Chapter 21.1 : ~ About past ~

148 28 12
                                    

You can stand under my umbrella.

******

(Lanjutan Chapter kemarin {2})

Aku duduk di samping kanannya. Aneh rasanya jika dia bersifat seperti ini. Bersifat baik dan menunjukkan senyumnya. Jujur saja, dia terlihat semakin tampan dengan senyuman di wajahnya. Tapi...tetap saja terasa aneh.

"Gunawan bercerita sampai mana?"

Aku menoleh ke arah Akashi.
"Um, dia bercerita tentang ibumu yang selalu menghadiri pertandingan basketmu," ucapku setelah mengingat.

"Itu benar. Beliau selalu menghadiri setiap pertandingan basketku sampai kelas lima. Tapi kemudian, ibuku jatuh sakit. Tidak lama dari itu, dia dinyatakan meninggal. Sepertinya aku tidak perlu menjelaskan bagaimana perasaanku waktu itu," dia menoleh kearahku. Senyumannya masih terpasang. Aku mengangguk paham.

Kami berdua terdiam. Aku juga tidak berniat membuka sebuah topik baru untuk dibicarakan. Cerita tentang ibunya memang singkat, tapi rasanya aku sedikit tahu perasaan yang dia rasakan waktu ibunya meninggal.

Kosong. Hampa.

Rasanya benar-benar tidak enak. Aku pernah merasakannya saat kakek meninggalkanku. Sepertinya...akan lebih bagus jika kita hidup di dunia yang kejam tanpa merasakan emosi serta tidak tahu apa-apa. Dengan begitu, perasaan sakit akan kehilangan tidak akan menambah beban hati.

"F/N,"

Aku menoleh dengan cepat kearahnya. Memasang wajah bertanya.

"Kenapa kau bekerja di Mis-use? Kurasa...kau lebih cocok menjadi seorang model,"

"Aku punya alasan," jawabku.

"Alasan apa?"

Aku berdiri dari tempat duduk lalu berjalan ke arah bunga lily.
"Aku mencari dua orang yang penting bagiku,"

"Ha?"

Aku menoleh kearahnya. Memasang senyum diwajahku. "Ano nee, sebenarnya aku kehilangan ingatanku sampai umur sembilanbelas tahun karena kecelakaan tiga tahun lalu. Aku hanya mengingat beberapa kepingan saja, tentunya mengenai dua orang yang kucari," dia memasang ekspresi datar. Senyumnya hilang dari wajahnya. Yah..menurutku itu sedikit lebih baik daripada dia tersenyum. Dia seperti orang lain tadi.

Aku melihat kearah bunga lily di depanku. Tanganku terangkat menyentuh kelopaknya.
"Aku mencari kakek dan seorang anak laki-laki yang menjanjikanku makanan manis. Saat itu umurku delapan tahun, dia merusak istana pasir yang kubuat susah payah dengan bola basketnya. Sebagai permintaan maafnya, dia berjanji membawakanku makanan manis esok harinya. Sayangnya, aku tidak dapat memenuhi janji itu karena aku dan kakek pergi di pagi hari yang dijanjikan.

Mungkin dengan bekerja di Mis-use. Aku dapat menemukan keberadaan mereka berdua," ucapku mengakhiri cerita singkatku. Aku menoleh kearahnya. Dia memasang wajah...entahlah, aku tidak dapat menjelaskannya.

"Lalu setelah bertemu anak laki-laki itu, kau mau apa?" Tanyanya.

"Aku ingin meminta maaf padanya karena telah melanggar janji," ucapku.

Dia memasang sebuah seringaian.
"Hee, kenapa kau percaya jika anak laki-laki itu benar-benar membawakanmu makanan manis sebagai permintaan maaf? Bisa saja dia berkata bohong agar kau berhenti menangis 'kan?"

The Billionaire ( Milliarder! Akashi x Agent! Reader) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang