Happy Reading
.
.
.Bel masuk jam pertama sebentar lagi berbunyi. Dan Luna masih belum datang membuat Mira dan Anna cemas. Biasanya beberapa menit sebelum bel berbunyi pun Luna sudah datang. Tapi sekarang sampai bel hampir berbunyi pun dia masih belum datang.
"Duh, Ann. Ini Emak kemana sih? Nggak biasanya lho dia kayak gini, gue jadi cemas."
"Bukan lo doang Mir, gue juga cemas. Semoga aja Emak nggak kenapa-napa. Gue coba telfon lagi deh."
Anna mengerutkan keningnya. Ia seperti mendengar dering telpon Luna, ia sudah sangat hafal dengan nada dering itu. Ia paham karena nada dering pada handphone adalah lagu kesukaan gadis itu, Epiphany. Tidak salah lagi. Anna memutar kepalanya ke segala arah, tapi tidak ada Luna di sini.
"Mir, lo denger nggak? Ada suara nada dering hp Emak. Tapi nggak ada dia di sini."
"Coba telfon lagi deh. Siapa tau tadi itu cuma kebetulan aja."
Anna kembali menelpon, dan hasilnya tetap sama. Bunyi itu kembali terdengar ketika Anna menelponnya. Tidak salah lagi, itu pasti handphone Luna.
"Halo."
Anna kembali mengernyit. Kenapa suara itu terdengar dari dua arah sekaligus. Satu dari telepon, dan satu dari belakang. Anna sontak menoleh.
"LHO. Kok hp Emak sama lo sih Pak? Lo nggak nyolong kan?" Tanya Anna dengan sedikit berteriak. Mira yang mendengar teriakan Anna langsung menoleh ke arah Anna dengan pandangan bertanya.
Naufal jadi bingung sendiri bagaimana cara menjawab pertanyaan Anna. Bodohnya dirinya, tidak mematikan handphone Luna tadi. Mampus gue. Rutuknya dalam hati.
"Enak aja nyolong. Lo kira gue apaan?"
"Ya terus, kenapa tuh hp ada sama lo?"
"Gue semalem nemuin Luna pingsan di jalan. Gue nggak tau mau bawa dia kemana, jadi gue bawa dia balik."
"Terus sekarang Luna gimana?" Tanya Anna dan Mira bersamaan dengan nada panik.
"Dia udah baik-baik aja. Niatnya nanti pulang sekolah gue mau nganter dia balik."
"Gue pulang ke rumah lo ya? Mau liat Emak."
"Mending nggak usah deh. Dia udah baik-baik aja. Besok juga dia udah bisa berangkat."
"Ya udah deh."
Mira dan Anna sangat ingin melihat keadaan Luna. Mereka ingin menyambangi rumah Luna, tetapi tidak ada satu pun dari kelas ini yang tahu di mana rumah Luna. Terkadang mereka merasa heran dengan Luna yang tidak pernah mau memberitahukan alamat rumahnya. Apakah sesusah itu untuk mengungkapkannya?
"Kelas berasa sepi kalau nggak ada Emak. Nggak seru." Ujar Jono tiba-tiba dari arah belakang. Mereka pun mengangguk setuju. Tak lama, bel jam pertama berbunyi membuat semua siswa kembali ke tenpat duduk masing-masing.
🍃🍃🍃
Luna melirik ke arah jam dinding. Sebentar lagi bel pulang sekolah berbunyi. Luna ingin Naufal cepat-cepat pulang dan setelahnya ia bisa kembali ke rumah. Andai saja Naufal tidak mengancamnya, sudah dipastikan Luna sudah pulang sedari tadi.
Rasanya sangat membosankan hanya berdiam diri di dalam kamar seperti ini. Apalagi ini bukan kamarnya. Sela tadi mewanti-wanti dirinya untuk tetap diam di dalam kamar supaya istirahat.
Sedari tadi Luna sudah mencoba untuk memejamkan matanya, tapi tetap tidak bisa. Fikiran Luna saat ini tertuju pada kedua orangtuanya. Apakah mereka akan memarahinya setelah pulang nanti? Luna berharap hal itu tidak terjadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) Perfect
Teen FictionTidak akan ada akibat jika tidak ada sebab. Tidak akan ada asap jika tidak ada api. *** Luna Odelia Yasmin. Gadis yang selalu terlihat sempurna di mata semua orang. Sikapnya yang ramah, baik, membuat banyak orang menatapnya kagum sekaligus iri. Tet...