wound
"nih baju sama buku buku lo." ucap Jeno sembari menaruh sebuah tas ransel ukuran besar di sofa.
Renjun yang baru saja selesai mandi itu menoleh ke arah Jeno yang sedang meminum susu pisangnya.
"wah, thank you loh. by the way, lo udah bilang bibi kalo gue nginep di rumah lo selama dua minggu?" tanya Renjun sembari mengeringkan rambutnya yang basah.
"udah. untung mama lo lagi di luar negeri, kalo nggak bisa puyeng gue di tanyain macem macem sama tante aleey." jawab Jeno sembari melempar susu pisangnya yang telah habis ke tong sampah.
Renjun hanya mengangguk-angguk sembari membuka sandwichnya.
"lo beneran nginep disini selama dua minggu, Ren?" tanya Jeno. matanya fokus menatap pria dengan tinggi 171 cm tersebut.
Renjun menatap Jennie yang terbaring lemas di ranjang lalu setelahnya ia menatap Jeno dan menghela nafas panjang. "iya, mau gimana lagi? kasian Jennie kalo ga ada yang nungguin."
"kenapa lo nggak ke rumahnya dan kasih tau mamanya?" tanya Jeno masih dengan mata yang terfokus pada Renjun.
Renjun terdiam, ia lalu segera menghabiskan sandwichnya dan beranjak dari duduknya. Renjun mengambil tasnya sembari meminum susu pisang miliknya.
"yuk, No. kita berangkat, takutnya telat."
"Renjun Alhendry. jawab pertanyaan gue. kenapa lo ga ke rumahnya Jennie dan kasih tau mamanya kalo Jennie ada di rumah sakit?" Jeno menekankan setiap perkataannya, membuat Renjun yang hendak membuka pintu menghentikan aksinya.
Renjun terdiam, tidak bergerak se-incipun.
"Ren, do you know anything about Jennie's background and you are hiding it?" tanya Jeno.
Renjun menahan nafasnya, "no, i don't know anything."
"really? you're not lying right?" tanya Jeno memastikan.
Renjun hanya diam, ia membuka pintu lalu berjalan keluar, "ayo berangkat. nanti telat." ucapnya sebelum keluar dari kamar dan meninggalkan Jeno.
"lo gak pinter bohong Ren, gue tau lo nyembunyiin sesuatu." batin Jeno sebelum ia keluar dari kamar.
wound
Renjun membuka pintu mobil dan keluar dari mobil lalu berjalan menuju ke kelas meninggalkan Jeno yang masih berada di dalam mobil.
memang sejak percakapan di kamar rawat inap Jennie tadi mereka tidak lagi berbicara. hanya keheningan yang menghiasi perjalanan mereka.
Jeno menghela nafas, ia tau sahabat dekatnya itu tengah menyembunyikan sesuatu yang penting. ia selalu tau itu, karena seorang Renjun Alhendry tidak pandai berbohong. sekalipun pada anak kecil. dia adalah pria yang jujur kalau kalian belum tahu.
dan Jeno sebagai pria yang peka tentunya menyadari jika sahabatnya itu sedang berbohong. jangankan pada Renjun, pada wanita yang suka memberi kode saja Jeno peka. ia pria yang hebat bukan?
terserahmu, Jeno Alandra.
Jeno lalu segera mengambil tasnya di kursi belakang dan keluar dari mobil. ia lalu segera berjalan menuju kelasnya. karena pagi ini ada ulangan harian fisika yang menanti kedatangannya.
Renjun berjalan santai dengan buku tebal berjudul 'pintar fisika' ditangannya. ia baru saja meminjam dari perpustakaan.
kalian ingat kan kalau kelas Renjun akan ada ulangan harian fisika pagi ini?
Renjun itu tipikal orang yang tidak akan lari dari hal yang berbau ujian ataupun yang berbau hitung menghitung. tidak seperti kalian yang memilih bolos jika ada ujian harian, apalagi mapelnya yang berhubungan dengan rumus dan angka.
ah sudahlah.
Renjun terus berjalan tanpa memperhatikan sekitar. ia tidak sadar bahwa ia diperhatikan oleh siswa siswi di koridor, bahkan ada juga yang membicarakannya.
dasar manusia, ga gibah ga idup.
Renjun meletakkan tasnya di bangkunya saat ia sudah sampai di kelas. disampingnya ada Jeno yang sedang memakan nasi bungkus.
tadi mampir ke kantin dulu ternyata.
"dasar perut spiderman, melar." cibir Renjun. bahkan ia tidak lagi peduli kalau mereka sedang diam-diaman karena kejadian tadi pagi.
Jeno mendelik ke Renjun dengan mulutnya yang penuh. "swarapwan swandwich gwak akan cwukup buwat jagowwan kwek guwe." ucapnya dengan nasi yang muncrat kemana mana.
"telen dulu, goblok!" ucap Renjun sembari memukul punggung Jeno.
"uhuk! uhuk!" melihat Jeno yang tersedak, Renjun dengan segera mengambil botol minum di tasnya dan menyerahkannya pada Jeno.
botol minum tadi di terima oleh Jeno dan ia teguk sampai habis.
"biadab lo, minum gue di abisin." cibir Renjun ketika Jeno mengembalikan botol minum miliknya dengan isinya yang sudah hilang.
Jeno terlihat tidak peduli, ia menghabiskan sisa sisa nasi dengan bersih dan beranjak dari duduknya untuk membuang bungkus nasi bungkus tadi ke tong sampah. setelahnya ia mencuci tangan di wastafel depan kelas.
selesai dengan kegiatannya, ia kembali ke bangkunya dan membuka buku yang berisi rumus rumus fisika.
"udah kenyang perut melar lo yang manja?" tanya Renjun, lebih tepatnya ke sindiran.
Jeno melirik Renjun sinis, "apa lo bilang? melar? cih. lo gatau ya kalo gue punya roti sobek enam kotak? mau gue kasih lihat ga?"
Renjun melotot, "heh. dosa goblok. banyak anak cewek di kelas. kalo cuma lo sama gue sih ga masalah."
Jeno hanya tertawa mendengarnya.
kringgggg!!! hello police? please catch the suspect who escaped the exam. kringggg!!!
bel sudah berbunyi, membuat Jeno yang sedang tertawa menghentikan tawanya. "bangsat gue belum hafal semua rumusnya." umpatnya.
kini giliran Renjun yang tertawa, ia menutup bukunya dengan santai lalu memasukkannya ke dalam tas.
lima menit kemudian guru fisika datang membuat seisi kelas ricuh.
wound
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] wound, kjn & hrj
Random[ COMPLETED ] Ini adalah sepenggal kisah tentang Rubyara Jennie, gadis dengan seribu luka dihidupnya. ©purplebluef