Wound
Renjun duduk di salah satu bangku di taman yang sepi tersebut. Ia lalu mengadah ke atas mencoba merilekskan pikirannya.
"Hiks... hiks... m-mama..."
Renjun terkejut, ia mengedarkan pandangannya kesana kemari mencari asal suara tersebut.
"Mba kunti ngapain nongol siang siang begini? Bukannya bisa kepanasan terus tambah rusak itu wajah jeleknya?" Batinnya bingung.
Netranya menangkap satu tempat. Gudang di dekat pohon mangga yang berada di sebelah kiri taman.
Oh astaga, bulu kuduk Renjun berdiri.
Dengan berat hati, Renjun memberanikan dirinya untuk mengecek gudang tersebut.
Saat sampai di depan pintu gudang tersebut, Renjun membuka perlahan lahan pintu gudang tersebut lalu mengintip sedikit.
Astaga, ia melihat ada seorang wanita yang sedang menangis. Tunggu tunggu, jangan sampai wanita tersebut adalah makhluk halus?
Dengan bulu kuduk yang sudah berdiri tegak, Renjun memberanikan diri untuk bertanya, "p-permisi mbak?"
Wanita itu menoleh.
"AAAAAAAAAAAAAA!!!"
Wound
"Lo kenapa bisa ada disini?" Tanya Renjun pada Jennie. Iya Jennie, jadi wanita tadi adalah Jennie yang sedang mengobati lukanya.
Jennie diam, tidak ada niat untuk menjawab pertanyaan Renjun.
"Gue nanya lo kenapa bisa ada disini. Gausah sok budeg, gue tau telinga lo ga korekan."
Jennie terperanjat, "a-aku memang setiap pulang sekolah kesini."
"Nama lo siapa?"
"R-Rubyara Jennie."
"Rumah lo mana? Biar gue anter pulang."
"E-eh tidak usah. Aku bisa jalan kaki kok, lagipula rumah ku tidak terlalu jauh dari sini."
"Bawel amat lo. Buruan rumah lo dimana?"
Jennie kembali terdiam, membuat Renjun merasa geram. Renjun lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Jennie, membuat Jennie yang sedang menunduk itu terkejut.
"Gausah melotot. Rumah lo dimana? Kasih tau atau lo gue cium?" Ancam Renjun.
Jennie yang mendengar itupun menjauhkan wajahnya dari Renjun.
"U-um... di... k-komplek Garuda."
Renjun jongkok di depan Jennie, membuat gadis itu terheran heran.
"Naik, gue tau kaki lo sakit. Gue gendong sampe depan komplek."
Jennie membelakkan matanya, "tidak usah! Aku berat, kamu bisa kelelahan. Lagipula aku masih kuat berjalan, kok!"
"Naik." Paksa Renjun.
Diam, Jennie diam. Tidak berani bergerak barang seinci pun.
"Naik atau gue cium lo?" Ancam Renjun, lagi.
Jennie yang awalnya diam buru buru naik ke punggung Renjun.
Renjun berdiri dan berjalan keluar dari gudang tersebut.
"Berat apanya, orang gue kek gendong angin. Beratan juga si Jeno."
Wound
Sampai depan komplek, Renjun menurunkan Jennie dari gendongannya.
"Rumah lo nomer berapa?" Tanya Renjun.
"Ah, sampai disini saja. Ini sudah lebih dari cukup." Tolak Jennie halus.
"Beneran? Biar sekalian gue anter lo sampe rumah, kaki lo keliatannya masih sakit."
"Tidak perlu, aku bisa. Lagipula dekat dari sini."
"Oh oke."
Renjun lalu membuka tas sekolahnya, ia mengambil sebuah kertas kecil dan pulpen.
"Gue Renjun. Nih, nomer hp gue. Kalo butuh apa apa telfon gue aja." Ucap Renjun sembari memberi kertas kecil tadi.
"Eh tidak usah! Nanti kamu kerepotan."
Kesal, Renjun menarik tangan Jennie lalu menaruh kertas tersebut di genggaman Jennie.
"Gausah bawel."
Renjun memasukkan kembali pulpennya, lalu ia berbalik dan mulai berjalan menjauh dari Jennie.
"T-tapi aku tidak punya ponsel..." gumam Jennie sembari menatap punggung Renjun yang kian menjauh.
Wound
A/n
HUAAA AKU TAMBAH BUCIN KE RENJUN 😭 RENJUN GANTENG BANGET PAKE KACAMATA 😭JXLAIDHEIDJWKHISNXHJAHDIW 😭
Mana Jaemin, Jeno, Sungchan sama Taeyong bikin oleng :') huhu T_T
Btw streamingnya kuatin ya! Semangat!
♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] wound, kjn & hrj
Random[ COMPLETED ] Ini adalah sepenggal kisah tentang Rubyara Jennie, gadis dengan seribu luka dihidupnya. ©purplebluef