D.27

7.7K 1.5K 95
                                    


Sorry for typo(s)





Malam itu, Haechan memilih untuk tidur di rumah sakit sedangkan kedua orang tuanya pulang supaya beristirahat lebih nyaman daripada tidur di sofa kamar inap. Satu jam sebelum jam besuk habis, Jaehyun datang membawa makanan yang dimasak oleh Yoona untuk kedua putranya.


Dalam satu wadah itu, Haechan menyuapi sang adik dan dirinya secara bergantian. Jaehyun hanya mengamati dengan senyuman.


"Hyung sudah makan?" tanya Jaemin sembari menelengkan kepalanya pada lelaki Jung yang sedang duduk di sofa.



"Sudah, tadi sebelum ke sini. Dihabiskan, nanti aku yang kena marah oleh Ibu kalian," sahutnya bergurau.



"Oke!" seru si bungsu Choi dengan riang dan kembali fokus membuka mulutnya lebar untuk menerima suapan dari Haechan.




Tak ada suara selain sendok yang beradu dengan wadah makan, napsu makan Jaemin jauh lebih meningkat ketika sudah merasakan masakan sang ibu. Pemandangan lahapnya sang adik membuat Haechan menyunggingkan senyum lebar. Sering kali ditegur oleh si bungsu Choi juga karena terlalu fokus menyuapi.



Pada suapan-suapan terakhir, sang adik beralih tugas untuk menyuapi Haechan. Mereka lebih banyak bercanda yang berakhir Jaemin mendapat tatapan datar sang kakak.



Setelah selesai, Haechan membereskan peralatan makan di sana. Maniknya melirik pada Jaehyun yang justru sedang melamun, tidak ada senyuman di sana melainkan ekspresi mengamati. Kedua alis si sulung Choi terangkat, ia menoleh pada Jaemin yang sedang memejamkan mata sembari bersandar pada bantal karena kekenyangan.




Bahkan saat Haechan berjalan mendekat, pandangan lelaki Jung itu masih belum teralihkan. Apa yang dilihatnya dari Jaemin di sana? Sikapnya ini menyadarkan si sulung bahwa selama tinggal bersama, jarang sekali Jaehyun berinteraksi dengan sang adik.




Setiap kali Jaemin memulai pembicaraan, lelaki berlesung pipi itu seakan mengalihkan pandangan dan hanya menjawab dengan singkat tetapi masih memberikan senyuman. Tetapi, tetap saja terasa canggung seakan Jaehyun memberi jarak di antara mereka.



Manik Haechan mengerjap beberapa kali di sana, ia termenung memikirkan satu kemungkinan.



"Hyung?" panggilnya lebih keras sampai membuat Jaehyun terperanjat.




"Eh, iya? Ada apa, Haechan?" dari nada suara dan gerak-gerik saja sudah terlihat jelas bahwa Jaehyun memang tidak fokus.




Begitu memberikan wadah makan, Jaehyun berpamitan. Atensi mereka beralih ketika mendengar dengkuran halus dari si bungsu, Haechan menggelengkan kepala melihatnya padahal anak itu belum meminum obat.



Kemudian, si sulung Choi menawarkan untuk menemani Jaehyun untuk keluar sampai setidaknya pada pintu rumah sakit. Sebenarnya, Haechan juga memastikan supaya lelaki Jung itu pulang tanpa diikuti oleh makhluk-makhluk di rumah sakit.



Sepanjang lorong rumah sakit sudah terlihat sunyi, hanya ada beberapa orang yang duduk dengan fokus pada ponsel. Sudut mata Haechan melirik satu sosok anak kecil yang berlari ke sana kemari. Meskipun tidak mengganggu tetap saja risih didengar oleh telinganya.



"Kenapa, Chan?" manik Haechan mengerjap kemudian menoleh pada Jaehyun yang memasang wajah bingung, "Tanganmu dari tadi bergerak seperti mengusir sesuatu. Ada ya?"



Baru disadari oleh si sulung ketika tangan kanannya terulur sembari bergoyang karena ia tengah menghalau anak kecil tersebut untuk tidak berlarian di sekitaran mereka. Haechan terkekeh sembari menganggukkan kepala.



Dovana✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang