Sorry for typo(s)
Hari Sabtu telah tiba, seperti rencana mereka kini kelima anak remaja itu sudah berkumpul di lapangan gedung sekolah yang terlihat mewah di depan mata orang awam. Namun, pada pandangan si kembar, Renjun serta Jeno justru berbeda. Bulu kuduk pada tengkuk menggelitik dengan hawa yang sedikit panas. Lampu senter Haechan terangkat mengamati lorong sekolah di sana, dari mulai dinding dan ruangan kelas yang ada.
Jadi, lokasi yang mereka telusuri adalah sekolah dari Chenle sendiri. Informasi ini mendadak diberikan malam kemarin karena putra satu-satunya keluarga Zhong tersebut yang merasa bosan di rumah. Izinpun sudah dilakukannya sendiri, awal mula memilih tempat ini juga tidak sembarang karena sempat mendengar gosip temannya yang mendapat gangguan di toilet lantai dua, lalu suara tangis di tengah heningnya ujian harian.
"Pasti ujung-ujungnya, ada rumor kalau tanah gedung sekolah ini bekas pemakaman, kan?" tanya Renjun pada sepupunya yang sedang memersiapkan kamera.
Respon anak itu hanya tertawa nyaring sembari menganggukkan kepala.
"Lumayan banyak, ya?" celetuk Jeno yang mendongakkan kepala melihat lantai atas.
Di sampingnya, Jaemin menggunakan lensa kamera untuk mengambil gambar sekitar gedung dan posisi mereka saat ini sebagai kenangan. Berbeda dari Haechan yang masih menghadap pada satu titik yaitu kolam ikan yang ada di tepi lapangan. Kakinya bergerak maju dan disusul oleh Renjun di belakangnya.
Kedua pemuda itu berdiri saling berhadapan di sisi berbeda, kening Renjun berkerut sembari bersimpuh di sana.
"Hyung!" keduanya tidak menoleh ketika Chenle menghampiri, ia berdiri di samping Haechan dengan tatapan melongo, "Ada apa?"
"Kolamnya sudah lama ada, Le?" tanya Renjun di sana dengan buku gambar yang dipeluk. Jemarinya terulur menyentuh keramik yang indah dari habitat ikan hias, "Tapi sepertinya tidak," jawabnya sendiri ketika menemukan ukiran tanggal pembuatan.
"Delapan tahun kira-kira, kalau gedung sekolah sendiri dari tahun 80-an, Ge," jelas pemuda Zhong di sana.
Gumaman kecil keluar dari belah bibir Haechan, ia mengitari kolam renang tersebut dengan tatapan serius. Wajahnya mengernyit sembari menggelengkan kepala.
"Yang aku dengar, memang ada sejarahnya dibuatkan kolam ikan ini. Jadi, sekitar tahun 90 awal, gedungnya tidak seluas ini ya. Ada satu siswi yang jatuh dari lantai dua dan tewas seketika. Tidak banyak yang tahu dan menyadari, tapi saat cuaca panas pun tanah ini tepat sebelum ada kolam pasti selalu basah dan bau amis seperti darah," sambung Chenle bercerita.
Kedua alis Haechan terangkat dengan sorot mata tak percaya, "Benarkah?"
"Katanya, aku hanya mendengar. Tujuanku bersekolah kan hanya ke kelas dan kantin," gurau Chenle dengan raut wajah datarnya.
Bola mata Haechan berotasi, ia memilih untuk menatap Renjun yang masih fokus menatap kolam ikan di sana, "Gambar saja, Njun. Pajangan untuk Chenle di rumah."
"Sembarangan, Hyung! Dinding rumah sudah dipenuhi foto-fotoku masa kecil sampai dewasa oleh Ibuku!"
Si sulung Choi hanya tertawa kecil, atensinya beralih melihat adiknya yang justru sedang sibuk mengambil gambar keadaan sekitar featuring Jeno menjadi model. Lucunya juga ada Jisung di sana yang ikut berpose, tetapi tentu saja tidak akan muncul hasil nyata dalam cetakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dovana✓
FanficKisah si kembar, Haechan dan Jaemin yang terhubung dengan dunia lain. ©piyelur, Oktober 2020