18. Cinta Itu Butuh Perjuangan

109 70 102
                                    

Happy Reading guys
.
.
.

Bel istirahat baru saja berbunyi, hal itu membuat Naufal bergegas menuju kantin untuk membeli sesuatu untuk seorang gadis yang kini sedang berada di ruang uks. Siapa lagi jika bukan Luna. Gadis yang mampu membuat seorang Naufal sampai rela berlarian sepanjang koridor untuk mencapai kantin. Belum lagi ia harus antri untuk membelikan Luna bubur ayam. Walau bel baru saja berbunyi, tetap saja suasana kantin ramai. Semua siswa tentu saja akan berlomba-lomba pergi ke tempat tersebut ketika mendengar bunyi bel istirahat.

Ketika sebungkus bubur ayam serta sebotol air putih sudah di tangannya, Naufal kembali berlari untuk menuju uks. Tentunya ia tetap berhati-hati agar tidak sampai menabrak seseorang, karena jika hal itu terjadi, bisa saja makanan yang ada di tangannya akan jatuh ke lantai.

Sesampainya di uks, Naufal langsung menuju ke tempat dimana Luna berada. Dapat dilihatnya jika saat ini Luna sedang memejamkan matanya-tertidur. Bibir Naufal menampilkan senyuman yang manis saat melihat wajah Luna yang terlihat menggemaskan saat sedang tertidur, menambah kadar ketampanan Naufal semakin meningkat.

Walau ini bukan pertama kalinya Naufal melihatnya, tetap saja rasa senang hinggap di dirinya. Dengan perlahan Naufal berjalan menuju samping ranjang. Disingkirkannya rambut yang menutupi wajah cantik gadis itu. Menggemaskan, benar-benar sangat menggemaskan. Itulah hal yang kini bersarang di kepala lelaki itu.

Dirasa puas memandangi wajah itu, Naufal menepuk pelan pipi Luna, berusaha membangunkannya, "Lun, bangun."

Tidak ada tanda-tanda jika gadis itu akan bangun. Sekali lagi, Naufal mencoba membangunkannya, "Luna bangun, makan dulu."

Beberapa detik setelahnya, mata itu terbuka. Menatap Naufal bingung. Maklum saja, nyawanya belum terkumpul dengan sempurna.

"Bangun. Jangan merem lagi." Ujar Naufal ketika melihat Luna kembali memejamkan matanya, berniat kembali memasuki alam mimpi.

"Iya iya." Gumamnya.

Luna mengucek matanya, kemudian berniat untuk duduk. Dengan sigap, Naufal membantunya.

"Thanks."

"Sama-sama. Gimana keadaan lo?"

"Udah mendingan, tapi masih sedikit pusing."

"Oh iya, nih bubur buat lo. Makan gih, habisin. Biar cepet sembuh." Naufal menyerahkan bungkusan yang berisi bubur ayam itu kepada Luna.

Luna mengambil bungkusan itu dengan enggan. Masih ingat bukan, jika Luna tidak bisa memakan bubur? Makanan bertekstur halus itu pasti akan kembali keluar jika dimasukkan ke dalam mulutnya. Tapi Luna juga tidak mungkin menolaknya karena Naufal sudah berbaik hati membelikannya.

"Sekali lagi thanks ya Fal."

"Santai aja, dah makan gih." Dielusnya kepala Luna pelan, membuat gadis itu sontak menundukkan kepala.

Luna merasa jika pipinya memanas sekarang, jantungnya pun berdegup cukup kencang, dan jangan lupakan perutnya yang terasa seperti ada yang berterbangan di dalam sana. Adakah dari kalian yang tahu apa yang baru saja dialami Luna?

"EMAK!"

Luna seketika mendongak ketika mendengar teriakan yang memanggil namanya. Terkejut? Tentu saja. Tapi Luna bersyukur karena Mira, Anna, Jono, serta Syarif datang pada waktu yang tepat.

"Bangke lu Jon. Budeg kuping gue." Omel Syarif sembari mengusap telinganya. Bayangkan saja, Jono berteriak tepat di samping telinganya.

"Maap sengaja, hehee."

(Not) PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang