D.3

14.8K 2.6K 148
                                    

Sorry for typo(s)


Malam itu, si kembar tidur dengan lelapnya. Mereka justru mendapatkan mimpi yang indah karena kabar bahagia telah disampaikan oleh sang ayah kemarin. Bayangan memakai seragam sekolah, tas dan sepatu baru bahkan ibu juga menambahkan akan ada taman bermain juga di sana.


Kompaknya mereka, sebelum sang ibu membangunkan justru si kembar sudah berada di dalam kamar orang tuanya. Masing-masing kakak adik beda lima menit itu telah membawa handuk mandi. Bersama-sama membuka jendela kemudian membiarkan pantulan cahaya matahari menembus.



"Ayah, Mama! Banguuun! Sekolah!" seru si kembar bersamaan.



Suara lenguhan Siwon menggema, tidak menjawab panggilan anak-anaknya kemudian merubah posisinya menjadi tengkurap untuk bergelung pada selimut sedangkan Yoona sudah duduk sembari menggelung surai panjangnya. Bibir wanita itu mengulas senyum melihat kedua putranya tampak bahagia.



Yoona turun dari ranjang lalu mengulurkan kedua tangannya supaya dipegang oleh masing-masing dari kembar. Berjalan memasuki kamar mereka kembali, wanita itu memandikan Haechan dan Jaemin secara bersamaan.



"Kenapa sekolah itu tidak di rumah, Ma?" si bungsu melontarkan pertanyaan ketika Yoona sibuk membasahi surai Haechan untuk keramas.


Si kembar Choi berada di dalam bathtub, busa serta kumpulan mainan ada di dalam sana. Jaemin menunggu giliran untuk keramas nanti.



"Sekolah bisa juga di rumah, tapi nanti Nana dan Echan tidak bisa mengenal banyak guru, teman dan keadaan luar rumah."



Ketika mereka harus menempuh pendidikan, Yoona mengesampingkan ego supaya Haechan dan Jaemin bisa merasakan pengalaman anak pada umumnya. Ia tidak mau membiarkan si kembar bergelut dengan keistimewaan yang dimiliki. Ayah mertua juga telah mengatakan bahwa jangan sampai mereka tidak berbaur dengan orang banyak. Takut jikalau si kembar larut dalam emosi yang tercampur dengan sosok-sosok tersebut.



"Apa guru itu galak?" sambung Haechan sembari mendongakkan kepala.



Manik Yoona menyipit seakan berpikir, ekspresi tersebut membuat Haechan dan Jaemin mengerucutkan bibir. Tentu saja mereka merasakan ketakutan. Pasalnya, mulai hari ini mereka akan menghabiskan waktu selain ibu maupun ayah. Bahkan di tempat yang asing.



Sebelum menjawab, jemari Yoona membawa shower untuk membilas surai putranya yang sudah memejamkan mata.



"Guru itu tidak galak kalau kalian tidak nakal, mematuhi peraturan dan menghormati mereka," kemudian ia beralih pada si bungsu yang sudah membelakanginya lalu mulai menuangkan shampoo, "Nanti di sekolah, Nana dan Echan harus memberikan senyum kemudian menyapa setiap kali bertemu. Jika Guru berbicara, Nana dan Echan harus diam dan mendengarkan. Kalau ada yang tidak mengerti, Nana dan Echan boleh bertanya, tapi yang sopan ya sambil mengucapkan maaf terlebih dahulu."



Pembahasan itu dihentikan sejenak, Yoona menyelesaikan mandi kedua putranya. Dengan masing-masing bathrobe yang dimiliki, mereka memakainya kemudian berjalan keluar dari kamar mandi. Si kembar sudah mulai bisa memakai celana dan kaos dalam, tetapi untuk mengancingkan sebuah kemeja mereka masih membutuhkan bantuan.



Selepas rapi memakai seragam sekolah baru, mereka bersama keluar dari kamar kemudian dengan Haechan yang berada di depan sedangkan Jaemin di belakang karena pesan Ayah, untuk tidak bergandengan tangan saat menuruni tangga.



Kening si kembar berkerut melihat penampilan Ayahnya yang sangat berbeda, tak ada dasi yang melingkar pada leher. Surainya justru ditutup oleh sebuah topi putih yang terbalik, pakaiannya seperti yang digunakan saat olahraga pagi bersama.


Dovana✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang