D.31

16.1K 2.1K 544
                                    

Sorry for typo(s)






Selama dua hari terakhir, Minhyung tidak menampakkan diri di kediaman Choi. Hal tersebut membuat Jaemin khawatir, padahal sudah jelas dunia mereka berbeda. Keadaan Mark beruntung baik-baik saja, ia hanya bercerita tentang mimpi aneh berada di ruangan gelap. Seperti yang dikatakan oleh Jaemin, mereka harus memulai pembicaraan tentang masalah keluarga Na pada masa lampau.




Namun, sebelum keputusan itu diambil tentu saja si kembar meminta pendapat terlebih dahulu dengan sang kakek dan Renjun. Keduanya justru menanyakan tentang Mark, siap atau belum. Haechan tidak paham di sana begitupula adiknya.




"Mereka harus dipertemukan, diberi pengertian dari masing-masing yang memiliki rasa bersalah," jelas Kakek.




"Minhyung tidak menyadari adiknya telah tiada, seperti yang dikatakan Jeno. Setidaknya, ada yang menjelaskan yaitu Kakek Jung sendiri," kata Renjun menambahkan.




Tidak mengulur waktu, si kembar Choi mengajak Mark dan Jaehyun untuk berbicara dengan berdalih hang out bersama.




Tempat yang dipilih hanya sebuah cafe yang berada dekat dari kawasan rumah, baru dibuka beberapa bulan dan tidak terlalu banyak pengunjung yang datang. Ada dua tingkat di sana, mereka berada di lantai atas. Hanya ada dua meja yang diisi termasuk mereka.




"Wajah kalian serius sekali, ada apa ini?" Mark bertanya dengan wajah yang ketakutan juga, ia lebih sering menatap sang kakak untuk meminta penjelasan.




Sebelum memulai, mereka menunggu pesanan minum untuk datang terlebih dahulu.




Dengan sengaja, Jaemin menyenggol lengan sang kakak seraya menyunggingkan senyum. Pertanda bahwa ia sedang merayu supaya Haechan yang menceritakan. Lagipula, si sulung Choi itu pandai merangkai kata agar lebih jelas.




"Kau suka film horor, Hyung?" mulai Haechan di sana.



"Apa saja sih, tapi paling suka yang menginspirasi," jawabnya.




Ada jeda sejenak di sana karena Haechan masih menimbang, pertanyaan apa lagi yang akan dilontarkannya. Melihat sang kakak lama, Jaemin berdeham menarik perhatian Mark kemudian.



"Hyung percaya hantu tidak?" sambar si bungsu Choi.




Kedua alis Mark terangkat, ia menatap sang kakak di sana yang hanya terdiam dan sama sekali tidak membantu. Tubuhnya lebih didekatkan pada meja kemudian berbisik, "Seperti nenek sihir? Vampire? Magic? Eh itu termasuk horor atau bukan?"




Terdengar kekehan Jaehyun kemudian Haechan yang memejamkan mata dengan hembusan napas panjang. Ternyata ada yang lebih polos dari adiknya, kalau dengan tampang manis ia masih maklum tetapi Mark justru memasang wajah serius dengan mata membola layaknya anak kecil yang penasaran.




"Ih! Yang wajahnya seram, Hyung! Banyak darah, pokoknya yang seperti itu," jelas Jaemin dengan pipi menggembung kesal, "Tapi Nana belum bertemu dengan Vampire."




"Ah, beda ya?"



"Masih berlanjut ditanya!" celetuk Haechan kesal.




Tangan lelaki Jung yang lebih tua terulur mengusap punggung Haechan untuk menenangkan. Jaehyun memang sudah tahu kalau Mark tidak akan langsung tanggap tentang hal seperti ini, dia benar-benar polos dan terkadang bisa juga bertingkah menggemaskan tanpa disadari. Ya, cukup mencairkan suasana yang mencengkam saja tadi.




Dovana✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang