(11) Wound

808 166 7
                                    

Wound

Seperti pagi pagi sebelumnya, Renjun datang menjemput Jennie untuk berangkat bersama. Bedanya, kemarin Renjun menjemput di depan komplek, sekarang Renjun menjemput tepat di depan rumahnya.

Ding dong

"Permisi!" Teriak Renjun di depan pagar rumah Jennie. Namun, ia tidak mendapatkan jawaban dari Si pemilik rumah.

"Permisi! Jennie! Permisi!" Teriak Renjun sekali lagi. Namun tetap tidak ada yang menjawab.

"Anu, cari siapa ya dek?" Tiba tiba seorang ibu ibu menghampiri Renjun.

Renjun yang sadar jika ibu ibu itu berbicara padanya pun segera tersenyum dan menjawab pertanyaan Si ibu, "anu bu, ini, saya mencari teman saya yang tinggal disini, ibu kenal?"

"Ohh, iya kenal iya. Kalau anaknya sih sudah berangkat dari tadi dengan orang tuanya. Tapi biasanya pembantunya jam segini belum berangkat sekolah."

Renjun mengernyit, pembantu? Sekolah? Jadi Jennie punya pembantu yang masih sekolah?

"Ah, kalau boleh tau nama anak dan pembantunya siapa ya bu?" Tanya Renjun.

"Waduh, saya lupa dek, maaf ya." Sahut Si ibu.

"Ah tidak apa bu. Saya pamit kalau begitu. Permisi bu." Pamit Renjun pada ibu ibu tadi, dan hanya di balas senyuman oleh Si ibu.

Wound

Jennie terbangun dari tidurnya kala nyonya-nya menendang perutnya.

"BANGUN KAMU! SAYA PAGI PAGI SUDAH MASAK DAN KAMU MALAH ENAK ENAKAN TIDUR?! WARAS KAMU?! BANGUN!"

"I-iya nyonya." Ucap Jennie pelan, sangat pelan.

"Sekarang kamu mandi, setelah itu kamu beres beres rumah. Dan kamu tidak boleh sekolah hari ini."

"T-tap-

"JANGAN MEMBANTAH!! Saya tidak suka di bantah, apalagi yang membantah hanya sampahan seperti kamu." Sela nyonya Hazel.

Jennie menunduk, tangannya meremas bajunya kuat kuat. Astaga bagaimana ini, nanti Jennie ada kuis dan ulangan harian. Nilai Jennie akan menurun jika begini, dan beasiswanya bisa di cabut. Jennie tidak mau itu terjadi.

"NGAPAIN KAMU DIAM SAJA?! CEPAT MANDI DAN BERESKAN RUMAH! SAYA BERANGKAT KERJA DULU!" Bentak nyonya Hazel.

Jennie yang mendengar itu langsung tersadar dari lamunanya dan beranjak dari sana.

"JENNIE!! SEPERTI BIASA KAMU HANYA BOLEH SARAPAN, JANGAN BERANI BERANINYA KAMU MAKAN SIANG!!" Teriak nyonya Hazel dari pintu depan.

"Baik, nyonya!" Sahut Jennie juga teriak.

Wound

Jennie sedang membersihkan kamar nyonya-nya. Namun kegiatan nya berhenti kala ia mendengar bunyi bel rumah.

Jennie mengernyit, "kenapa nyonya kembali? Ada yang tertinggal kah? Tapi kalau itu nyonya, pasti langsung masuk. Kenapa harus memencet bel?" Batinnya.

Jennie hendak turun dan membuka kan pagar, namun ia urungkan niatnya kala ia mendengar suara yang familiar.

"Permisi!"

Jennie mengernyit, "Renjun? Ini suara Renjun kan?"

"Permisi! Jennie! Permisi!"

Jennie membuka tirai jendela kamar nyonya-nya dan mengintip dari sana. Ia membelakkan matanya kala melihat Renjun berada di depan pagar.

"Astaga Renjun kenapa bisa ada disini."

Jennie berbalik, berniat turun menemui Renjun, tapi ia kembali membalik badannya dan mengurungkan niatnya.

"Ayolah Jennie, menjauh. Kamu harus menjauh dari Renjun, kamu tidak pantas ada di samping Renjun." Monolognya.

Ia kembali membuka tirai jendela dan mendapati Renjun yang sedang mengobrol dengan tetangganya.

"Tolong jangan beritahu bahwa aku pembantu disini, bu..." gumam Jennie, berharap tetangganya tidak memberitahu bahwa ia adalah pembantu disini.

Jennie bukannya malu akan statusnya. Hanya saja, ia tidak ingin jika Renjun menjauhinya hanya karena statusnya sebagai pembantu.

Tunggu, bukan kah itu hal yang baik Rubyara Jennie? Jika begitu kau tidak perlu susah payah menjauhi Renjun kan? Karena Renjun yang akan menjauhimu dengan sendirinya. Tapi entah kenapa, Jennie tidak rela.

Asik dengan lamunannya, Jennie sampai tidak sadar jika Renjun telah pergi dari sana. Membuat Jennie sedikit lega.

"Maaf, Renjun..."

Wound

A/n
Request cerita yang bagus dong. Yang pemerannya Jennie. Aku lagi pengen baca Jennie x NCT tapi aku males nyariii (╥﹏╥) bantuin donggg~

[✓] wound, kjn & hrjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang