(21) wound

693 121 3
                                    

wound

Lessa memandang Jennie lamat lamat. Jujur, hatinya amat sangat teiris melihat keadaan anaknya yang mengenaskan.

Lessa menggenggam lembut tangan Jennie, di kecupnya tangan putrinya itu lama.

"Maafin mama ya, sayang? Mama emang ibu yang kejam, mama ga pantes di sebut sebagai ibu, maafin mama... hiks..." Tangis Lessa pecah saat itu juga.

"Kamu boleh benci mama, kamu boleh pukul mama karena udah ninggalin kamu. Tapi mama mohon, kamu bangun."

"Mama kangen sama kamu, nak. Mama kangen. Mama pengen meluk kamu, mama pengen lihat senyuman kamu lagi. Mama tau kamu kuat, jadi tolong bangun, ya?"

drrt... drtt...

Ponsel Lessa berdering. Dengan cepat Lessa menghapus air matanya lalu mengambil ponselnya dan menekan ikon telefon berwarna hijau.

"Halo, sayang? Ada apa?"

"Mama kemanaaa?! Ih mama mah, aku udah bosen disini, mama ayo pulang."

"Iya sayang iya. Mama kesana sekarang, okay?" Finishnya, setelahnya ia langsung mematikan telfon sepihak lalu memasukan ponselnya ke dalam saku.

Lessa tersenyum manis menatap Jennie, ia mengecup kening Jennie lama lalu beranjak pergi dari sana.

Setelah Lessa benar benar keluar dari ruangan, Jennie membuka matanya. Ditatapnya sendu pintu yang baru saja di tutup Lessa tadi.

"Mama..."












. . .

Renjun memperhatikan dengan seksama foto yang di kirim Jeno beberapa menit lalu.

Setelahnya selesai, ia tersenyum miris, dugaannya ternyata benar. Apa yang diseledikinya selama ini tidak salah sedikitpun. Semuanya tepat sasaran.

Ia lantas beranjak dari duduknya lalu menuju lift dan pergi ke lantai tempat dimana kamar rawat inap Jennie berada.

Sesampainya disana, Renjun langsung membuka pintu. Ia terkejut kala melihat Jennie yang sudah siuman. Posisinya duduk dan menatap kosong tangannya.

Renjun yang sadar apa yang sudah terjadi lantas berjalan mendekati Jennie dan memeluk gadis itu erat.

Jennie nampak terkejut, namun setelahnya ia membalas pelukan Renjun dan menangis sejadi jadinya dalam pelukan Renjun.

"Aku bodoh banget ya, Ren?" Tanyanya disela tangisannya.

Renjun menggeleng, ia mengelus surai Jennie, "Lo ga bodoh. tapi lo di bodohi."

Jennie menghela nafasnya panjang, "Hidupku kayaknya menyedihkan banget, ya. Mungkin memang aku gak berhak buat bahagia."

Renjun melepas pelukannya, ia menangkup kedua pipi Jennie, "tatap mata gue, bilang kalo lo berhak bahagia."

Alih alih menuruti perkataan Renjun, Jennie malah melepaskan tangan Renjun yang menangkup pipinya.

"Kenapa kamu peduli? Kenapa diam diam kamu selidiki seluk beluk hidupku? Apa urusanmu?" Tanya Jennie tanpa menatap Renjun.

Renjun terkejut, "darimana... lo tau?"

Jennie tertawa hambar, "aku ga bodoh Renjun. Kamu sendiri yang bilang aku ga bodoh, hanya saja aku di bodoh bodohi."

Renjun terdiam sejenak, detik selanjutnya ia berdehem. "Jadi intinya, lo udah tau semuanya? Dari A sampai Z lo udah tau?"

Jennie terdiam sebelum ia mengangkat mulutnya untuk kembali berbicara, "aku ga bodoh, tapi aku juga ga pinter. Kalau kamu pikir aku tahu dari A samapi Z, kamu salah."

Renjun menghela nafasnya frustasi, ia tidak menyangka akan seperti ini jadinya. "Lo tau kenapa Hera bully lo? Lo tau kenapa seantero sekolah benci lo?"

Jennie mengangguk singkat.

"Ya terus kenapa lo terima semuanya, goblok?!" Rasa rasanya Renjun ingin memukul Jennie saking geramnya. Namun mengingat Jennie sedang tidak baik baik saja, jadi ia pending dulu acara memukulnya.

Jennie terkekeh kecil, "sebelumnya aku tanya. Apa sebelumnya kamu kenal denganku? Sejak kapan kamu mulai menyelidiki seluk beluk hidupku? Apa yang membuatmu se-peduli ini padaku dan hidupku?"

Renjun terdiam. Pria itu tidak dapat membalas pertanyaan demi pertanyaan yang Jennie lontarkan. Dan itu sukses mengundang tawa Jennie.

"Renjun Alhendry, kamu fikir aku tidak tahu tentang kamu yang diam diam mulai menyelidiki seluk beluk hidupku. Aku tahu. Hanya saja, bertingkah seperti orang bodoh tidak buruk juga."

"Mending lo istirahat, lo belum sepenuhnya pulih." Ujar Renjun mencoba mengalihkan topik.

"Beri aku waktu untuk sendiri." Pinta Jennie. Sementara Renjun hanya dapat menghela nafas dan pergi darisana untuk menuruti permintaan Jennie.

wound

[✓] wound, kjn & hrjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang