D.24

8.3K 1.6K 158
                                    


Sorry for typo(s)




Kali ini, tempat penelusuran mereka lebih jauh dari rumah. Sekitar hampir dua jam perjalanan, berada di lokasi yang jarang dijamah orang-orang. Stasiun kereta yang sudah tidak terpakai sekaligus gedung kantornya. Yang dirasakan kelima remaja itu benar-benar beda dari lokasi-lokasi sebelumnya. Tanah yang luas tentu saja ada kemungkinan bahwa penghuninya juga jauh lebih banyak. Apalagi lokasi ini, menurut Chenle sudah kosong selama 15 tahun.



Mereka bertahap dalam melakukan kegiatan ini, dari lokasi yang baru kosong sampai kemudian belasan tahun tak digunakan. Usaha yang dilakukan pemuda Zhong itu benar-benar totalitas untuk hobi yang bahkan dia tidak mengeluarkan tenaga dalam sedikitpun.



"Lama-lama kita keluar kota juga ini, ya?" celetuk Haechan sembari mengamati keadaan halaman gedung kosong tersebut.



Di sampingnya, Jaemin menautkan jemari pada sang kakak. Bersama melihat keadaan sekitar, hari ini si bungsu Choi tidak berselera memegang kamera sehingga sekarang Jeno yang menggantikan tugasnya. Sang produser Zhong Chenle sudah berjalan mendahului untuk merekam suasana mencengkam di sana sembari Renjun yang sesekali menunjuk satu titik disertai penjelasannya.



Atensi Haechan beralih pada sang adik yang masih diam saja, biasanya ia sudah berceloteh menceritakan sosok yang ditemui di lokasi ini. Tangannya terangkat merangkul bahu Jaemin yang langsung tersadar dari lamunan.



"Kenapa?" tanya si sulung.


Senyum yang dipaksakan terukir, Jaemin menggelengkan kepala sembari menghela napas panjang.



"Kalau mengantuk lebih baik menunggu di mobil."



Maniknya mengerjap pelan, menimbang saran dari Haechan di sana dan detik kemudian Jaemin bersuara, "Boleh?"




Si sulung tidak menyangka bahwa adiknya justru meminta hal tersebut. Terbukti bahwa Jaemin memang benar-benar tidak berada mood yang baik saat ini, pandangan kosong juga terlihat di sana. Daripada terjadi sesuatu di dalam juga, Haechan hanya menganggukkan kepala.



"Jangan disenyapkan ponselmu," titah sang kakak.



"Iya, ada Jisung juga," sahut si bungsu Choi.



Barulah Haechan melihat sosok Jisung yang sudah duduk di atas mobil, tangannya melambai dengan senyuman. Masih di posisinya, si sulung hanya menatap punggung Jaemin yang berjalan sembari menundukkan kepala dengan langkah malas. Seakan energinya telah terkuras habis, akan tetapi ia juga tidak merasakan sesuatu yang jahat dari tempat ini.



Meskipun beberapa kali Haechan sudah melihat penampakan yang tampak ingin tahu kehadiran kelima remaja di stasiun terbengkalai ini.



Dengan helaan napas panjang, ia kembali menyusul teman-temannya di sana. Tatapan bingung dilayangkan oleh Jeno yang mengamati sekitar si sulung Choi.



"Loh, di mana Jaemin?"



"Mobil, tidak enak badan," sahut Haechan seperlunya.




Jawaban tersebut membuat Renjun dan Chenle menghentikan kegiatan mereka, sama-sama memasang wajah terkejut karena tak melihat si bungsu Choi di sana.



"Jangan lama-lama di sini," celetuk pemuda Huang tiba-tiba.



Setelah memersiapkan kamera dan senter, mereka berjalan memasuki gedung kantor yang sudah lama kosong tersebut. Chenle dan Jeno sibuk mengambil gambar di depan dengan Haechan dan Renjun yang berjalan di belakang mereka.




Dovana✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang