"Seseorang mencoba melupakan masa lalu. Bukan karena dia tidak peduli, hanya saja itu terlalu menakutkan untuk diingat."
.
.❤️️ Happy Reading ❤️
Dengan semangat empat lima, mula-mula Arsen mendatangi kelas Selvi. Dia harus memastikan kekasihnya sudah berada di kelas saat jam pelajaran berlangsung.
"Arsen, kenapa kamu datang ke sini? Sebentar lagi Bu Irene dateng, astaga," protes gadis berlesung pipi itu ketika tahu sang kekasih mendadak duduk di kursi depannya.
Arsen menggeleng sembari memainkan buku di meja gadis itu. "Cuma mau memastikan kalau bungaku udah sampai kelas dengan selamat," jawabnya dengan senyum lebar.
Arsen tidak peduli dengan teman sekelas Selvi yang sudah duduk di bangku masing-masing. Toh, mereka sudah tidak kaget dengan tingkah ajaib Arsen yang memang sudah tersohor di penjuru sekolah.
"Akang gombal beraksi." Selvi mencubit pinggang Arsen hingga bocah itu merintih pelan.
"Iya, ini aku udah sampai, tadi bareng sama Reva karena sopirku lagi nggak enak badan. Oh, iya. Maaf semalam kamu sampai pulang larut gara-gara antar aku. Nggak apa-apa, 'kan? Nggak dimarahi, 'kan?" Gadis itu berujar cemas, akhir-akhir ini ia sering kali memergoki Arsen bercerita pada kawannya bahwa sang ayah sedikit mengekangnya. Tidak seperti dahulu ketika dirinya hanya hidup dengan sosok ibu.
Mengusap rambut sang gadis dengan gemas lantas Arsen berucap, "Ih, gemes banget, sih. Perhatiannya pacarku ini. Tenang, Arsen Mahendra terpantau aman, kok. Jangan khawatir."
Dilihat dari keseriusannya dalam berucap, Selvi akhirnya bisa bernapas lega. "Ya udah, sekarang balik ke kelas sana. Sebelum telingamu melar, loh."
Arsen sontak mengusap telinganya dan mengeluarkan cengiran. "Hehe, iya. Aku ke kelas dulu kalau gitu. Dan jangan lupa nanti makan siang sama aku, ya?" pintanya manja, yang membuat teman sebangku Selvi mual.
"Iya, nanti makan siang bareng."
Mungkin beberapa temannya menganggap Arsen terlalu berlebihan, tapi Selvi sendiri menganggap itu kelebihan, karena Arsen tidak munafik. Ia selalu terbuka dengan perasaannya, dan hak itulah yang membuat Selvi jatuh cinta.
Arsen dengan segala keunikannya memang selalu membuat orang-orang takjub.
🌺🌺🌺
Ketika sampai di depan pintu kelas, Arsen tidak mendengar kerusuhan di dalam kelasnya. Itu berarti sudah ada guru pengajar di dalamnya. Hal seperti ini sudah biasa bagi Arsen, ia hanya mengetuk pintu dan tanpa peduli dengan kecaman guru, bocah itu langsung duduk di kursinya yaitu di samping Daniel. Semenjak mereka berkelompok, maka tempat duduk pun saling berdekatan. Arsen bersama Daniel menyusul Sony dan Brian berada di belakang mereka. Padahal mejanya tunggal, tetapi mereka tetap menempel satu sama lain.
"Ke mana aja, sih, cumi? Lo dicariin Vina, tuh. Disuruh bayar kas, udah dua bulan nunggak. Gila ya, Sen. Lu kalau jajan bisa di tempat mahal, masa bayar kas saja nggak mampu. Gue sebagai temen lo merasa malu tau nggak?" cemooh Sony begitu pantat Arsen menempel di kursi, bocah itu bahkan belum sempat bernapas tapi kawannya sudah membuat kesal.
Dengan jengkel Arsen berbisik, "Bacot banget, sih. Nanti juga bakal gue lunasin, satu tahun sekalian. Bener 'kan, Niel?"
Daniel yang semula menyimak penjelasan guru lantas menoleh dan menatap bingung.
"Apanya?"
"Pinjemin gue duit buat bayar kas," tukasnya yang membuat Daniel ternganga.
Keributan kecil yang terjadi membuat Pak Siswo berdeham, guru mata pelajaran matematika itu mulai terusik dengan keributan yang ditimbulkan oleh siswa bernama Arsen.
KAMU SEDANG MEMBACA
PURA CORDIS
Teen Fiction#teenfiction #family #friendship #trauma Kehidupan Arsen yang tenang menjadi kacau semenjak kedatangan Cleon. Sosok dari masa lalu itu datang untuk menuntut balas atas kematian adiknya. Padahal Cleon tahu jika itu hanya kecelakaan biasa, bahkan kel...