(7) Wound

887 187 20
                                    

Wound

Keesokan harinya Renjun kembali menjemput Jennie di depan komplek rumahnya. Akan tetapi ia tidak bertemu Jennie.

Satpam komplek bilang kalau Jennie sudah berangkat dari tadi. Membuat Renjun mau tak mau berangkat sendiri menuju sekolah.

Sampai di tempat parkir sekolah, Renjun mengambil ponselnya lalu membuka galeri. Menampilkan foto data siswi Jennie yang ia dapatkan kemarin.

"Kelas 11 IPS 1."

Dengan segera Renjun beranjak dari motornya lalu berlari menuju lantai tiga, dimana kelas 11 IPS 1 berada di sana.

Wound

Renjun mengetuk pintu kelas 11 IPS 1 ketika sampai di depan kelas tersebut. Sepi, hanya ada beberapa siswi yang sedang piket.

"Lo anak IPA kenapa bisa disini?" Tanya salah satu siswi yang sedang menyapu.

"Gue mau cari Jennie. Ada?" Sahut Renjun.

"Ngapain nyariin jalang?"

Renjun yang mendengernya tersulut emosi, namun sebisa mungkin ia tahan. "Bukan urusan lo."

"Ck. Si jalang ga ada di kelas. Gue usir dia. Paling ke perpustakaan atau ga ke taman belakang. Lagian lo kuker amat nyariin cewek jalang."

"Udah gue bilang bukan urusan lo bangsat!" Sahutnya tidak santai lalu beranjak pergi dari sana.

Wound

Jennie duduk termenung di bangku taman belakang. Wajahnya mengadah menatap langit pagi. Udara di taman belakang sangat segar, membuat pikiran Jennie sedikit rileks.

"Mama, aku kangen..."

Tanpa izin, air mata Jennie jatuh. Ia buru buru menghapus air matanya. Di ambilnya sebuah foto dari dalam tasnya. Foto nya dengan mamanya semasa mamanya masih hidup.

"Ma, boleh tidak aku ikut mama? Boleh tidak aku menyerah? Aku capek ma, aku kangen mama... izinkan aku ikut mama pulang..."

Lagi lagi, air mata Jennie lolos. Jennie terisak. Di peluknya foto tersebut guna menenangkan dirinya sendiri.

Grep!

Jennie terkejut kala ada yang mendekapnya. Ia mendongak dan mendapati wajah tampan Renjun.

Di tatapnya lamat setiap inci dari wajah Renjun, satu kalimat untuk mendeskripsikannya, tampan dan menenangkan.

Ah, Jennie tidak boleh begini. Renjun milik Hera, ia tidak boleh dekat dekat dengan pria ini.

Jennie hendak melepas dekapan Renjun namun Renjun menolaknya, ia semakin mendekap Jennie.

"Gini aja dulu, gue tau lo butuh sandaran. Nangis aja sepuas lo. Luapin semuanya."

Jennie yang mendengar itu tidak sanggup menahan tangisnya. Tangisannya semakin menjadi kala Renjun semakin mendekapnya.

Wound

Setelah kejadian dimana Jennie menangis di dalam dekapan Renjun, suasana menjadi canggung.

"Err, lo ga masuk kelas? Lima menit lagi bel masuk." Ucap Renjun mencoba mencairkan suasana.

Jennie terperanjat kaget, ah iya hari ini Jennie ada ulangan harian. Bagaimana bisa ia melupakannya?

Dengan segera Jennie berdiri dari duduknya dan beranjak pergi dari sana.

Namun, saat baru melangkah satu langkah, ia berbalik.

"Terimakasih." Ucapnya pada Renjun lalu berbalik pergi dari sana.

"Gue bakal cari tau lebih dalam tentang lo Jen, dan gue bakal selalu ngelindungin lo."

Wound

[✓] wound, kjn & hrjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang