Happy Reading
.
.
.Selepas kepergian Luna barusan, seisi kelas bertanya-tanya tentang apa yang terjadi kepada Luna, sehingga sampai menyebabkan Luna bisa sepanik itu. Karena tidak biasanya Luna terlihat sepanik itu. Apa ada sesuatu yang terjadi padanya? Itulah yang melintas dipikiran mereka semua.
"Eh Mir, btw yang tadi ngobrol sama Emak siapa? Ganteng banget, berasa liat jodoh." Ujar Rere seraya tertawa pelan.
"Jodoh pala lu, halu mulu emang nih bocah. Tapi gue juga baru liat sih. Doinya kali."
"Wah, nggak bisa dibiarin nih. Nanti yang ada Bapak jadi duda dong." Ujar Jono tiba-tiba.
"Heh! Kebiasaan banget lu ya, kalo ada orang ngomong mesti nyamber."
"Lho, terserah gue dong. Mulut, mulut gue."
"Serah lo dah. Kesel gue lama lama ngomong sama lo."
Mira pergi dengan menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Jika sudah berbicara dengan Jono ya pasti ujung-ujungnya emosi.
Mira menghampiri Anna yang sedang bermain ponsel di tempat duduknya. Ia mendudukkan dirinya disamping Anna dan menatap Anna dengan serius.
"Anna." Panggilnya.
"Apa?" Sahut Anna tanpa mengalihkan pandangannya. Ia masih asik dengan kegiatannya men-scroll beranda instagram yang menampilkan gambar oppa-oppa Korea.
"Coba telfon Emak dong. Gue khawatir nih."
"Emang hp lo mana?"
"Lowbat. Ayolah, telfonin ya? Kan pulsa lo banyak tuh."
"Iya iya, gue telfonin."
Anna keluar dari laman instagram dan beralih menuju kontak untuk mencari nomor Luna. Setelah menemukannya ia langsung melakukan panggilan. Beberapa kali menelfon namun tak ada jawaban dari Luna. Sampai panggilan kesekian, Luna baru menjawab.
"Halo."
"Halo mak. Lo kenapa kelihatan panik banget tadi?" Tanya Mira langsung to the point.
"Gue ada urusan mendadak."
"Tapi lo lagi nggak ada masalah kan?"
"Nggak ada kok. Gue boleh minta tolong nggak?"
"Minta tolong apa? Kita berdua siap sedia kok."
"Tolong, motor gue lo bawa pulang ya? Terserah mau dibawa siapa, ntar kalo sempet gue ambil. Kuncinya tadi kebetulan ketinggalan di kolong meja."
"Oke. Ntar gue bawa deh, kebetulan gue nggak bawa kendaraan." Ujar Mira.
"Thank's ya Mir..."
"Ayo Lun. Udah sampe."
"Eh udah dulu ya. Nanti gue telfon lagi. Bye."
Panggilan dimatikan sepihak oleh Luna. Anna pun menaruh ponselnya dan menatap Mira.
"Mir, gue kok ngerasa kayak ada yang ditutup-tutupin sama Luna ya? Tadi suaranya juga kayak panik gitu."
"Gue juga ngerasa gitu. Nanti coba kita tanyain lagi deh."
🍃🍃🍃
Sementara itu, Luna dan Gery baru saja sampai di rumah sakit. Luna turun dari mobil dengan tergesa dan sedikit berlari menuju kamar yang ditempati oleh Mamanya. Gery pun mengikutinya dari belakang. Ia tahu pasti saat ini Luna sangat khawatir dengan keadaan Mamanya sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/244796461-288-k957793.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Perfect
Teen FictionTidak akan ada akibat jika tidak ada sebab. Tidak akan ada asap jika tidak ada api. *** Luna Odelia Yasmin. Gadis yang selalu terlihat sempurna di mata semua orang. Sikapnya yang ramah, baik, membuat banyak orang menatapnya kagum sekaligus iri. Tet...