Happy Reading Guys
.
.
.Setelah kepergian Naufal tadi, Luna terdiam. Ia memegang dadanya yang masih berdegup cukup kencang. Untung saja Naufal tidak dapat mendengarnya, jika bisa, mau di taruh dimana wajahnya?
Pandangan Luna beralih pada vitamin yang diberikan Naufal padanya. Benar, ini adalah vitamin yang kemarin diminumnya saat berada di rumah Naufal. Kemarin sebelum pulang, Naufal sudah memperingatinya untuk membawa vitamin itu, tapi Luna lupa.
Sepertinya ia memang harus lebih sering mengonsumsi vitamin agar tubuhnya selalu vit. Luna mengambil vitamin itu dan memasukkannya ke dalam tas.
🍃🍃🍃
"Katanya tadi lo nggak mau ke sini?" Tanya Jono ketika melihat Naufal berjalan mendekat ke arahnya. Mereka kini sedang berada di kantin.
"Lo lama."
"Ya maap. Kan gue sama si Sarap makan dulu." Syarif menjitak kepala Jono yang dengan seenaknya mengganti namanya.
"Emang bego ya lo. Nama gue S-Y-A-R-I-F bukan sarap. Baca aja kagak bisa. Begonya kebangetan." Ujar Syarif dengan sengaja mengeja namanya. "Nih Pak, pesenan lo tadi." Syarif menyerahkan kresek yang berisi pesanan Naufal.
"Thanks." Naufal membuka bungkusannya dan mulai memakannya dalam diam. Tidak ia pedulikan sama sekali kedua temannya yang masih berdebat. Pikirannya masih tertuju pada kejadian tadi. Apa yang harus dilakukannya jika bertemu Luna nanti?
"Pak. Woi, elahh, malah ngelamun. Pak!" Jono yang sudah memanggil-manggil Naufal sedari tadi, tapi cowok itu justru asik melamun sambil mengaduk-aduk makanannya.
"Pak!"
"Hah? Apaan?" Naufal menoleh dan menatap Jono bingung.
"Lo kenapa sih, Pak? Dari tadi ngelamun mulu, mikirin apaan?" Tanya Syarif penasaran.
"Atau, jangan-jangan lagi mikirin Emak, ya?" Ujar Jono dengan nada jahil.
Sial. Kenapa Jono bisa tahu apa yang ada di fikiran Naufal sekarang? Apa Jono mempunyai kelebihan untuk membaca pikiran orang lain? Naufal langsung menepis hal itu. Tidak mungkin orang seperti Jono mempunyai kelebihan seperti itu.
"Nggak usah sok tahu."
"Apa sih, yang nggak gue tahu di dunia ini?"
"Semuanya." Ujar Naufal dan Syarif bersamaan. "Satu kali nol aja lo nggak tahu." Lanjut Naufal. Ia ingat, saat itu Jono ditanyai oleh guru satu dikali nol, dan Jono menjawab satu. Satu kelas sontak menggelengkan kepala, merasa heran. Entah seberapa ukuran otak Jono sampai-sampai pertanyaan yang begitu mudah saja tak bisa dijawabnya.
"Lah anjim, masih inget aja." Ujar Jono pelan sembari menggaruk tengkuknya.
"Waktu itu tuh gue ngantuk. Jadi ya nggak tahu, tiba-tiba nih mulut ngucap begitu."
"Alah alasan. Bilang aja emang nggak bisa." Ujar Syarif.
"Nggak usah sok tahu deh lo. Gue yang ngalamin jadi gue yang tahu."
"Lanjutin aja terus. Gue mau ke kelas." Naufal berdiri dan meninggalkan mereka berdua.
"Eh, woi Pak. Tungguin napa. Gara-gara elo sih, jadi pergi kan dia." Ujar Syarif menyalahkan Jono lalu pergi mengejar Naufal, meninggalkan Jono yang kini sedang kebingungan dan menunjuk dirinya sendiri.
![](https://img.wattpad.com/cover/244796461-288-k957793.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Perfect
Teen FictionTidak akan ada akibat jika tidak ada sebab. Tidak akan ada asap jika tidak ada api. *** Luna Odelia Yasmin. Gadis yang selalu terlihat sempurna di mata semua orang. Sikapnya yang ramah, baik, membuat banyak orang menatapnya kagum sekaligus iri. Tet...