❤️ Happy Reading ❤️
Semburat jingga di sisi barat, saat di mana sang surya berganti dengan purnama. Penampakan indah, tapi berkebalikan dengan si pemilik kamar yang dilanda gundah. Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore. Namun, belum ada tanda-tanda sang ibunda tiba. Elan juga tak menampakkan batang hidungnya sejak mereka tiba di rumah siang tadi. Padahal katanya setelah mengantar Arsen pulang, pria itu akan kembali ke rumah sakit untuk menemani Tia. Dasar pembohong.
Jelas sekali mereka berjanji bahwa Tia akan keluar dari rumah sakit sore ini. Akan tetapi, mengapa Elan tak bergerak dari ruang kerjanya? Berulang kali bocah itu menimang ponsel di genggamannya, membuka kunci layar lantas menekan ikon kontak dan mencari nomor yang dituju. Tertulis jelas nama 'MAMA' di layar, tapi tak ada keberanian untuk menekan tombol panggilan. Ia takut mengganggu jika ternyata sang ibu sedang beristirahat. Di sisi lain, Arsen sangat merindukan suara lembut wanita itu.
Katakanlah Arsen posesif, karena itu memang apa adanya. Selama tujuh belas tahun, ah, sebentar lagi delapan belas, banyak hal tak terduga terjadi padanya. Abimanyu Mahendra, ayah kandungnya, sudah tiada sejak Arsen memasuki pendidikan sekolah dasar. Sejak saat itu, hanya Tia yang senantiasa merengkuh bahunya yang ringkih.
Ketika ia jatuh di titik terendah karena kehilangan dua sahabat dalam kurun waktu dekat, Tia juga yang menopangnya hingga mampu bangkit. Di mata Arsen, Tia adalah ibu, sahabat serta malaikat. Oleh karena itu, ketika mendengar kabar sang malaikat terluka, Arsen tak bisa mengendalikan diri.
Berusaha menekan rasa rindunya, tetapi gagal. Alhasil remaja itu memutuskan untuk menanyakan langsung pada Elan. Tangannya bergerak untuk menutup jendela karena angin malam sudah mulai menunjukkan eksistensinya.
"Eh, hujan," gumam Arsen ketika setetes air mengenai punggung tangannya. Rinainya semakin deras dan mulai membasahi balkon kamar. Beruntung Arsen menutup jendela tepat waktu, jika tidak maka air akan masuk ke dalam ruangan itu.
Membahas soal hujan, Arsen tak menyukainya. Bukan karena air yang membuat basah, atau suhu udara yang dingin. Namun, kembali ke masa lalu, sahabat dekatnya merenggang nyawa ketika hujan mengguyur lapisan kulit bumi. Peristiwa itu adalah bunuh diri, mirip dengan kasus Daniel, hanya saja saat itu Arsen gagal menyelamatkannya. Andai hujan tidak membuat jalanan macet, pasti mereka berhasil menjaga nyawa itu agar tetap berada di tubuh si pemilik.
"Ada apa?"
"Astaga!" Remaja itu tersentak ke belakang karena sosok yang muncul dari balik pintu membuatnya terkejut.
"Kamu yang ngetuk pintu ruangan kerja saya dan kamu sendiri yang kaget. Berhenti melamun, Arsen," sergah pria berkemeja putih itu.
Salah tingkah, Arsen hanya mampu menggaruk tengkuknya. "Maaf. Aku ke sini cuma mau tanya, Mama kapan pulang? Katanya sore ini udah pulang. Tapi Om, kok, belum jemput?" tanyanya yang merasa dibohongi.
Mendengar protes dari Arsen, Elan kehilangan nafsu untuk marah. Ia lupa untuk memberitahu anak itu bahwa hari ini Tia belum diijinkan pulang untuk kepentingan pemeriksaan lanjut. Dia tidak bermaksud membohongi, karena kabar dari dokter baru ia dapat sore tadi, hanya saja Elan lupa memberitahu Arsen.
"Begini, Mama memang belum boleh pulang hari ini karena—"
JJDEEERRR!!
"Argh!" Arsen yang terkejut langsung menutup kedua telinganya.
Bunyi bergemuruh serta kilat yang menyambar membuat rumah yang awalnya terang benderang menjadi gelap seketika. Sepertinya aliran listrik terputus karena sambaran petir. Analisis yang cepat, Elan harus memeriksa apakah petir benar-benar mengenai tiang listrik atau tidak. Karena rumahnya cukup dekat dengan tiang listrik, Elan khawatir jika terbakar dan merambat sampai rumah. Elan berbalik ke dalam ruang kerjanya untuk mengambil senter, ruangan masih tetap terang karena menggunakan lampu LED emergency.
KAMU SEDANG MEMBACA
PURA CORDIS
Teen Fiction#teenfiction #family #friendship #trauma Kehidupan Arsen yang tenang menjadi kacau semenjak kedatangan Cleon. Sosok dari masa lalu itu datang untuk menuntut balas atas kematian adiknya. Padahal Cleon tahu jika itu hanya kecelakaan biasa, bahkan kel...