31 ; Mengunjungi Sahabat

794 131 13
                                    

❤️Happy Reading❤️
.
.
.


Arsen menghempaskan tubuhnya ke atas kasur dan menghela napas lelah. Sekolah hari ini benar-benar membuat tubuh maupun otaknya bekerja sangat keras. Bagaimana tidak? Hari ini ada ulangan mendadak sebanyak tiga kali dan Arsen harus menggunakan otaknya untuk menemukan jawaban. Daniel enggan membantu dengan alasan bahwa Arsen sudah pernah diajari, tetapi bocah itu tak mau fokus belajar. Dan Arsen pun tak bisa mengelak dari tuduhan itu.

Dia melihat jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul empat sore. Masih ada banyak waktu sebelum makan malam, dia bisa menggunakannya untuk memejamkan mata sejenak. Ya, sedikit tidur mungkin bisa mengurangi letih baik tubuh maupun pikirannya. Namun, baru saja ia memejamkan mata, dering ponsel membuat Arsen kembali membuka mata.

Bocah itu mendengkus, kesal karena seseorang mengganggu waktu luangnya. Akan tetapi, meski bibirnya mengumpat, Arsen tetap meraih ponsel di atas nakas dan melihat siapa yang telah menghubungi. Alisnya bertaut begitu nama Cleon terpampang jelas di layar benda pipih itu.

“Cleon?” gumamnya heran.

Tanpa berpikir dua kali, Arsen lantas menerima panggilan itu dan langsung mendengar suara Cleon yang berdeham.

“Kenapa, Cle? Tumben nelpon,” tanya Arsen lebih dulu.

“Bisa datang ke apartemen gue nggak? Ada yang mau gue tunjukin ke lo,” sahut Cleon di seberang.

Sebenernya gue ngantuk, pengin tidur,' batin Arsen.

Namun, bibirnya berkata lain. “Tunjukin apa? Kayaknya serius banget,” tanyanya lagi.

Terdengar decak kesal dari lawan bicara. “Udah, tinggal dateng aja apa susahnya, sih? Nggak usah banyak tanya!” balas Cleon kemudian.

Meski tak bertatap muka, Arsen bisa membayangkan betapa kesalnya raut wajah Cleon sekarang.

“Iya, iya. Dua puluh menit lagi gue berangkat. Ini mau mandi dulu. Jangan lupa share lokasi apartemen lo!” Tak mau membuat suasana hati Cleon memburuk, Arsen berhenti bertanya.

Bocah itu mematikan sambungan dan bergegas masuk ke kamar mandi. Impian untuk bergelung nyaman di kasur kini sirna. Ia harus menemui Cleon, semua ini Arsen lakukan demi pertemanan mereka yang baru saja dibangun.


🌺🌺🌺

“Loh, kamu mau ke mana?” tegur Elan yang kebetulan tengah mencuci mobilnya dan melihat sang putra mengeluarkan motor dari garasi.

“Mau main,” jawab Arsen singkat sembari memasangkan helm ke kepala.

Elan geleng kepala. “Baru juga pulang, udah mau pergi lagi,” ujarnya tak habis pikir.

Urgent, Pa. Nanti sebelum makan malam aku pulang, deh. Tapi itu pun nggak janji.”

“Jangan pulang larut, atau gerbang akan Papa kunci,” ancam Elan yang nyatanya tak digubris. Arsen itu sibuk membuka gerbang dan menuntun motornya keluar.

“Arsen!” tegur Elan lagi, pria itu lantas bergegas mendekati gerbang sebelum Arsen menutupnya.

Bocah itu mendengkus kesal. “Iya, Pa, Iya! Aku pulang sebelum makan malam. Lagian aku cowok, bukan anak perawan. Papa kenapa ribet banget, sih?” protesnya kemudian menyalakan mesin motor.

Elan berkacak pinggang. “Iya, kamu anak perawan Papa. Jadi harus dirawat baik-baik,” balas pria itu setengah meledek.

Suara Elan yang cukup keras membuat Arsen celingukan, dia was-was jika saja ada tetangga yang mendengar percakapan mereka. Beruntung kondisi jalan dan kompleks di sekitar rumah sepi, Arsen bisa bernapas lega.

PURA CORDIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang