(22) Wound

716 125 10
                                    

wound


"JENNIE?!" Renjun terkejut kala ia tidak melihat keberadaan Jennie di kamarnya.

Setelah pembicaraan tadi, Renjun memutuskan untuk pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang keroncongan.

Namun saat ia kembali, ia tidak mendapati Jennie disana. Renjun juga sudah mengecek di kamar mandi tetapi hasilnya nihil.

Ia lantas langsung menghubungi Jeno yang sedari tadi belum juga kembali dari urusannya.

"Hal–

"Jeno! Jennie ga ada di kamar! lo balik sekarang, dan cari di sekitar rumah sakit!" Sela Renjun.

"Tapi Ren–"

"Tapi apa?! Buruan, Jeno! Keadaannya Jennie belum sepenuhnya pulih, apalagi udah malem gini. Makin rawan penculik ga jelas!"

"O-okey."

–Tut
Renjun langsung mematikan telfon sepihak. Ia segera pergi darisana dan mencoba mencari di seluruh penjuru rumah sakit. Pasti Jennie belum jauh, ia yakin itu.















Disisi lain, Jeno nampak menatap gadis di depannya ragu. Ia tidak tahu apa yang di lakukannya ini sudah benar atau tidak.

"Kamu gausah khawatir, Jeno. Selagi kamu gak ngasih tahu Renjun kalo aku sama kamu, semuanya bakal baik baik aja."

Jeno menghela nafasnya, "mau lo apa?"

"Ke rumah mama, aku mau ngomong sesuatu sama mereka."

Jeno membelakkan matanya kaget, "Jennie, lo gila apa sarap?!"

Jennie terkekeh kecil, "aku cuma mau semuanya selesai. Aku capek kayak gini terus."

Lagi lagi Jeno hanya bisa menghela nafasnya pasrah, ia tidak habis pikir dengan jalan pikiran gadis di hadapannya ini.

"Tapi kalo lo dipukuli, gue gamau bantu, bodoamat."

Jennie lagi lagi terkekeh kecil, "Terserahmu. Lagipula aku sudah kebal terhadap pukulan. Kamu pikir pukulan dari mama dan kakak tirimu tidak cukup untukku kebal terhadap pukulan?"

Jeno kembali membelakkan matanya, "gausah di ingetin, bego!" Sarkasnya yang hanya di balas kekehan kecil dari Jennie.
















Tok... Tok... Tok...

Jeno menepuk bahu Jennie yang tengah mengetuk pintu rumah besar itu. "Lo... Yakin?"

Jennie hanya mengindikkan bahunya acuh. Sementara Jeno berdecak, ia tidak habis pikir Renjun suka dengan gadis menyebalkan seperti Jennie.

cklek...

Pintu terbuka, dan nampaklah wanita paruh baya yang ditemui Renjun di rumah sakit tadi, Lessa. Wajahnya tampak menyiratkan rasa terkejut.

"Halo, mama."


wound

A/n : udah mulai masuk konflik yang sebenarnya. aku harap setelah dua chapter yang aku publish hari ini bisa kalian pahami dengan baik, jadi kalian ga terlalu bingung.

btw, maaf karena baru update, mood nulis aku hilang, dan menurutku skill menulis ceritaku semakin melemah, huhu :(

sempet lupa alur juga, tapi akhirnya bisa inget ulang alurnya, dan ada sedikit perubahan alur dari alur yang sebelumnya sempet terpikir.

jadi ya maaf aja kalo makin ga genah (jelas), serius ini mentok banget hue :< semoga kalian suka dan ga ilfeel ya, hehe.

i wuff you !

[✓] wound, kjn & hrjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang