D.2

16.2K 2.7K 431
                                    

Sorry for typo(s)



Sebagai hadiah dari Tuhan untuknya, terkadang Haechan merasa tidak bahagia. Penglihatan yang hanya bisa dilakukan olehnya dengan sang adik sering kali membuat mereka tidak nyaman. Setiap malam, selalu mendengar suara-suara aneh. Mimpi-mimpi yang menyeramkan dan perubahan emosi yang tidak wajar.

Kedua orang tua mereka juga tidak bisa membantu banyak karena keterbatasan yang dimiliki. Namun, sang ibu pernah berkata bahwa apapun yang didengar oleh si kembar adalah wujud dari permintaan tolong mereka pada Haechan dan Jaemin yang bisa melihat. Maka dari itu, setiap malam Yoona mengajak mereka untuk berdoa dengan jendela kamar terbuka lebar.

Dengan mengaitkan jemari, mereka memanjatkan doa untuk jiwa-jiwa yang sedih dan tidak tenang.

"Mama," panggil si bungsu yang sudah berbaring di atas ranjang bersama Haechan, "Kata Hyung, terima kasih sudah berdoa," ujarnya dengan senyum terukir.

Salah satu alis Yoona terangkat, jemarinya masih merapikan selimut si kembar dan mengulas senyum canggung.

"Dia tidak pergi?" celetuk Haechan dengan kening berkerut, ia menoleh pada sang ibu kemudian, "Kan kita sudah berdoa. Seharusnya dia pergi juga kan, Ma?"

Pertanyaan si sulung membuat Yoona terpaku, pasalnya ia tidak terlalu tahu menahu tentang hal seperti itu. Sudut matanya melirik pada Jaemin yang menggelengkan kepala untuk menjawab sang kakak.

"Hyung tidak bisa pergi, Echan."

"Kenapa, Sayang?"

Pandangan si bungsu kembali pada sang ibu, kedua bahu Jaemin terangkat, "Tidak tahu," akan tetapi raut wajah kedua putranya berubah, manik Yoona mengedar ke arah kamar yang diterangi hanya dengan lampu tidur saja, kemudian menatap kembali pada mereka yang mengerjapkan mata beberapa kali, "Katanya, Hyung harus menjaga Nana."

Decihan muncul dari bibir Haechan, jengah atas alasan tersebut. Jelas-jelas, dia saudara kembar Jaemin saat ini.

"Harus?" ulang Yoona dengan dahi mengerut, "Dari siapa?"

"Orang-orang jahat."

"Dan harta warisan," sambung Haechan di sana, si sulung menatap ibunya penasaran, "Itu apa, Ma?"

Untuk beberapa saat, Yoona termenung. Apa maksud dari kehadiran Minhyung ke dalam hidup si kembar? Kemudian dengan misteriusnya mengatakan itu pada mereka? Pada akhirnya, dunia mereka berbeda. Wanita itu terus meyakinkan diri dan meminta doa untuk keselamatan kedua putranya setiap hari.

"Tenang," senyum Yoona terukir sembari mengusap pipi si kembar secara bersamaan kemudian mencondongkan tubuh pada mereka, "Masih ada Ayah, Mama kemudian Kakek dan Nenek untuk menjaga Echan dan Nana. Sekarang, tidur dulu, ya?" tutupnya dengan sebuah kecupan pada masing-masing kening sang buah hati.

Dengan ucapan selamat malam, Yoona keluar dari kamar kedua putranya. Berjalan menuju ke ruang tamu di mana sang suami masih berkutik dengan laptop dan pekerjaannya. Siwon mendongak kala melihat sang istri datang, lekuk pipi itu terbentuk dan menyambut wanita cantik tersebut dalam pelukannya.

"Anak-anak sudah tidur?"

Sebuah jawaban dengan anggukan kepala membuat pria itu heran, jemarinya mengusak surai sang istri sembari bertanya, "Kenapa, Sayang?"

"Minhyung," gumam Yoona kemudian menoleh pada sang suami yang tampak terkejut dilihat dari ekspresinya, "Alasan dia selalu mengikuti Jaemin adalah untuk menjaganya. Kau tahu, tadi sebelum tidur kami selalu berdoa, kan? Kemudian — celotehan sang istri didengarkannya dengan seksama, setiap kata yang keluar membuat Siwon mengerutkan kening, tanda tak paham.

Dovana✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang