17. Romansa

2.3K 118 0
                                    

Ariana kembali ke rumah. Bukannya senang Anita sang ibu malah heran kenapa putrinya kembali membawa barang-barangnya. Anita lebih senang putrinya menjauh dari rumah. Akan lebih aman untuknya dan lebih baik untuk semua orang.

"Kamu berhenti kerja Ariana?"
Anita menggeruduk Ariana ke kamarnya.

"Aku tidak berhenti Bu, aku hanya ingin pulang. Memangnya kenapa? Sepertinya Ibu tidak suka aku kemari."

Ariana menatap penuh selidik pada ibunya. Ariana terlihat tidak tahu kenapa ibunya begitu aneh padanya.
Anita memang khawatir pada putrinya. Anita tidak mau majikan tuanya melihat Ariana.

"Bukannya begitu Ariana, ibu hanya...

"Ariana, kau itu?"

Sebuah suara menyapa Ariana. Anita memejamkan mata sambil mengatupkan mulutnya. Kenapa dengan kakek tua ini? Pikirannya sewot.

"Iya pak Kalandra, ini aku."

Ariana tersenyum ramah pada Kalandra senior.  Kalandra mendekati Ariana lalu menangkup ke dua belah pipi Ariana. Kalandra tersenyum lalu mengecup kening Ariana. Ariana sangat risih. Sebenarnya ketika Arianna masih kecil, Ariana terbiasa mendapat pelukan dan ciuman dari Kalandra. Tapi kenapa sekarang rasanya berbeda. Ada rasa tidak nyaman ketika pria tua beruban namun tampan itu mengecupnya.

"Kau sudah besar dan cantik seperti ibumu."

Mendengar Kalandra memuji Ariana dengan intim perut Anita bergolak. Rasa mual merayapinya. Kalandra memang pemuja wanita. Dia menyukai wanita cantik dan menggaulinya kalau mau. Anita tidak memungkiri. Ariana memang secantik bidadari dari kayangan dengan kulit putih dan berwajah klasik seperti seorang ratu Eropa.

"Iya." jawab Ariana canggung.

"Kamu pasti sudah punya pacar kan?"

"Sudah."

"Kenalkan padaku, aku harus menilainya terlebih dahulu sebelum dia melamarmu lalu menikahimu."

Ariana hanya tertawa, Kalandra hanya tertawa, mereka tahu ini bukan obrolan yang serius, tapi jika ini benar kakek tua ini akan mati terkena serangan jantung karena yang akan menikahinya adalah cucunya sendiri.

"Tentu saja aku akan mengenalkan pada anda pak Senior." ucap Ariana.

"Ariana, masuklah ke kamarmu sayang!"

Ariana dan Kalandra mentap Anita heran. Suara ketusnya sangat tidak enak di dengar.

"Kau ini selalu saja kasar pada putrimu Anita." Kalandra bergerak gelisah sambil memasukkan tangannya di celana.

"Tentu saja saya tahu apa yang akan saya lakukan pada putri saya Pak Kalandra."

Ariana membaca gelagat tidak suka pada teguran Kalandra. Sepertinya ibunya selalu bersitegang dengan majikan tuanya. Ariana akhirnya memilih meninggalkan mereka dan masuk ke dalam ruangan.

Kalandra menatap Anita tajam. Lalu tangannya menyambar tangan Anita. Pria itu menarik tangan wanita itu masuk kedalam kamarnya. Kalandra menutup lalu mengunci pintunya.

"Jangan coba-coba memperlakukannya dengan kasar Anita. Aku sangat menyayanginya mengerti?"

Kalandra mendesak mendorong tujuh Anita yang sintal ke arah tembok kemudian menghimpitnya. Anita bisa merasakan kejantanan Kalandra pada tubuhnya.

"Begitu caraku menyayanginya supaya dia tidak seperti aku." Anita menatap tajam pada mata Kalandra yang masih seindah dulu.

"Memangnya ada apa denganmu heh? Kau sendiri yang menolak aku nikahi. Kau yang memilih hidup seperti ini membawa Ariana."

Ariana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang