Chapter 22 : ~ Kenapa? ~

134 25 4
                                    

****

Aku berjalan masuk mengikuti Gunawan, Obi dan Bobby. Gunawan dan Bobby berjalan di depan sambil berdebat, sementara aku dan Obi berjalan di belakang mereka.

"Nee, Obi," panggilku.

"Ha'i? Ojou-san?"

Aku tersenyum.
"Terima kasih untuk yang tadi. Kau menyelamatkanku,"

Dia tertawa.
"Haha! Itu bukan masalah besar, nona," ucapnya disela tawa.

Aku tersenyum menanggapinya.
"Tapi,...apa kau benar-benar mendengar percakapan kami di ruang keluarga?" Tanyaku. Penasaran. Aku yakin waktu itu aku hanya berdua dengan Akashi.

"Tidak. Tadi tanpa sengaja, aku melihatmu ditarik tuan memasuki taman labirin. Sekilas saat aku melihat mata tuan yang berkilat, aku langsung tahu jika dia ingin membawamu ke tempat rahasia itu," ucapnya.

Aku menganggukkan kepala.

"Tapi...kenapa kau menyelamatkanku? Berbohong pada mereka berdua?" Ucapku, menunjuk kedua anak kembar di depan kami.

"Kau pasti tidak ingin di teror dengan pertanyaan yang sama oleh mereka 'kan? Jika mereka tahu tuan membawamu ketempat itu, mereka akan terus bertanya tanpa henti," jawabnya. Aku mengerjab.

"Mereka sangat penasaran ya dengan taman itu?"

"Tentu. Setelah mengetahui jika taman itu di rawat oleh tuan. Mereka langsung heboh sendiri. Kata mereka, 'ini adalah hal yang sangat langkah dan harus di abadikan', seperti itu," jelasnya. Kedua tangannya berada di belakang kepalanya.

Aku menganggukkan kepala paham.
Rasa penasaran Gunawan dan Bobby sangat besar. Tapi, keberanian mereka mengganggu Akashi rasanya perlu diberi apresiasi.

"Apa hanya Gunawan dan Bobby saja yang sering mengganggu Akashi?" Tanyaku.

"Ada satu lagi, Bryan. Mereka dijuluki tiga sengklek, sih," ucapnya.

Aku kembali mengerjab. Kupikir yang di maksud tiga sengklek itu si kembar dan Obi. Ternyata bukan Obi, ya?

"Kalau kau sendiri?" Tanyaku. Dia sudah bersama mereka selama tujuh tahun.
"Kau sudah lama bersama mereka 'kan?"

"Yah, aku bukan termasuk tiga sengklek, sih. Dan aku juga tidak mau. Aku memang sudah kenal lama dengan mereka, terutama Gunawan dan Bobby yang teman kecilku. Hubungan kami semua seperti saudara, kok. Apalagi saat kami semua sudah tinggal disini," jelasnya. Kulihat senyuman tulus tercetak di wajahnya.

Aku juga ikut tersenyum, lalu mataku menatap ke depan. Kearah Gunawan dan Bobby yang sudah saling tarik-tarikan rambut.

"M-mereka... tidak dihentikan...?" Tanyaku pada Obi.

Dia menaikkan kedua bahunya.
"Tidak perlu. Mereka bakal berhenti sendiri nantinya."

"O-oh..."

*****
Aku melakukan rutinitasku, menyiapkan sarapan pagi dengan tambahan dua porsi untuk Obi dan Bobby.

Seperti biasa, aku menunggu mereka selesai makan di dapur sambil mengerjakan pekerjaanku. Mencari data mengenainya dan melacak keberadaannya. Sampai sekarang, sebenarnya belum ada kemajuan yang berarti.

The Billionaire ( Milliarder! Akashi x Agent! Reader) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang