue panik!"

"Cepetan singkirin mejanya!"

"Cepet woi!"

"Ini juga lagi disingkirin kali. Bantuin kek, malah teriak-teriak nggak jelas."

Begitu meja terakhir disingkirkan, pintu kelas langsung terbuka menampilkan bu Nela yang menatap tajam mereka, jangan lupakan Luna yang juga melakukan hal sama.

"Ada yang bisa menjelaskan?"

Mereka semua saling menyikut satu sama lain. Tidak ada yang berani membuka suara saat ini.

"Pak, jawab." Ujar Bayu pelan kepada Naufal.

"Eh, anu bu. Si Jono yang nyuruh tadi."

(Not) PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang