D.30

8.1K 1.5K 149
                                    



Sorry for typo(s)





"Aku tidak berhak menceritakan ini, lebih baik dan supaya jelas nanti Kakek pasti akan angkat bicara dan menjelaskan semuanya."



Setelah mendengar tersebut, Haechan lebih banyak diam. Kembalinya Mark dari toilet semakin membuatnya bungkam dan hanya mengamati bagaimana pemuda itu bercerita dengan semangatnya pada Jaehyun. Selama ini, si sulung Choi hanya melihat karakter Minhyung yang selalu memasang raut kesedihan, wajah penuh luka dan tatapan tajam. Kini di hadapannya, sosok Mark begitu ceria dan banyak tertawa.



Perbedaan ini membuat Haechan sadar bahwa roda kehidupan benar-benar berputar. Meskipun Mark tidak memiliki jiwa Minhyung, tetapi setidaknya sebuah harapan untuk hidup bahagia telah dicapai. Begitu banyak harga yang harus dibayar untuk mendapatkan ini semua, termasuk Ayah Na yang mengalami kehilangan.




Maniknya mengerjap kala merasakan getaran pada ponsel di meja, Haechan melirik kemudian membuka notifikasi pesan di sana.

Tangan Haechan refleks menepuk keningnya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangan Haechan refleks menepuk keningnya sendiri. Tidak membalasnya, ia memanggil Jaehyun dengan senyum canggung, "Hyung masih mau di sini? Aku pulang saja ya, ada yang rewel ini," katanya sembari terkekeh.




Kedua alis lelaki Jung itu terangkat, ia melihat jam di tangannya, "Ya ampun," kemudian menatap kembali Haechan di sana seraya mengeluarkan dompet, "Pulang saja sekalian, ayo. Kalian ke mobil dulu, aku membayar sebentar."




Bersama dengan Mark, si sulung Choi berjalan keluar menuju tempat parkir. Sesekali ia mendengar pemuda Jung itu bernyanyi tampak seperti sebuah kebiasaan. Tak peduli ada orang-orang yang mengamatinya.




Atensi Haechan beralih ketika mendapat sentuhan pada bahunya, ia melihat bagaimana Mark menyunggingkan senyum lebar tiba-tiba kemudian bertanya, "Kau dan Jaemin itu kembar, ya? Mirip sekali?"




Pertanyaan tersebut dijawab dengan gelengan kepala sebelum Haechan menambahkannya, "Kembar tak identik, wajah kami berbeda, sifat juga, tapi benar-benar saudara kandung," jelas anak itu.




"Woah, cool!" gumam Mark sembari mengangkat ibu jarinya, ekspresi tersebut membuat Haechan tertawa kecil.



Sesampainya di dekat mobil, si sulung Choi berbalik menghadap sepenuhnya pada Mark di sana, "Kau benar-benar belum bertemu dengan Jaemin ya, Hyung?" tanyanya penasaran.



"Belum,” sahutnya dengan gelengan kepala yang polos.




Tak berapa lama Jaehyun sudah menyusul kemudian mereka masuk ke dalam mobil untuk kembali ke rumah.




Selama perjalanan, Haechan membayangkan reaksi adiknya nanti jika bertemu dengan Mark. Oh, apalagi dengan Minhyung. Memikirkannya saja membuat si sulung Choi pusing, Tuhan dengan segala rencana-Nya.




Dovana✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang