Took an oath and I'm stick it out till the end
Mulmednya...T◇T
*****
Aku membuka mata. Mengerjab pelan menyesuaikan cahaya yang di tangkap mataku. Aku bangun dari baringku, dan menatap sekitar. Mataku sedikit melotot.
Aku berada di atas tempat tidur. Melihat ke arah samping kiri, aku mendapati Akashi masih tidur dengan wajah damainya. Dia terlihat lucu saat ini, kerutan serta tatapan mata tajamnya menghilang, mulut yang sering mengucapkan kata kasar kini terbuka sedikit.
Aku menahan tawa, menutup mulutku dengan sebelah tangan. Bisa bahaya jika dia terbangun dan melihatku menertawakan wajahnya yang terlihat seperti bocah tidak tahu apa-apa.
Aku meninggalkan tempat tidur. Membiarkannya berlayar di alam mimpi sebelum bangun, yah ini juga masih terlalu pagi. Pukul lima pagi.
Kalau dipikir-pikir, aku dan dia terlihat seperti suami istri. Tidak! Jangan membayangkan hal yang tidak-tidak. Aku menepuk kedua pipiku, mencoba menjauhkan pikiran penuh haluan ku di pagi hari.
Setelah membersihkan diri, aku segera turun ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Saat membuka pintu dapur, aku dikejutkan dengan keberadaan Gunawan yang sedang makan apel seperti tupai. Kedua pipinya mengembung mungkin karena dipenuhi apel.
"Owhaywo," jujur, aku tidak tahu dia bilang apa.
"Gunawan, sebaiknya kau habiskan makanmu dulu, ya," ucapku dengan nada lembut. Aku berjalan ke arah kulkas, mengambil beberapa bahan makanan dan mulai memotong.
"Seijuro mana?"
Aku terdiam. Tanganku tetap memotong kecil-kecil daging, tapi pikiranku kemana-mana. Apa yang harus kujawab? Meski aku dan dia tidak melakukan apa-apa, tapi rasanya saat mengatakan itu pada orang lain benar-benar aneh.
"F/N-chan?" Aku masih terdiam saat Gunawan memanggilku.
Sudahlah, kujawab jujur saja.
"Dia...ada di kamarku...," aku menggigit bibir bawah.Aku melirik Gunawan yang terdiam. Wajahnya memasang ekspresi polos. Apa yang anak ini pikirkan?
"F/N-chan,"
"Ya?"
"Jujur saja, aku tidak yakin jika kau ini masih...seorang gadis..,"
"Apa maksudmu?" Aku tanpa sadar mengangkat pisau yang ada di tangan kananku.
"AAAAA AMPUUUUN," Gunawan berlagak seakan aku akan membunuhnya.
Aku menurunkan tanganku dan melanjutkan kegiatan memotong daging.
"Tapi, aku serius tau, F/N-chan."
"Aku dan dia tidak melakukan apapun. Oh ya, terima kasih untuk yang semalam, ya," ucapku padanya. Tersenyum.
Gunawan menggaruk belakang kepalanya yang kuyakin tidak gatal.
"Jujur saja, aku tidak tahu jika kalian bakal kek gitu semalam, sih. Makanya aku langsung teriak, hehe~,""Hm, kedatanganmu itu menyelamatkanku. Sangat," ucapku menekan kata akhir.
"Hmmmmmmm...,"
****
Aku membuka pintu ruangan kerja Akashi. Sedikit terkejut saat melihat keadaan ruangan ini, benar-benar berantakan. Meja kayu yang patah, jendela kaca yang pecah, kertas bertebaran di mana-mana, sofa yang sudah terbelah dua. Dan satu hal yang membuatku bingung sekaligus merinding, bekas seperti tancapan gunting atau pisau(?) Yang banyak di dinding dekat pintu.Aku menggulung baju yang kupakai, sebagian besar bajuku semua itu berlengan panjang, sweater dan hoodie. Aku mengikat rambut lalu mengambil sapu untuk membersihkan pecahan kaca. Memungutnya setelah menggunakan pelindung tangan.
"SEMANGAT YAAA, F/N-CHAN!!!!!" Aku menoleh ke arah pintu yang memang kubiarkan terbuka, Gunawan melambaikan tangannya lalu melewati ruangan ini. Yah, hanya itu.
Aku sempat berhenti lagi saat tiga orang pria masuk ke dalam membawa semen juga cat. Dua pria itu, Obi dan Ryan. Yang satunya lagi aku tidak tahu.
"Maaf nona F/N, kami ingin menambal bekas tancapan gunting di ruangan ini. Maaf atas gangguannya," ucap Obi padaku dengan sopan.
"Um, silahkan," jawabku tersenyum.
Aku melanjutkan kembali pekerjaanku. Mengganti semua barang yang ada disini dan membawa ke gudang barang-barang yang rusak.
Termasuk meja kayu dan sofa. Tapi untungnya, Obi mau membantuku membawa semua barang itu.
Beberapa jam kuhabiskan membersihkan tempat ini. Setelah selesai, aku benar-benar puas. Tempat ini kembali bersih tanpa kotoran sama sekali. Ketiga pria tadi juga pekerjaan mereka sudah selesai. Kulihat Obi sedang berbicara lewat telepon di sudut ruangan.
Aku memandang sekitar ruangan ini. Benar-benar luas.
"Wah, kau hebat ya, nona F/N," Obi tiba-tiba berdiri di sampingku.
Aku sempat terkejut, kemudian menggeleng. Lalu, memberikan senyum. "Itu sudah pekerjaanku,"
"Tapi, sepertinya tuan terlalu berlebihan memberikanmu pekerjaan seperti ini. Sendirian lagi,"
"Awalnya aku juga keberatan. Awal aku bekerja disini, dia juga memberikan pekerjaan yang banyak dan parahnya dia tidak meminta beberapa pelayannya untuk membantuku padahal dia sudah bilang padaku akan meringankan pekerjaanku," ucapku dengan sedikit jengkel.
Kudengar Obi tertawa di sampingku.
"Hahaha! Dia memang seperti itu. Tapi percayalah, semua yang dilakukannya dan perintahnya itu penuh perhitungan dan terencana. Dia tidak akan melakukan hal yang tidak perlu. Mungkin, dia memiliki alasan memberikanmu pekerjaan yang banyak. Entah itu menguntungkannya, atau menguntungkanmu," dia mengelap sedikir air mata yang berada di ujung matanya, mungkin karena tertawa tadi."Benarkah?" Tanyaku. Agak berlebihan saat kudengar perkataannya. Tapi, kalau dipikir-pikir, mungkin memang benar. Terlihat dari pembawaannya. Dia orang yang penuh perhitungan.
"Tentu saja. Aku sudah bersamanya selama tujuh tahun, jadi aku sudah tahu," dia mengedikkan bahu lalu meletakkan kedua tangannya di belakang kepala.
Aku hendak membalas perkataanya, tapi tidak jadi saat ponsel yang berada di kantong celanaku berbunyi.
"Ah, tunggu sebentar ya," aku melihat nama yang tertera di layar ponsel.
Akashi...
"Ha'i?" Ucapku saat menerima panggilan itu.
"Bawakan aku berkas dengan map putih. Minta pada Gunawan. Kutunggu limabelas menit," dia mematikan telepon secara sepihak sebelum aku membalasnya.
Aku menghela nafas panjang.
"Ada apa?" Tanya Obi padaku.
"Si menyebalkan itu memintaku membawakannya berkas ke kantornya," jawabku.
"Tuan Seijuro?"
Aku mengangguk.
"Aku bisa mengantarmu. Kau ambil berkas itu dulu," Obi keluar dari ruangan ini, lalu aku menyusulnya.
"Apa tidak menyusahkanmu?" Tanyaku.
"Tenang saja, nona cantik. Aku luang hari ini,"
Aku tersenyum senang mendengarnya.
****
Yuhuu! Aku lagi dengerin lagu Position Ariana Grande hehe >~<.By Andift MieGoreng6.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire ( Milliarder! Akashi x Agent! Reader) END
Mystery / ThrillerPair : Akashi X Reader Karakter milik Tadoshi Fujimaki Seorang gadis muda cantik yang bertemu dengan seorang Milliarder yang sangat kaya rupawan, tapi bersifat dingin dan arogan. Pertemuan singkat yang membuat sang Milliarder muda itu tertarik akan...