Happy Reading
.
.
."Ini pak ongkosnya." Luna menyerahkan selembar uang lima ribuan kepada supir angkot. Kemudian ia turun dari sana dan mulai memasuki pekarangan sekolahnya yang luas.
Luna berjalan sambil sesekali memastikan jika lukanya tak terlihat. Beberapa siswa menyapanya dan berakhir dengan dirinya yang menyapanya balik.
Walaupun hari masih terbilang pagi, yakni pukul setengah tujuh, tapi sudah banyak siswa yang berlalu lalang. Ada yang bercanda bersama temannya, ada yang duduk bersantai di depan kelas, dan masih banyak lagi.
Luna memasuki kelasnya. Bukannya duduk di tempatnya, Luna justru berjalan menuju pojok kelas dimana itu adalah tempat Sarah. Ia duduk di samping Sarah dan tersenyum menatap Sarah yang belum meyadari kehadirannya.
"Hai."
"Eh, hai." Sarah menengok mengalihkan pandangannya dari buku.
"Luna. Kemarin kata Naufal kamu habis pingsan, kamu sakit?"
"Enggak kok. Cuma kecapekan aja."
"Beneran?" Tanya Sarah memastikan.
"Iyaa. Tenang aja, gue kan strong." Ujar Luna sembari mengangkat tangannya ke atas seolah mengatakan jika ia kuat. Hal itu membuat Sarah terkekeh pelan.
Rambut Luna sedikit bergerak membuat lukanya sedikit terlihat.
"Luna, itu pelipis kamu kenapa?"
"Enggak kok. Kemarin nggak sengaja jatuh terus kepentok tembok. Untung aja nggak benjol." Untungnya Luna sudah memikirkan jawaban yang pas untuk jaga-jaga jika ada temannya yang bertanya. Jadi ia tidak bingung untuk menjawabnya.
"Tapi itu sampe biru gitu lho."
"Nggak papa. Aman, udah gue obatin juga. Paling bentar lagi sembuh." Ujar Luna sembari tersenyum agar terlihat meyakinkan.
"Beneran?"
"Astaga Sarah, lo nggak percayaan banget sih sama gue. Ini cuma lebam, nggak bakal bikin gue mati. Dah ah, gue mau naruh tas."
Luna berdiri kemudian melangkah menuju tempat duduknya. Ia menaruh tasnya di sana kemudian duduk. Ia mengambil ponsel dan membuka aplikasi berwarna oranye guna melanjutkan cerita yang belum selesai dibacanya.
"SELAMAT MORNING GUYS." Luna terlonjak kaget mendengar suara teriakan barusan. Ia mendongak dan menatap si pelaku.
Ia menggeram pelan ketika tahu siapa itu. Ingin sekali ia menghabisinya sekarang juga. Apalagi melihat wajahnya yang terlihat sangat menyebalkan.
Luna merogoh kolong mejanya. Ia menemukan sebuah pensil di sana. Dengan penuh kekesalan, Luna melempar pensil itu tepat mengenai kepala Jono.
"Anjir! Sapa nih yang lempar pala gue?"
"Gue! Kenapa?"
Jono yang melihat Luna seketika kicep. Tidak berani untuk melanjutkan tujuannya yang ingin memaki si pelaku. Ia masih sayang nyawa, tidak mau jika dirinya berakhir apes di tangan Luna.
"Eh Emak ternyata. Enggak kok, cuma nanya aja, kirain siapa tadi yang lempar." Ujarnya cengengesan.
"Makanya nggak usah teriak pagi-pagi. Bikin kuping budeg aja."
"Ampun Mak. Nggak lagi-lagi deh. Jangan marah, serem." Dengan cepat Luna memelototi Jono yang langsung membuat cowok itu menyengir sembari mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya ke atas.
"Mampus." Ejek Naufal yang sedari tadi ada di samping Jono. Dalam hati Jono mengumpati Naufal yang justru sangat senang jika dirinya ternistakan.
🍃🍃🍃
![](https://img.wattpad.com/cover/244796461-288-k957793.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Perfect
Teen FictionTidak akan ada akibat jika tidak ada sebab. Tidak akan ada asap jika tidak ada api. *** Luna Odelia Yasmin. Gadis yang selalu terlihat sempurna di mata semua orang. Sikapnya yang ramah, baik, membuat banyak orang menatapnya kagum sekaligus iri. Tet...