9. Seleksi

149 147 73
                                    

Happy Reading
.
.
.

"Ger, gue nitip Mama dulu ya." Luna dan Gery saat ini masih ada di dalam ruang rawat Indi.

"Mau kemana lo?"

"Gue mau pulang sebentar buat ambil keperluan." Luna mengambil tasnya dan memakai sepatunya. Ia berdiri kemudian merogoh saku roknya untuk mencari kunciran untuk menguncir rambut panjangnya.

"Gue pulang ya, nitip Mama."

Luna berjalan di koridor rumah sakit dengan sesekali bersenandung kecil. Pandangannya mengarah kedepan. Tak lupa ia tersenyum kepada orang yang dilewatinya.

Brakk

Saat di belokkan koridor, sesuatu menabrak kaki Luna, untung saja ia tidak terjatuh. Tetapi sayangnya yang menabraknya justru jatuh terduduk tepat di depannya. Luna langsung berjongkok ketika mengetahui seorang anak kecil lah yang menabraknya. Anak kecil itu memakai pakaian yang sama oleh Mamanya, pakaian rumah sakit.

"Eh, kamu nggak papa? Maafin kakak ya? Pasti sakit kan? Ayo, kakak bantu berdiri." Luna membantu anak laki-laki itu untuk berdiri. Dan menuntunnya untuk duduk di kursi yang tak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini.

Anak yang tampan. Itulah pendapat Luna ketika melihat wajah anak itu. Sesekali ia meringis sembari memegangi bokongnya.

"Ini bukan salah kakak kok. Aku yang salah udah lari-lari tadi. Maafin aku ya kak?"

"Kakak maafin. Emang kenapa kamu lari-lari pake baju pasien gini? Atau jangan-jangan kamu lagi kabur ya?"

Anak itu justru menampilkan cengirannya. Ternyata tebakannya benar. Anak itu pasti kabur dari orangtuanya.

"Nama kamu siapa?"

"Nama aku Kenzo, kak. Tapi biasa dipanggil Ken. Nama kakak siapa?" Anak itu terlihat sangat menggemaskan ketika menyebutkan namanya.

"Nama kakak Luna. Sekarang kakak tanya, kenapa kamu kabur?"

"Ken bosan kak. Ken disuruh minum obat terus. Ken nggak suka sama rasanya, pahit." Luna terkekeh mendengarnya. Sungguh, Ken sangat menggemaskan, rasanya Luna ingin mengantonginya dan membawanya pulang ke rumah saat ini juga.

"Ken, yang namanya obat itu pahit. Ken mau pulang kan?"

Kenzo mengangguk.

"Nah, itu artinya kamu harus minum obat yang teratur. Biar cepet sembuh, terus pulang deh."

"Tapi aku udah sembuh kak. Nih liat nih, Ken udah bisa loncat." Kenzo langsung berdiri dari duduknya dan melompat-lompat untuk membuktikan pada Luna jika dirinya sudah sembuh.

"Udah, udah. Nanti kamu capek. Sini, duduk lagi." Kenzo menurut, ia menghentikan lompatannya dan kembali duduk di samping Luna.

"Emang kamu sakit apa sih?"

"Kata Mama Kenzo sakit demam berdarah."

Luna melirik sekilas benda yang melingkar di tangan kirinya. "Eh Ken, udah sore nih. Yuk, kakak anterin ke ruangan Ken. Kasihan nanti keluarga kamu nyariin kamu. Yuk."

Luna mengulurkan tangannya mengisyaratkan pada Kenzo supaya anak itu mau menggenggam tangannya.

"Oh iya kak, kak Luna kenapa ada disini?" Tanya Kenzo ketika mereka sedang berjalan menuju ruang rawat anak itu.

"Kakak nemenin Mama kakak."

"Mama kakak kenapa?"

"Mama kakak habis jatuh."

(Not) PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang