Wound
Jennie berjalan cepat di koridor sekolah sembari mencoba menulikan telinganya.
Hinaan hinaan yang diberikan sepanjang koridor sudah menjadi sarapannya sehari hari.
Yang bisa Jennie lakukan hanyalah menerima semua hinaan itu walau Jennie ingin sekali melawan.
Yah, Jennie bisa apa? Dia hanya lah gadis biasa yang tidak memiliki apa apa.
"Hoi anak jelek!" Panggil seorang siswi sembari menghalangi jalan Jennie.
"Nunduk mulu lo, ga patah apa itu leher?"
"Mukanya kan jelek, dekil ga pantes buat di liat, cuma bisa bikin mata jadi katarak, oops!"
"AHAHAHAHAHAHA!!!!"
Ah, lagi lagi Jennie di jadikan bahan tertawaan di koridor. Sebenarnya, apa sih salahnya? Dosa apa dia pada mereka? Atau mungkin karena Jennie seorang pembantu? Atau karena Jennie anak yatim piatu?
Apa itu sebuah kesalahan? Tidak kan?
"P-permisi, aku i-ingin masuk ke kelas." Ucap Jennie takut.
Mendengarnya, suara tawa pun berhenti.
"HEH MURAHAN! APA LO BILANG?! PERMISI?! MAU MASUK KE KELAS?! SIAPA LO SAMPE SAMPE BISA NYURUH GUE MINGGIR?!" bentak siswi tersebut.
Baiklah, mari kita sebut ketiga siswi tadi dengan nama Hera, Tania dan Jessie.
"A-aku tidak m-menyuruh mu untuk minggir..."
Brak!!
Jessie menendang Jennie hingga tubuh Jennie menabrak tong sampah.
"BERANI LO SAMA KITA HAH?! DASAR JALANG!!"
Hera ber-smirk, ia menghampiri Jennie yang tersungkur lalu menginjak tumit Jennie, tangannya memegang pipi Jennie kencang.
"Lo tau? Lo tuh JALANG!! LO TUH MURAHAN!! LO TUH PELACUR!! LO GA PANTES HIDUP!! LO PANTESNYA MATI TAU GAK?!!! DUNIA MALU ADA MAKHLUK MACAM LO!!"
"Lo diem diem ternyata berani juga ya."
"NGAPAIN LO DEKETIN LAKI GUE HAH?! DIBUANG OM OM LO?! GA CUKUP DUIT YANG DIKASIH SAMA OM OM YANG MAIN SAMA LO TIAP MALEM?! DASAR PELACUR BAJINGAN!!"
Jennie mengernyit, ia tidak paham apa yang dikatakan oleh Hera.
Geram, Hera menendang Jennie hingga Jennie terlempar sedikit jauh dari Hera. Lalu Hera kembali menghampiri Jennie dan menunjukan sesuatu di ponselnya.
"Maksud lo apa hm?" Bisik Hera sembari menunjukan fotonya yang sedang di gendong oleh Renjun dan kejadian tadi saat di jalan, dimana ia dan Renjun bertatapan dengan jarak wajah yang sangat dekat.
Lagi lagi Jennie di injak oleh Hera. Bedanya, sekarang perutnya yang di injak. Membuat Jennie ingin memuntahkan isi perutnya.
"Jangan coba coba lo deketin Renjun atau lo bakal mati!" Bisiknya.
Lalu Hera meninju Jennie tepat di pipinya, setelahnya ia pergi dari sana diikuti kedua temannya.
Jennie berusaha bangkit. Sementara siswa dan siswi yang menonton kembali pada aktivitasnya masing masing. Seakan tak peduli dan tak menganggap Jennie ada.
Wound
"Wesh! Tumben lo berangkat pagi bro. Biasanya aja jam segini masih molor." Ucap Jeno ketika memasuki kelas dan menemukan Renjun terduduk termenung di bangkunya.
"Lagi rajin." Jawabnya tidak niat.
"Kenapa lo? Cemberut bae. Senyum ngapa senyum."
"Diem anjing! Mau gue rebonding mulut lo?!"
"Ampun bos."
Renjun menghela nafas panjang. Ia mengusap wajahnya kasar, sejak ia menurunkan Jennie di depan fotocopy-an dekat halte bus, ia tidak lagi melihat Jennie.
Sebenarnya kemana anak itu?
Mau menghampiri ke kelasnya, ia tidak tahu dimana kelasnya. Jadi Renjun harus bagaimana?
Sialan, memikirkannya membuat kepala Renjun sakit. Lebih baik ia mengerjakan PR fisika daripada memikirkan gadis itu.
Lagipula sejak kapan ia peduli pada seorang gadis?
Wound
A/n
Kalian udah tau soal Doyoung yang ngelike postingan salah satu akun fans yang mana postingan itu ngepost foto Jennie?
Kalo belum, liat di google coba.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] wound, kjn & hrj
Random[ COMPLETED ] Ini adalah sepenggal kisah tentang Rubyara Jennie, gadis dengan seribu luka dihidupnya. ©purplebluef