Sorry for typo(s)
Na Jaemin, nama itu selalu terngiang dalam pikiran Haechan. Skenario terburuk mungkin sudah terlanjur terjadi pada kehidupan sebelumnya dan sang adik telah mengetahui fakta tersebut, bahwa sosok yang dicari Minhyung telah tiada sudah lama. Pada manusia saja, pasti begitu menyakitkan untuk kehilangan seseorang apalagi menyangkut tentang kematian. Bagaimana hantu yang telah belasan tahun jiwanya tidak tenang hanya untuk mencari keberadaan sosok yang paling disayang? Alasan ia hidup maupun mati juga.
Setelah kejadian malam itu, kesehatan Jaemin menurun dan tentu saja mendapat peringatan kedua orang tuanya untuk tidak melakukan kegiatan penelusuran lagi. Secara pribadi, Chenle juga meminta maaf pada keluarga Choi. Tidak sampai marah, Yoona menenangkan anak-anak di sana dengan senyuman dan petuah untuk menjaga diri masing-masing.
Namun, demam Jaemin hari itu justru semakin parah sampai Haechan terjaga mengganti kompres. Si sulung tahu, memori itu kembali lagi di sana dan ia tidak bisa melakukan apapun.
"Bawa dia ke rumah sakit!"
Atensinya beralih ketika mendengar suara tak asing itu, Minhyung berdiri di ambang jendela dengan tatapan khawatir.
"Dia kesakitan, ibu menyiksanya ketika aku sekolah. Ibu menyiksanga ketika aku sekolah. Nana adikku, Nana berguna, Nana baik..." dan kalimat-kalimat yang justru seakan meyakinkan Minhyung bahwa Jaemin adiknya adalah seseorang yang begitu berharga dalam hidup.
Minhyung memandang Choi Jaemin sebagai adiknya, yaitu Na Jaemin.
Rintihan kesakitan dari sang adik membuat Haechan kembali pada kenyataaan, mungkin terdengar sampai ke luar kamar ketika pintu terbuka dan menampilkan wajah khawatir dari Jaehyun yang berniat hanya untuk mengecek.
"Hyung, tolong panggil Ayah dan Mama," pinta Haechan di sana.
Dengan tergesanya, Jaehyun menuruti permintaan tersebut. Kedua orang tua mereka masuk ke dalam kamar dengan sorot mata penuh kekhawatiran dan cemas. Mungkin Jaemin pernah sakit, tetapi tidak pernah sampai berhari-hari terbaring di ranjang seperti ini.
Tugas menyetir diambil alih oleh Jaehyun, dengan Siwon di sampingnya menghadap ke belakang sesekali untuk melihat keadaan si bungsu yang sudah tidak sadarkan diri dalam dekapan istrinya. Peluh keringat sudah membasahi tubuh Jaemin, jemarinya bertaut dengan Haechan yang memeluk karena tahu adiknya seperti sedang kedinginan.
Sepuluh menit perjalanan, mereka sampai. Keinginan Yoona untuk membawa putranya ke rumah sakit tempat dia biasa check up supaya penanganannya lebih bijak karena sudah mengenal dengan keluarga Choi.
Mereka berada di ruang UGD untuk menunggu laporan pemeriksaan Jaemin. Dengan tubuh lunglai, Haechan hanya memeluk sang ibu di sana. Wajahnya dibenamkan di leher beliau, Yoona bisa merasakan deru napas hangat. Tangannya terangkat mengusap dahi si sulung.
"Sakit, Nak?"
Haechan menggelengkan kepala, pusingnya hanya karena ia kurang tidur tidak sebanding apa yang dirasakan adiknya di dalam.
"Maaf ya, Ma."
"Eh," pelukan Yoona dieratkan di sana sembari mengusap kepala putranya, beberapa hari ini ia hanya fokus pada kesehatan si bungsu, "Jangan seperti ini, Sayang. Haechan tidak salah. Kalau sakit bilang, ya? Sekalian diperiksa nanti. Anak Mama jangan sakit semua," lirih beliau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dovana✓
FanfictionKisah si kembar, Haechan dan Jaemin yang terhubung dengan dunia lain. ©piyelur, Oktober 2020