D.12

10.8K 2K 383
                                    

Sorry for typo(s)


Haechan & Jaemin: 20 tahun



Ada begitu banyak rahasia yang tidak diketahui oleh manusia dari dunia. Mereka hidup dalam dimensi yang mengerikan, dengan segala kejahatan yang dimaklumi  sebagian orang. Tidak ada keadilan untuk mereka karena hidup dengan berbagai macam sifat yang dimiliki. Satu pikiran ke pikiran lain tidak akan sama.



Semakin dewasa, si kembar merasakan bahwa mencari teman itu tidak mudah. Mereka memandang Haechan dan Jaemin berbeda.



"Jangan kebanyakan menonton film horor, mana ada hantu siang-siang?! Nanti terbakar matahari!"



Mungkin, si kembar bisa menertawakan mereka kemudian memberikan penjelasan panjang lebar. Namun, sekali lagi bahwa untuk speak up di hadapan orang banyak itu tidak mudah. Mereka akan selalu menyanggah dengan rasa ketidakpercayaan terhadap hal-hal seperti itu.



Bukan mengabaikan, tetapi Haechan dan Jaemin paham bahwa itu tidak penting. Mereka tidak berharga untuk diperjuangkan sebagai teman karena dua syarat sekaligus tidak diterapkan.


Bertoleransi dan tenggang rasa.


Tidak hanya dalam pertemanan, tetapi hidup sebagai sesama manusia. Berpendapat, menghakimi kemudian merendahkan.


"Setelah menjadi hantu, aku baru sadar bahwa manusia benar-benar mengerikan. Serakah, sombong, tidak tahu diri tapi bodoh."


Bahkan Lucas sudah mengeluarkan pendapatnya.


"Sudah, jangan sedih. Nanti kuadukan Haechan atau Minhyung?"



Bibir Jaemin mengerucut sembari menggelengkan kepala dengan cepat, "Jangan dua-duanya! Sudah, biarkan saja," sahut si bungsu yang berdiam diri di taman kampus.



Sudah genap satu tahun, Jaemin bisa melihat kembali. Entah bagaimana itu terjadi, tiba-tiba saja saat makan malam bersama keluarga, si bungsu memekik dengan menyebut nama Lucas yang sedang memandang wajah Ibunya dengan terkagum-kagum. Saat itu, Haechan masih berada di kamar dan teriakan sang adik membuatnya terkejut sampai berlari keluar hanya menggunakan bathrobe.


Kedua orang tuanya hanya melongo melihat si bungsu yang kegirangan dengan sosok tidak kasat mata di sana sedangkan Haechan memutar bola matanya kesal kemudian kembali ke kamar.



Sebenarnya, Jaemin sudah sering melihat bayangan-bayangan setelah kembali dari perjalanan astral pertamanya. Namun, ia tidak sempat menceritakan pada Renjun maupun Haechan.



Lalu, masalah yang terjadi saat ini. Jaemin sering kali diajak komunikasi saat kelas berlangsung, si bungsu yang baik hati terkadang tidak tega untuk mengabaikan mereka sehingga suatu ketika ia terlepas tertawa maupun bicara dengan sosok yang tak terlihat. Hal tersebut mengundang pembicaraan tidak nyaman dari teman satu kelasnya.



"Cenayang, ya?"


Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian berujung dengan ejekan.


"Ya sudah, jangan sedih. Nanti aku yang dihabisi oleh Minhyung."


Kalimat tersebut membuat Jaemin mengerucutkan bibir, "Rindu Hyungie!" si bungsu menoleh dengan mata sayunya, "Kenapa dia tidak menemaniku?"


Hantu Lucas menggelengkan kepala ikut duduk di sampingnya, "Bentrok dengan energi di sini, jadi ia lebih memilih di atap. Wah, di sana banyak yang lebih senior, baik-baik pula," sahutnya menjelaskan.



Dovana✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang