(4) Wound

1K 197 13
                                    

Wound

Renjun berangkat pagi hari ini. Karena biasanya ia berangkat 20 menit sebelum bel masuk.

Bundanya pun sampai terheran heran. Apalagi ketika melihat anaknya berangkat menggunakan motor kesayangannya. Karena biasanya anaknya itu akan berangkat menggunakan ojek online.

Sudahlah, kembali pada Renjun.

Renjun menghentikan motornya di depan komplek Garuda. Ia menunggu seseorang. Siapa lagi kalau bukan Jennie yang ia antar pulang kemarin?

"Maaf mas, cari siapa ya?"

Renjun menoleh pada pak satpam, "oh ini pak, saya mencari yang namanya Jennie. Bapak kenal? Dia teman saya pak."

Pak satpam tersebut tampak berpikir sebentar, "oh mbak Jennie, kenal atuh mas. Mbak Jennie p-"

"Pak satpam!" Belum selesai satpam tersebut menyelesaikan ucapannya, Jennie tiba tiba datang memotong ucapan satpam.

"Eh mbak Jennie. Ini mbak, mbak dicariin sama mas ini." Ucap pak satpam sembari menunjuk Renjun.

"Oh, iya. Makasih ya pak." Ucap Jennie sembari tersenyum pada pak satpam.

"Iya mbak, saya pamit patroli dulu ya mbak."

Jennie mengangguk. Setelah satpam tersebut pergi, ia menoleh pada Renjun.

"Kamu kenapa bisa disini? Bukannya kamu harusnya ke sekolah?" Tanya Jennie pada Renjun.

"Mau jemput lo." Jawab Renjun santai.

"Hah?" Tanya Jennie tidak mengerti. Jemput? Renjun menjemputnya?

"Dongo. Gue ngajak lo berangkat bareng, bodoh!" Ucap Renjun sembari menoyor kepala Jennie.

"Eh eh kenapa repot repot? Padahal aku bisa naik bus."

"Bawel. Buruan naik, ga naik gue cium."

Lagi lagi Jennie hanya bisa pasrah dan mengikuti permintaan Renjun. Daripada di cium kan?

Wound


"Eh berhenti sampai sini saja." Ucap Jennie pada Renjun.

"Lah kenapa? Ini masih agak jauh. Masa gue turunin lo sih? Tega banget gue."

"Tidak apa. Tolong turunkan aku."

"Ogah." Tolak Renjun sembari menambah laju motornya.

"Kalau begitu aku lompat saja."

Renjun yang mendengar itupun dengan gesit mengerem dadak. Membuat Jennie yang tidak berpegangan maju kedepan dan tidak sengaja mencium punggung Renjun.

"Astaga Jennie bodoh!"

"Goblok! Bosen idup lo hah?! Gue lagi ngebut dan lo mau lompat?! Gi-" belum sempat menyelesaikan omelannya, Renjun terdiam ketika jarak wajahnya dan wajah Jennie sangat dekat.

Lama mereka bertatapan. Hingga Jennie tersadar dan segera mengalihkan pandangannya. Ia lalu turun dari motor Renjun.

"A-aku jalan kaki saja."

Renjun berdecak, ia ikut turun dari motornya lalu mengahampiri Jennie dan mencekal tangannya.

"Lo bego apa tolol sih?! Sekolah masih jauh, dodol! Mau lo mati kecapekan?!"

Jennie menunduk, "tidak apa. Aku sudah biasa berjalan jauh."

Renjun lagi lagi mendecak, tidak habis pikir dengan jalan pikiran gadis di depannya.

"Oke! Gue anter lo, tapi gue bakal anter lo sampe halte bus deket sekolah. Itu kan mau lo?!"

Jennie mendongak, "sebelum halte."

Renjun ingin menjawab, tapi ia urungkan karena sudah lelah berdebat dengan gadis satu ini.

"Ck! Yaudah ayo!"

Wound

[✓] wound, kjn & hrjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang