Anyeong
Gimana kabarnya hari ini? Baik dong ya, baik lah pasti.
.
.Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini
Happy Reading
.
.
."Sialan lo. Ini nih, yang dinamain sepupu laknat. Kualat tau rasa lo."
"Kayak yang ngomong kagak aja." Gerutu Luna.
"Awas awas." Luna menyingkirkan kaki Gery dan mendudukkan dirinya di samping Gery.
"Ger, lo kalau mau pulang, pulang aja. Nggak papa kok, lagian ini udah sore barangkali lo mau mandi."
Gery terdiam sejenak sembari berpikir.
"Lo beneran nggak papa gue tinggal?" Tanya Gery.
"Nggak papa."
"Ya udah, kalau gitu gue balik ya. Nanti gue kesini lagi sekalian bawa ganti buat lo."
Gery mengusap pelan kepala Luna yang sontak membuat gadis itu merengut.
"Kebiasaan."
"Gue balik ya."
"Hush hush." Usir Luna.
Kemudian Gery pun pergi keluar dari ruang rawat Indi meninggalkan Luna dan Indi dalam ruangan bernuansa putih itu.
Luna merogoh saku roknya untuk mengambil ponsel pintar miliknya. Ia mengetikkan pin di ponselnya terlebih dahulu untuk membukanya. Setelahnya ia membuka aplikasi kontak untuk mencari nomor seseorang. Begitu menemukannya, ia menekan panggilan pada nomor tersebut.
Berkali-kali Luna melakukan panggilan, berkali-kali pula panggilan itu tidak diangkat. Entah saking sibuknya atau apa, Luna tidak tahu.
Luna pun memutuskan untuk menaruh ponselnya di sofa, kemudian ia bangkit dan kembali mendudukkan dirinya di kursi yang ada si samping ranjang sang Mama. Ia tak bosan-bosan untuk menggenggam tangan Indi seraya dalam hati berdoa untuk kesembuhan Mamanya itu.
Tiba-tiba saja Luna melihat Mamanya yang kini sedang mengerjapkan sepasang matanya. Dengan segera, Luna memencet tombol yang ada di samping nakas untuk memanggil dokter.
Ia menatap Mamanya yang kini mulai membuka matanya dengan mata yang berbinar. Ucapan syukur terus terucap dari bibirnya.
Tak lama kemudian, seorang dokter dan perawat masuk kedalam ruangan dan langsung memeriksa keadaan Indi.
"Gimana dok, kondisi Mama saya?" Tanya Luna begitu sang dokter selesai memeriksa.
Dokter yang diketahui bernama Ridwan itu tersenyum ke arah Luna. "Syukurlah, kondisi ibu kamu sudah membaik. Sebentar lagi makan malam akan diantar, pastikan pasien makan walau hanya sedikit."
"Baik dok, terimakasih."
"Kalau begitu, saya permisi."
Dokter Ridwan pun keluar diikuti oleh perawat. Begitu pintu tertutup dengan sempurna, pandangan Luna teralihkan menuju Mamanya. Senyuman tak pernah luntur dari wajah cantiknya.
"Ma, Mama nggak papa kan? Nggak ada yang sakit? Kalau ada yang sakit bilang sama Luna ya."
"Kamu diam! Kamu justru membuat kepala saya sakit!"
Senyuman yang tadi terpatri di wajahnya seketika hilang begitu mendengar bentakan dari Mamanya. Binar bahagia yang tadi terpancar di wajahnya pun hilang digantikan dengan tatapan sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Perfect
Teen FictionTidak akan ada akibat jika tidak ada sebab. Tidak akan ada asap jika tidak ada api. *** Luna Odelia Yasmin. Gadis yang selalu terlihat sempurna di mata semua orang. Sikapnya yang ramah, baik, membuat banyak orang menatapnya kagum sekaligus iri. Tet...