Setelah sesi makan malam dan mengobrol ringan di rumah Alegra tadi, Dias langsung berpamitan untuk pulang.
Motor Dias melaju meninggalkan komplek perumahan Alegra, Jalanan yang ia lalui sangat sempit dan kumuh. Dias tiba di sebuah rumah rusun dekat perkampungan yang jauh dari keramian kota.
Motornya ia parkirkan di sembarang tempat tanpa takut kehilangan. Karena Dias yakin tak akan ada yang berani mengambil motornya disaat ia sendiri selalu di awasi.
Dias berjalan masuk kerumah rusun itu, ia tersenyum singkat dan mengguk kala ada yang menyapanya.
Ia samapi di pintu kamar nomor 19, tanpa fikir panajng Dias membuka pintu tersebut. Melangkah masuk kedalam.
Behitu memasuki kamar nomor 19 miliknya matanya langsung di suguhi seliut orang yang sudah membuatnya jengah.
"Tuan muda_".
Sapaan itu terpotong begitu saja kala Dias dengan malas membanting tasnya di lantai, "Gue capek, balik aja!!". Tuturnya dengan suara dingin.
Seorang pria berusia sekitar 37 tahun tengah meneguk ludahnya kasar kala mendengar kalimat barusan dari tuan mudanya, memang istilah buah jatuh tidak jauh dari pohonya itu memang nyata.
Dias adalah duplikat dari tuannya, sama-sama tak bisa di tolak kata-katanya. Namun kali ini ia tak bisa menyerah jika ia menyerah maka bisa di pastikan mungkin ia tak akan bekerja lagi besok.
Dengan sisa keberanianya pria tadi kembali berucap, "Tuan besar ingin bertemu anda, sudah 3 tahun anda tidak pulang beliau sangat merindukan anda". Dengan sopan pria tadi mengutarakan pesan yang tuanya titipkan padanya.
"Beri tahu tuanmu Jhon, Hidup gue udah cukup bahagia jangan di ganggu". Dias menghunuskan tatapan tajamnya itu kearah pria yang tadi dia panggil Jhon.
"Taun Ricard berpesan jika anda tak pulang maka dia sendiri yang akan menemui anda". Pada akhirnya Jhon mengalah, ia mundur jika harus membujuk Dias sama halnya merayu Batu, hanya akan diam tanpa pergerakan.
Jhon berjalan menuju pintu keluar, ia sudah tidak tahan satu ruangan dengan tatapan tajam anak dari taunya itu. "Bilang dengan Tuanmu Jangan lagi mengerusi hidupku, urus saja hidupnya". setelah mengatakan kalimat barusan Dias langsung menutup pintu rumahnya.
Dias melepas bajunya membiarkan tubuh atasnya sirtles memperlihatkan perut sispex nya, tak lupa dengan tato phoenix yang terpahat sempurna di dada kirinya kemudian ia merebahkan tubuh kekarnya di atas ranjang.
Tatpanya menerawang jauh, mengingat kejadian belasan tahun lalu, Dias tak pernah tau siapa ibunya yang ia tau hanya seorang wanita tua bernama Olive. wanita berdarah Italia itulah yang selalu Dias liat sedari kecil.
Dias tak tau seperti apa rupa ibunya, cantik kah, putih kah, atau tinggi kah Dias tak pernah tau.
Ayahnya merupakan seorang pria berdarah Italia sama seperti Olive pengasuhnya, Dias jarang bertemu Ayahnya dalam setahun mungkin hanya 2 kali Dias bertemu dengan pria itu.
Hidup Dias terlalu rumit untuk di deskripsikan, Ayahnya merupakan pengusaha dan mafia kondang di negara asalnya Italia.
Sejak kecil Dias sudah terbiasa tanpa orang tua hanya Olive lah yang ia miliki, namun sayang wanita tua itu harus kembali ke negara asalnya saat usia Dias menijak 14 tahun.
Sebulan setelah kepergian Olive ayahnya pulang bersama seorang wanita yang usiany terlihat lebih muda dari sang ayah. Dias acuh dan tak peduli samapi akhirnya Ricard sang Ayah bilang jika wanita tersebut akan menjadi ibunya.
Dias masih diam tak masalah toh itu bukan hidupnya, Ayahnya dan wanita itu yang akan menjalani ia hanya perlu mengatakan kata iya tak lebih.
Entah pernikahan macam apa yang Ayahnya jalani, yang jelas Dias hanya melihat mereka seperti orang asing.
3 bulan berlalu Ayahnya mulai pergi keluar negri lagi meninggalkan Dias dan wanita aneh itu diruamah. Wanita itu benar-benar membuat Dias muak, setiap hari wanita itu selalu mengusiknya menggangunya, dan nenganggap Dias seoalh prinya.
Dias marah kala wanita itu dengan berani ingin menciumnya, namun dengan kasar Dias menepis dan nenarik kasar rambut wanita itu.
Dias dengan tidak peduli menghempaskan kasar tubuh wanita itu kelantai, ia masih ingat bahawa ia berkata kepada wanita itu untuk menjaga sikapnya jika tidak ingin mati.
Tidak lama dari kejadian itu ayahnya pulang memarahinya tanpa sebab, Dias hanya diam enggan membela diri.
Ia hanya melontarkan sedikit kalimat Saya tak butuh dia tapi anda Dias masih merekam jelas kliamat itu terlontar untuk ayahnya.
"selama 14 tahun saya diam, saya tak pernah bertanya dan merengek kepada anda tuan Ricard". Tutur Dias kala itu.
Ricard diam menunggu kalimat apa yang akan di keluarkan putra tunggalnya itu, "Saya tau saya mungkin bukan putra anda, saya juga tak akan memelas hanya demi perhatian tak berarti anda, jadi tolong jangan pakasa saya untuk menerima dia. Karna sejujurnya saya tak juga menerima anda". Di usianya yang masih 14 tahun tanpa bimbingan siapa-siapa Dias melontarkan perasaan yang telah ia pendam.
Ricard menarik nafasnya panjang, "Kamu putra saya, dan kamu harus menerima Dia sebagi mama kamu". Ricard tetap kekuh dengan keputusanya, ia bahakn mengabiakan sang putra.
Pria dengan aura dingin itu melangkah berniat pergi namun urung kala mendengar lontaran kaliamt sang putra, "Saya saja tidak tau yang mana Ibu saya, dan yang mana Ayah saya. Lalu anda menyuruh saya untuk menganggap orang asing sebagai ibu saya, apa yang sebenarnya anda fikirkan tuan Ricard". Seringai tipis itu mengiringi rentetan kaimat yang Dias ucapkan untuk sang Ayah.
"DIAS R. LINGGA JAGA MULUT KAMU, AYAH ADALAH AYAH KAMU JANGA BERLAGAK BODOH". Ricard tersulut emosi kala Dias dengan enteng mengatakan bahawa ia bukan Ayahanya.
Bahkan sangking kalapnya Ricard menonjok Dias, Dias masih tak bergeming kala mendapat bogeman di pipi kirinya. "Kalu begitu tunjukan yang mana ibu dan ayah saya??". Bukanya takut Dias palah semakin menantang sang ayah.
"Sedari kecil saya hanya hidup bersama Olive, saya hanya menganggap anada sebagai orang asing". Dias mengutarakan kaliamat barusan seraya menatap sang ayah dingin.
"beri tahu saya di mana ibu saya?". Ujarnya masih dengan menatap Ricard dingin.
Ricard diam ia tak bisa mebjawab pertanyaan terakhir dari Dias, "Pergi kekamarmu jangan sampai aku hilang kontrol Dias!!". Serun Ricard menatap Dias tak kalah dinginya.
"Tenang saja saya akan pergi, tata hidup baru anda dan jangan ganggu saya". setelah mengucakpan kaliamat barusan Dias benar-benar pergi dari hadapan Ricad dan dari masion megah itu. Hingga sekarang ia tak pernah menginjakan kakinya kembali kerumah masa suramnya itu.
Dias menghela nafas berat ketika fikiranya kembali mengulang kemasa buruk itu, "Johana Andela". Gumam Dias kemudian matanya terasa berat, tanpa sadra ia tertidur dengan memeluk sebuah poto usang.
Follow IG @dandeliona_02
Hallo gimana kabarnya?.
Aduh maaf banget ya, udh lama gak up. Btw makasih ya buat segala komen dan votenya :)
Biat masalah typo, aduhh mumet aku juga. Tp sesegera mungkin di perbarui.
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
ZEUS || DIAS √
Chick-LitUp setiap hari °© Dalam mitologi Yunani Dias adalah nama lain dari Zeus yang memilik makna Raja dari para Dewa. Namun itu menurut mitologi kuno, di Era sekarang ini Dias bukan lagi Raja para Dewa. melainkan Rajanya dari segala kelompok Dunia Hitam. ...