Anyeong👋
Semua hal mempunyai sisi negatif dan sisi positif. Tetapi kebanyakan orang hanya menilai dari sisi negatifnya saja tanpa mau tahu sisi positifnya.
☆☆
Happy Reading Guys
Saat ini jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Luna dan Gery masih ada dalam ruang rawat Indi. Dengan Gery yang kini masih bermain game dan Luna yang sedang tiduran di sofa dengan paha Gery yang dijadikan sebagai bantalan.
Kedekatan mereka berdua memang tak diragukan lagi. Bahkan ketika sedang jalan berdua, orang yang melihatnya mengira mereka adalah pasangan kekasih. Padahal bagi Luna, Gery hanyalah manusia tengil yang dengan beruntungnya ditakdirkan oleh Tuhan untuk menjadi sepupunya.
"Ger, udah malem. Lo nggak mau pulang?"
Gery langsung mengalihkan pandangannya dari ponsel ke arah Luna.
"Maksudnya lo ngusir gue, gitu?"
"Bukan gitu bego. Kasihan Azam sendiri di rumah. Lo bilang kan om Yusuf sama tante Aul lagi pergi." Azam adalah adik dari Gery. Umur mereka berdua terpaut cukup jauh, yaitu enam tahun. Azam saat ini masih duduk di bangku SMP kelas 1. Sedangkan Yusuf dan Aul adalah orangtua Gery. Keduanya sedang ada perjalanan bisnis ke luar negeri jadi tidak bisa menjenguk Indi yang sedang terbaring di rumah sakit.
"Biarin aja. Udah gede juga, dia bisa jaga diri."
"Heh! Nggak becus banget lo jadi abang. Tante Aul nitipin Azam sama lo, ya lo harus jagain lah. Sana balik, ntar gue aduin tante Aul tau rasa lo."
"Iya iyaa. Cepu banget pake ngancem segala."
Gery bangkit dari duduknya dengan ogah-ogahan sembari mengangkat kepala Luna. Ia kemudian mengambil kunci mobil yang diletakkannya asal di sofa.
"Titip salam buat Azam ya."
"Hmm."
"Bye bye sepupu terjelekku." Gery yang sedang berjalan menuju pintu pun melirik Luna dengan tatapan tajamnya. Sedangkan Luna, ia terkikik geli melihatnya.
"Lama-lama gue buang ke rawa-rawa lo."
"Emang tega bang?"
"Gue bukan tukang bakso." Ujarnya ketus, kemudian membuka pintu dan menutupnya kembali.
Melihat Gery yang kesal membuat Luna lagi-lagi terkikik geli. Sejak dulu Gery memang tidak suka jika ada yang memanggilnya abang, katanya panggilan itu hanya untuk abang tukang bakso dan sebagainya.
🍃🍃🍃
Luna mengerjapkan matanya perlahan. Ia kemudian melihat jam dinding yang ada disana. Ternyata pukul setengah lima. Semalam, begitu Gery pulang, Luna ketiduran di sofa.
Luna bangkit dan mengucek matanya. Kemudian ia berjalan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Setelahnya ia keluar dari ruangan Mamanya untuk pergi ke musholla. Kemarin Gery lupa membawa mukena Luna jadi setiap memasuki waktu sholat, Luna harus pergi ke musholla dan meminjam mukena disana.
Setelah selesai ia kembali ke ruang rawat Mamanya. Luna membuka pintu dengan perlahan. Begitu masuk, ia melihat Indi yang sudah terbangun dan kini menatapnya.
"Mama mau minum? Luna ambilin ya." Luna mengambil gelas yang ada di nakas dan memberikannya pada Indi, tetapi Indi justru menepisnya dengan kasar dan menyebabkan gelas itu pecah menjadi serpihan-serpihan kecil yang mampu membuat seseorang terluka jika mengenainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Perfect
Teen FictionTidak akan ada akibat jika tidak ada sebab. Tidak akan ada asap jika tidak ada api. *** Luna Odelia Yasmin. Gadis yang selalu terlihat sempurna di mata semua orang. Sikapnya yang ramah, baik, membuat banyak orang menatapnya kagum sekaligus iri. Tet...