Sorry for typo(s)
Sekolah menjadi kegiatan baru dari kembar, kebiasaan mereka yang mungkin setiap berada di rumah adalah bermain dan menonton televisi sekarang berkutik dengan buku-buku mewarnai dan belajar membaca. Kamar mainan pun disulap menjadi ruang belajar, segala papan tulis kecil ada di sana.
Dua minggu telah dilewati, Yoona bisa bernapas lega ketika menyadari bahwa si kembar sudah jarang menggunakan keistimewaan yang dimiliki. Mereka larut dalam senangnya mengenal tentang angka, huruf, warna dan nama hewan atau apapun yang diajarkan di sekolah.
Yang sangat menonjol adalah Haechan, si sulung benar-benar mengabaikan sisi istimewanya. Dia selalu fokus dengan pelajaran dan buku-buku sekolah, berbeda dari sang adik. Sesekali Jaemin masih menanggapi mereka yang tidak terlihat dan berakhir dengan sang kakak yang mengusir.
"Ya, bagaimana ya. Jaemin itu tidak bisa 'jahat' kemudian mengabaikan mereka begitu saja. Beda sekali dengan Haechan yang masa bodoh."
Itu kalimat yang terlontar dari mulut Siwon melihat perbedaan dua anaknya. Ada keinginan untuk menutup mata batin si kembar, ia mencari seseorang yang tepat dan pernah bertanya para Jun Han. Namun, pria itu mengatakan sesuatu yang membuatnya penasaran sampai sekarang.
"Jangan, bisa jadi anak-anakmu suatu saat nanti bisa membantu seseorang."
"Seseorang? Siapa?"
"Ya kusarankan, jangan dulu saja."
Kemudian Siwon teringat tentang keahlian Renjun. Terkadang, hal seperti ini membuatnya berada di antara percaya atau tidak. Akan tetapi, Haechan dan Jaemin juga tidak mengada-ada kan?
"Ayah, besok ganti mobil saja."
Kalimat tersebut terlontar secara tiba-tiba dari mulut Haechan, keluarga kecil itu sedang berkumpul di ruang belajar. Alis Yoona terangkat sembari menatap sang suami gang bahkan belum berhasil memasukkan potongan brownies ke mulutnya.
Pria itu mencondongkan tubuh pada kedua putranya yang duduk di belakang meja belajar kecil, usulan tadi disetujui oleh si bungsu sembari berdiri.
"Seram sekali! Bibinya menangis, rambutnya panjang terus ada darah di wajah dan perut. Nana pernah tanya, katanya diperkosa. Itu apa, Ma?" tanya Jaemin dengan wajah polosnya.
Manik Yoona terpejam sejenak mendengar pertanyaan tersebut, ia menggelengkan kepala kemudian mengisyaratkan untuk duduk kembali. Wanita itu menggenggam tangan si kembar di sana, berusaha memberikan senyum kecil meskipun pikirannya kacau sekaligus perasaan khawatir.
"Sayang, anak-anak Mama. Kalian masih kecil ya? Kalau seandainya melihat mereka, jangan diberi pertanyaan. Lebih baik langsung berdoa ya? Atau jangan dipedulikan."
Bibir si bungsu mengerucut, wajahnya berubah menjadi sedih, "Kasihan, Mama."
"Itu bukan urusan kita," celetuk Haechan dengan ketusnya."
"Tapi —
— nanti ada waktunya ya Nana. Sekarang kan sudah sekolah, harus belajar, ya?" sela Yoona di sana dengan jemari yang mengusap lembut pipi si bungsu.
Setelah mendapat jawaban anggukan kepala, Yoona menyunggingkan senyum lebar dan mengatakan sudah waktunya istirahat kemudian membantu mereka membereskan buku serta alat tulis yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dovana✓
FanfictionKisah si kembar, Haechan dan Jaemin yang terhubung dengan dunia lain. ©piyelur, Oktober 2020