37 ; Worst Dad

1.1K 151 18
                                    

❤️Happy Reading❤️
.
.
.


Patah tulang pada lengan kiri dan keretakan tulang kaki kanan, serta banyak luka memar di sekujur tubuh. Begitulah keterangan singkat yang diutarakan sosok berjas putih itu kepada Elan dan Tia.

“Dinilai dari luka-lukanya, saya rasa putra Anda dipukul oleh benda tumpul seperti kayu dan sejenisnya. Dia pasti berusaha melindungi bagian depan tubuhnya sekuat yang ia bisa, jadi luka di bagian punggung dan sekitarnya jauh lebih parah daripada dada.” Dokter itu menghela napas ketika melihat hasil rontgen yang ia genggam. 

“Saya tidak tahu apa yang sudah menimpa anak malang ini, tapi dilihat dari mana pun, dia pasti mendapat kekerasan. Selain permasalahan pada kaki dan lengan, lukanya bisa sembuh dalam beberapa minggu. Dan sisanya akan saya laporkan lagi setelah putra Anda siuman,” sambungnya lantas menatap sepasang suami istri di hadapannya.

“Lalu ... kira-kira kapan putra kami akan bangun, Dok? Dari keterangan Dokter, dia tidak punya luka dalam, ‘kan?” tanya Elan tepat setelah dokter itu menyelesaikan kalimatnya.

Dokter itu menghela napas. “Tidak ada luka dalam, bukan berarti luka yang didapat itu ringan. Kami sudah melakukan segala upaya untuk menyelamatkan putra Anda, dia bahkan sempat mengalami henti jantung sesaat. Untuk saat ini, kita hanya bisa menunggu, Pak. Untuk sementara waktu, saudara Arsen akan berada di UGD sampai kondisinya benar-benar stabil,” jelasnya lagi.

Penuturan itu cukup untuk membuat Elan bungkam. Usai mengucap terima kasih, keduanya meninggalkan ruang kerja si dokter dan memasuki ruangan di mana putranya berada.

Pemandangan pertama yang mereka dapat adalah tubuh lemah Arsen yang terbalut perban serta sebuah ventilator menutupi mulut bocah itu.

Tia mengelus rambut kecokelatan Arsen. “Cepat bangun, ya, Nak. Mama sama Papa di sini nungguin kamu, loh. Jangan lama-lama tidurnya,” lirihnya serak.

Sebuah tangan hinggap di bahu wanita itu dan menepuknya pelan. Elan sendiri tak bisa bereaksi apa-apa melihat kondisi Arsen saat ini selain berdiri dan membisu. Luka-luka yang kini telah terbalut kain kasa merembeskan darah samar, dan itu menunjukkan bahwa yang dikatakan si dokter benar adanya.

Elan mengutuk dalam hati. Orang gila mana yang tega melakukan hal kejam pada bocah malang ini?

🌺🌺🌺

Atmosfer terasa begitu mencekam ketika pria berkemeja hitam dengan lengan terlipat hingga ke siku memasuki ruang keluarga, dengan sosok wanita anggun bergaun merah muda turut duduk di sampingnya. Siapa lagi jika bukan Jonathan serta Martha, sepasang suami istri yang sialnya merupakan orang tua Cleon.

Begitu kembali dari rumah sakit, Cleon sangat ingin menemui pria itu dan meluapkan semua emosinya. Namun, setibanya di rumah, salah satu pelayan mengatakan jika Jonathan pergi bersama Martha dengan alasan belanja. Ini gila, bisa-bisanya dia pergi berbelanja setelah nyaris melenyapkan nyawa seseorang.

Welcome home, my son.” Jonathan merentangkan kedua lengannya seolah-olah akan memeluk. Hal itu membuat Cleon semakin muak.

Allen menarik lengan sang adik untuk ikut duduk di sampingnya, tetapi dengan tegas bocah itu menolak. Dia justru melewati tempat duduk Allen dan berdiri satu meter di depan sang ayah.

Are you satisfied now?

Allen pikir, Cleon akan berteriak atau setidaknya memukul Jonathan dengan sekuat tenaga. Akan tetapi, apa yang ia lihat sungguh di luar dugaan. Anak itu justru tampak tenang dan tak ada tanda ia akan bertindak kasar.

Yes, of course. But it will more satisfiying when you see with your own eyes, how he was in pain and asked me to stop.” Pria itu mengembangkan senyum tipis, sama sekali tidak memiliki rasa bersalah di setiap tindakannya.

PURA CORDIS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang