BAB5 Terjebak.

7.3K 642 10
                                    


Sekarang Alegra entah berada di mana, tempat ini sangat jauh dan asing. Alegra benar-benar takut, ia ingin pulang.

"takut!! littel rabbit?". Sebuah pertanyaan yang lebih terdengar seperti pernyataan.

Dias lah yang sudah membawa Alegra, membawanya paksa dari teman-teman Alegra.

Alegra menunduk takut, dia bahkan tak berani menatap wajah Dias yang tengah berdiri di depanya.

Alegra berada di sebuah rumah yang cukup besar namun berada jauh dari keramaian, rumah besar ini di kelilingi hutan.

Pikiran Alegra tak lagi berfungsi dengan baik, ia memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi. Bayangkan Alegra di kepung banyak pria Brandalan dan dia hanya sendirian tanpa satupun orang yang ia kenal.

"Alegra Alinda Riska, murid pindahan dari Bandung yang baru masuk 4 hari ini". Zidan membaca data Alegra yang berhasil ia retas dari data sekolah.

Alegra semakin memejamkan matanya takut, ia bahkan tak berani menatap orang-orang yang berada di dalam ruangan ini.

"Perkenalan yang menyenangkan, Alegra!". Dias berucap tenang, suaranya halus namun tegas.

Alegra sudah tidak kuat lagi, ia menumpahkan semua ketakutanya, dia menangis sambil menunduk takut.

"hiks_ hiks". Hanya suara isakan kecil yang terdengar dari mulut Alegra.

Dia benar-benar merasa menyesal telah memasuki pintu itu, dan sekarang ia tengah terancam hanya karena rasa penasaranya.

"Kenapa menangis, kita bahkan belum memulai permainan?". Dias berjalan mendekat kearah Alegra, tanganya meraup dagu Alegra agar mendongak menatapnya.

"ma_maaf". Ucap Alegra dengan suara gemetar takut.

Di depanya wajah Dias terpampang dingin tanpa ekspresi, tak lupa mata tajam yang seolah dapat mengghunus melukai lawannya.

"Gue terima". Dias hanya menjawab singkat ucapan maaf dari Alegra.

"Tapi permainan tetap berjalan". lanjutnya diiringi senyum miring yang benar-benar menakutkan dimata Alegra.

Alegra menggeleng takut, wajahnya masih mendongak karena Dias belum melepaskan cengkraman di dagunya. Air matanya bahkan masih mengalir deras.

Suara isak tangis Alegra semakin terdengar kencang saat ia merasakan tangan Dias mulai membuka kancing teratas seragamnya.

Kepalnya menggeleng kuat, monolak perlakuan Dias. "Aku mohon aku minta maaf!!". Alegra berucap lirih, tangannya berusaha menggenggam pergelangan tangan Dias.

Dias tak perduli, ia mengabaikan perkataan Alegra, bahkan ia terus melanjutkan kegiatanya.

Semua yang berada di ruangan ini hanya diam tak berani menolong Alegra, mereka memilih menonton tanpa protes.

Mereka juga tak ingin ikut terseret kedalam masalah Alegra, Dias bukanlah orang penyabar yang mudah memaafkan. Bahkan mungkin tak akan ada kata maaf bagi Dias.

Mereka semua hanya bisa menulikan telinga mendengar tangis dan jerit pilu Alegra, solah-olah tak ada apa-apa yang terjadi.

Saga menginstuksi Anggota lainya untuk segera keluar dari ruangan ini, mengabaikan apa yang tengah terjadi.

ZEUS || DIAS √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang