6. Pergi

4.3K 192 8
                                    

Ariana kembali ke meja makan setelah mandi dan membersihkan riasannya. Ariana berpikir awalnya Andreas sudah pergi dari sana setelah menyelesaikan makannya. Tapi nyatanya Andreas masih di sana sedang memeriksa ponselnya.

Andreas juga baru sadar bahwa dirinya belum beranjak. Dia sedang bicara dengan istrinya lewat aplikasi percakapan yang terkenal itu. Nilam marah karena Andreas tidak bersedia menemui pengacaranya tapi malah membatalkannya. Andreas bilang, Nilam yang menggugat, jadi seratus persen harus Nilam yang mengurus termasuk bertemu dengan pengacaranya.

"Aku baru akan pergi."

Andreas berdiri meninggalkan meja makan. Ariana tersenyum lalu berbenah. Selesai berbenah dia tidak langsung masuk kekamarnya untuk istirahat. Tapi dia berjalan-jalan ketaman seperti biasanya.

Dia melihat taman bunga milik majikannya yang mungkin akan di tinggalkannya. Bunga-bunga ini pasti akan merana tanpa pemiliknya. Ariana menyentuh bunga mawar dengan lembut.

"Aku pikir kau tidur."

Sebuah suara berat mengejutkan Ariana. Ariana hampir tekena serangan jantung karena melihat Andreas dalam kegelapan.

"Astaga." pekiknya sambil mengelus dadanya.

"Anda sedang apa di sini? Anda harus tidur."

Bukannya menjawab Andreas malah mendekati Ariana.

"Saya akan tidur sebentar lagi."

Ariana tidak bisa mengelak karisma Andreas yang membuatnya ingin mendekat. Pria itu sangat harum dan maskulin. Ariana jatuh cinta padanya sejak masih anak-anak.

"Aku penasaran, kemarin kau mengetahui aku demam."

Ariana menatap mata tajam Andreas yang sedang menatapnya.

"Sa... Saya...."

Ariana tidak mau mengatakan bahwa ia mengetahuinya dari mimpi. Sangat memalukan jika di ceritakan. Andreas sendiri juga bingung bagaimana Ariana tahu, padahal ia mengambil parasetamol sendiri tapi rasanya serasa nyata ketika bermimpi menelanjangi Ariana dan akhirnnya mencapai puncak dengan tidak sopan.

"Saya tidak pasti pak, mungkin saya hanya menebak."

"Aku memang sakit demam, tapi aku sadar mengambil obatku sendiri, tapi..."

Andreas tidak melanjutkan kalimatnya, dia menatap Ariana lekat-lekat.

"Aku seperti melihatmu di dalam kamarku."

Ariana merona. Andreas bahkan bisa melihat semu merah di pipinya. Ariana ternganga tidak percaya mendapatkan mimpi yang sama dengan majikannya.

"Anda mungkin bermimpi pak Andreas." ujar Ariana gugup.

"Ya aku memang bermimpi, tapi mimpi itu sungguh seperti nyata."

Ariana menelan ludah dengah susah payah karena tenggorokannya tiba-tiba mengering. Jantungnya berdebar, jangan katakan apapun tentang mimpi itu please. Batinnya.

"Oh seperti itu, saya masuk dulu pak."

Ariana tidak ingin mendengar Andreas bercerita mengenai mimpinya.

"Tunggu!" Andreas menahan Ariana. Ariana berhenti.

"Kamu tidak ingin tahu seperti apa mimpiku itu?"

"Maaf pak, tapi saya..

Ariana tidak melanjutkan kalimatnya. Ia justru berdebar karena Andreas mendekatinya, dan sekarang jarak mereka hanya beberapa inci saja.

"Sepertinya kamu tahu apa yang ingin aku katakan."

"Tidak!" tukas Ariana cepat.
Sekarang kakinya gemetaran, majikannya ini benar-benar memiliki kekuatan yang mampu menarik hasrat Ariana ke arus apapun.

Ariana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang