D.19

8K 1.6K 61
                                    

Maaf kalau ada penjelasan yang salah selama ini ya🙏🏽




Sorry for typo(s)





Selama ini, komunikasi dari batin telah dikuasai oleh Haechan. Potongan kejadian yang disalurkan pada pikiran serta gejolak campuran emosi yang diberikan oleh mereka sudah akrab dalam diri si sulung Choi. Namun, hal baru yang dirasakannya adalah saat di perpustakaan fakultas. Kala itu, ia dipusingkan dengan beberapa tugas individu.



Sudah meminta izin pada sang adik dan kedua orang tuanya bahwa dia akan lebih lama di kampus, awalnya Jaemin bersikeras untuk menunggu tetapi dengan ditenangkan oleh Haechan akhirnya anak itu menurut pulang terlebih dahulu.



Keadaan dalam ruangan ini sedikit mengganggu Haechan, rasanya ingin mengerjakan di luar tetapi buku yang diperlukan tidak diperbolehkan untuk dibawa keluar. Beberapa kali ia menghela napas supaya tidak terpengaruh oleh mereka yang ingin berkomunikasi. Kening anak itu mengerut ketika merasakan sesuatu yang aneh dalam tubuhnya.



Tiba-tiba, tubuhnya menggigil dengan tangan bergemetar dan telinga penuh oleh suara rintihan.



"Haechan?"



Sebuah tangan menyentuh pada bahu si sulung Choi, lidah Haechan terasa aneh di sana dan suara kecapan dibuat olehnya. Rasa haus dan sakit pada tubuh. Kepalanya menoleh dan mendapati sosok Jaehyun yang memamerkan senyum di sana.



"Belum selesai ya tugasnya?"



"Rokok."


Tidak, itu bukan suara Haechan yang terlontar. Si sulung merasa tubuhnya sedang dikendalikan oleh seseorang di dalam sana tetapi ia tidak tahu apa yang sedang terjadi.



"Apa?"



Haechan mencondongkan tubuhnya dengan sorot mata yang tajam dengan tangan terangkat memberi isyarat, "Rokok. Minum. Rokok. Minum. Rokok," celotehnya di sana.



"Aku tidak merokok, Haechan," sahut Jaehyun di sana dengan tatapan aneh.




Dan sebuah gebrakan pada meja terjadi, manik Jaehyun membulat ketika melihat kejadian tersebut. Beruntung saja, petugas perpustakaan sedang keluar tadi. Akan tetapi, lelaki Jung itu juga merasa cemas sedangkan Haechan memberontak siapapun yang ada di dalam tubuhnya.


Si sulung mencoba fokus dengan memejamkan mata dan mencengkeram tangan Jaehyun di sana. Batinnya memberontak kehadiran sosok yang tidak diundang tersebut sampai pada akhirnya Haechan terbatuk melepasnya.




Lelaki Jung itu bergegas memberikan botol mineralnya pada Haechan sembari mengusap punggung anak itu secara perlahan, "Kau tidak apa-apa? Dia sudah pergi?" Atensi si sulung beralih, kepalanya mendongak untuk menatap Jaehyun dengan sorot kebingungan. Namun, lelaki itu justru menyunggingkan senyumnya, "Kedua orang tua kalian sudah memberitahuku."




Setelah memberikan minuman tadi, Jaehyun membantu anak itu untuk duduk lebih nyaman. Mereka saling menatap, Haechan hanya melihat kemarin lelaki Jung itu sedang mengobrol banyak dengan Ayah dan Ibunya di ruang kerja. Tidak terlalu ingin tahu sehingga ia juga tidak berniat untuk menimbrung.



"Maaf ya kalau aku menyinggung perasaanmu dan Jaemin saat itu."



Gelengan kepala menjadi awal respon Haechan. Anak itu menghela napas panjang sembari menutup kembali tutup botol yang sudah diteguknya dan tak lupa mengucapkan terima kasih, "Tidak ada yang salah, Hyung. Santai saja," sahut si sulung.



Dovana✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang