(15) Wound

711 138 6
                                    

Wound

Dan seperti yang Jennie duga. Saat ia keluar dari mobil Renjun, semua pasang mata menatap mereka. Terlebih lagi Renjun yang menggandeng tangan Jennie membuat bisikan bisikan semakin terdengar.


"Eh eh itu si jalang kan?"

"Gila. Udah ga sekolah tiga hari, eh sekalinya sekolah malah mepet ke Renjun."

"Pasti si Renjun di pelet nih sama si jalang!"

"Hera harus tau ini anjir!"

"Cih murahan banget jadi cewek. Nempel sana sini. Kayak gak punya harga diri."

"Kalo si Hera liat, udah mati kali tuh cewek."

"Eh eh liat tuh! Si jalang badannya perban semua anjir wkwk!! Kek mumi!"

"Lah iya. Mana itu jalannya pincang. Abis main semaleman sama om om kali, wkwkwk!!"

Jennie semakin menundukan kepalanya. Ia takut. Sungguh. Walaupun ia sudah sering diperlakukam seperti ini, tetapi entah kenapa kali ini ia takut.

Renjun yang tersadar bahwa Jennie berjalan sedikit pincang itupun berhenti dan menoleh ke Jennie yang terus menunduk.

"Jen? Lo gapapa? Kok jalan lo pincang? Luka kemarin belum sembuh ya?" Tanya Renjun, di angkatnya dagu Jennie dan menatap manik mata gadis itu.

Jennie menggeleng lalu kembali menunduk.

"Eh anjir liat tuh si jalang sok imut banget ew!"

"Iya, najis banget. Hoek! Mau muntah rasanya."

"Beneran? Atau mau gue gendong aja?" Tawar Renjun yang dijawab gelengan kepala oleh Jennie.

"Alah bangsat sok gamau lagi, paling paling dalem ati mau tuh!"

"Munafik si jalang mah."

Jennie melepaskan gandengan tangan Renjun. Lalu tangan Jennie beralih meremas kuat ujung roknya.

"M-maaf Ren, ak-aku ke k-kelas sendirian saja." Ucapnya, masih dengan kepala yang menunduk.

Jennie berjalan cepat mendahului Renjun, dengan langkah yang pincang tentunya.

"CIH SOK JUAL MAHAL LO PELACUR!!"

Renjun hendak menahan Jennie, namun ia urungkan kala mendengar teriakan yang membuat emosi nya memuncak.

Renjun menoleh ke siswi yang berteriak tadi. Di tatapnya siswi itu dengan tajam. Membuat siswi itu kikuk.

"BUBAR KALIAN!! KALIAN TAU GAK?! KALIAN ITU ANJING!! BAHKAN LEBIH BURUK LEBIH RENDAH DARI ANJING!! MAJU KALIAN KALO BERANI!!" Teriak Renjun. Membuat suasana menjadi diam dan mencekam.

"ARGH BANGSAT!!" Umpat Renjun. Ia menendang bebatuan di depannya ke sembarang arah.

"NGAPAIN DIEM?! MAU GUE PUKUL KALIAN SATU SATU?! GUE SURUH KALIAN APA TADI?!" Bentak Renjun pada sekumpulan siswi dan siswa yang tak kunjung pergi.

"BENERAN MAU DI PUKUL YA?! BUBAR ANJING!!" Renjun hendak memukul salah satu siswa, namun untungnya Jeno datang tepat waktu dan menahan Renjun.

"GOBLOK KALIAN JADI MANUSIA!! NGAPAIN JADI PATUNG?! NUNGGUIN RENJUN BUNUH KALIAN SATU SATU?! BUBAR BANGSAT!!" Bentak Jeno, seketika sekumpulan tadi buru buru pergi dari sana.

"Argh!!" Renjun memberontak, namun Jeno menahannya.

"Tenangin diri lo Ren, lo gaboleh gini. Lo harus tenang. Calm down. Dimana Renjun yang selalu tenang?" Ucap Jeno mencoba menenangkan Renjun.

Dirasa Renjun sudah mulai tenang, Jeno melepaskan Renjun dari dekapannya.

"Ck!" Renjun berdecak lalu pergi meninggalkan Jeno begitu saja.


Wound


A/n
kalo pagi yang double up pasutri, kalo sore yang double up wound. hehe. kali kali gitu ya kan double up :3

[✓] wound, kjn & hrjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang