Sorry for typo(s)
Ruangan itu gelap, tidak ada cahaya sedikitpun di sana. Akan tetapi, Jaemin bisa melihat sosok yang sedang terduduk membelakanginya. Goresan dari sisa aspal yang merusak seragam sekolah, bercak darah dari belakang kepala, luka lecet pada tangan, si bungsu sangat mengenal siapa di sana. Hatinya berdenyut nyeri melihat bagaimana sosok Minhyung yang kesepian.
Sesaat, ia menghela napas panjang kemudian menyunggingkan senyum yang lebar.
"Hyungie!"
Pemuda dengan wajah pucat itu menoleh ke arahnya, bibirnya menyunggingkan senyum ketika melihat Jaemin berlari menghampiri. Yang lebih muda ikut duduk di sampingnya dengan ekspresi wajah yang begitu ceria.
"Nana rindu, Hyung kenapa tidak menemani Nana?"
Senyumnya begitu lemah, Minhyung hanya menatap bungsu Choi itu dengan sorot mata penuh kesedihan. Dari sana, Jaemin diperlihatkan gambaran-gambaran saat pemuda Na itu merawat sang adik ketika sedang sakit. Bahkan sedari kecil tanpa dibantu sedikitpun oleh ibu mereka.
Namun, Jaemin menahan dirinya untuk tidak boleh menangis. Bibirnya masih menyunggingkan senyum seraya menganggukkan kepala, "Minhyung Hyung adalah kakak yang terbaik," pujinya dengan tulus.
Pandangan mereka bertemu, pemuda dengan luka di beberapa wajahnya itu tersenyum sampai maniknya menyipit. Tawanya renyah membuat Jaemin juga ikut terbawa suasana, sudah cukup kesedihan yang menyelimuti Minhyung selama ini. Setidaknya, meski terpaksa sekalipun, ia harus tersenyum jika bersama dengan si bungsu Choi.
"Coba, Hyung pejamkan mata sebentar kemudian ingatlah satu momen bahagia bersama dengan Nana. Lengkap dengan penampilan kalian, baju, tatanan rambut, apapun itu."
Sesuai permintaan Jaemin, pemuda itu menurutinya. Beberapa saat Minhyung memejamkan mata, sesekali ia tersenyum seakan masuk dalam memori yang diingat. Sampai kemudian, si bungsu Choi melihat keajaiban yang dilihatnya secara langsung.
Bibirnga mengulas senyum yang lebar, Jaemin bersorak sembari menepuk kedua tangan. Sosok yang ada di depannya ini masih sama, tetapi wujud yang ditampilkan berbeda. Seragamnya bersih, lukanya sudah hilang meskipun masih terlihat pucat.
Manik Minhyung terbuka, ia melihat keadaan tubuhnya sendiri dengan kedua alis terangkat karena terkejut.
"Mulai sekarang, Hyung harus muncul dengan penampilan ini. Hyung tampan sekali!"
Tatapan Minhyung kembali pada si bungsu Choi. Selama ini, Jaemin telah berusaha menuntun dirinya pada kenangan yang bahagia. Satu persatu mulai diingat, akan tetapi hal tersebut juga membuat rasa ingin bertemu dengan sang adik lebih besar.
Sudah berapa lama Minhyung telah menunggu? Tidak ada hasil, kehadiran Choi Jaemin memang menenangkannya tetapi tak bisa dibohongi jika mereka adalah sosok yang berbeda. Adiknya hanya satu, di mana dia sekarang? Selalu pertanyaan tersebut yang dilirihkannya.
Seulas senyum kembali terukir di bibir Minhyung seraya menatap si bungsu Choi, "Terima kasih, Nana," ucapnya dengan lembut, "Sekarang, tidur dengan nyenyak. Aku tidak apa-apa di sini sendiri. Cepat sembuh, ya?"
"Harus menemani Nana ya besok! Janji?!"
Sebuah anggukkan menjadi jawaban Minhyung atas permintaan bungsu Choi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dovana✓
FanfictionKisah si kembar, Haechan dan Jaemin yang terhubung dengan dunia lain. ©piyelur, Oktober 2020