Ditinggal seminggu cuma sama mbanya membuat Abram benar-benar tertindas lahir batin. Benar kata Jeon kalau bungsu adalah kepanjangan dari 'Budak Nelongsu'. Sekarang Abram benar-benar merasakannya.Padahal Abram harus memikirkan rencana, karena besok sudah gilirannya menunjukan perjuangan. Tapi, di sabtu pagi menuju siang ini bahkan dia bangun dengan perut kelaparan dan mendapati sang kakak sedang marathon drama di ruang tengah. Masih dengan piyama dan rambut yang dicepol asal. Bahkan Abram masih melihat sedikit jejak dari air liur yang sudah mengering di salah satu sudut bibirnya. Sekarang Abram tau kenapa, meskipun cantik dan punya badan bak seorang model, Bina masih menjomblo hingga saat ini.
Kaki jenjangnya asik bertengger diatas meja. Mulutnya asik mengunyah snack --yang mungkin snack keempat dari sisa bungkusnya yang berserakan dilantai yang Abram hitung. Sedang matanya tidak terlepas dari layar televisi. Sesekali tersenyum dan tertawa bak orang gila.
Andaikan Abram lahir lebih dulu, Abram akan menghampirinya sambil marah-marah dan menoyor kepalanya beberapa kali lalu menyuruhnya memberesakan seisi rumah. Pemuda itu tersenyum membayangkan Bina memakai daster dengan rambut dikepang dua, sebuah lap kotor bertengger di salah satu bahunya dan wajahnya menandakan kesengsaraan. Senyumnya luntur ketika ia kembali ke kenyataan.
Abram mendekat, menjatuhkan bokong tipisnya tepat disebelah kakak kandungnya yang masih tak bergeming dari tontonannya. Abram merajuk, kekuatan anak bontot.
"Mba, Abram laper. Mba gak ke pasar terus masak?"
Mana ada mbanya itu menoleh sambil tersenyum lalu mengelus kepalanya sambil bilang dengan lembut 'Aduh si bontot lapar, sebentar yah mba siapin makanan'
Bina justru mendelik setelah mempause tontonannya dan berbicara dengan ketus, "Please deh Bam, kita gak hidup dijaman purba. Mesen pakai ojek online kan bisa. Mba cuma libur sabtu-minggu, mba ketinggalan banyak episode. Nanti mba gak bisa masuk ke obrolan temen-temen mba."
Abram membanting punggungnya kesandaran sofa, merebut snack yang masih utuh dan memakannya dengan barbar, sengaja membuat kebisingan. Bina sontak menendang-nendang sang adik dengan kaki jenjangnya, "Bambam ih! Ini bentar lagi scene yang jadi banyak pembicaraan. Jangan berisik! Pergi!"
Abram tak gentar, ia menghindar dan semakin menggunakan kekuatan giginya untuk menghancurkan keripik didalam mulutnya. Namun, tetap saja Bina yang menang. Meskipun perempuan, Bina lebih rajin berolahraga dibanding sang adik. Sekarang, perkelahian berakhir dengan Abram berada dalam kungkungan Bina, tangan mbanya itu melingkar sambil membekap mulutnya dan matanya kembali fokus pada dramanya.
"Okey dokey yoo its the true, yes!"
Adegan yang dimaksud muncul, mata Bina berbinar, ia tersenyum lalu tertawa, wajahnya terlihat merona. Abram menatap layar lalu menatap mbanya tak percaya. Bina mengabaikan kentalnya darah demi melihat scene aneh pemuda dengan kolor loreng yang berjoget? --Karena Abram lelaki tulen, kita skip bagian wajah tampan dan perut berotot sang aktor-- Oh astaga! Abram sungguh tak habis fikir.
Ketika Bina sudah melepas rengkuhannya dan tengah asik sendiri, Abram memilih beranjak dari tempatnya sebelum sang mba mengeluarkan suara.
"Kamu mau pesen makanan Bam? Sekalian nasi padang buat mba, terus nanti setelah makan jangan lupa cuci baju, itung-itung belajar jadi bapak rumah tangga yang baik." Ucap Bina panjang lebar diakhiri dengan cengiran tak berdosanya. Si pemuda mendecih,
"Punya hape juga kan? Pesen aja sendiri! Kalau untuk nyuci, kiti ini bikin hidip dijimin pirbi mbi. Buat apa ada kang Laundry? Laundry sekalian tuh si loreng!" Balas Abram telak.
Bina memutar bola matanya, medengus kasar, "Dasar ade durhaka, kamu tuh gak tau yang Bam si Seojun lagi diidam-idamkan para kaum hawa penghuni bumi."
"Hah? Apa? Suudzon?"
Keesokan harinya, Abram harus menelan kembali perkataannya soal si aneh dengan kolor loreng. Berbekal perkataan mbanya soal bagaimana si aktor diidamkan banyak kaum hawa belakangan ini dan fakta mengenai
Bahwa Nalalisa-nya adalah bagian dari kaum hawa yang mengidamkannya, terlihat dari status whatsapp Rose yang menunjukan kalau keduanya juga menonton drama yang sama dengan Bina.Abram menghela nafas berat, memperhatikan penampilannya didepan cermin. Tubuh kurusnya kini hanya terbalut jubah mandi dan kolor loreng seharga sepuluh ribu hasil cod-an kemarin sore.
Pemuda itu beralih pada ponselnya, Bina sudah mengirim pesan kalau Lisa dan dirinya sudah ada diruang tengah. Bina ikut andil dalam membantu rencananya kali ini, bahkan dia berdalih mengundang Lisa untuk menunjukan make up yang baru ia beli dan saling mendandani, mengenang saat dulu rumah mereka masih bersebelahan. Bina juga menambahkan dalam pesannya kalau Lisa tumbuh semakin cantik dan semakin tidak cocok dengan Abram. Mbanya itu memang tidak suka makan wortel sejak kecil maka dari itu matanya bermasalah. Jelas-jelas, Abram dan Nalalisa tuh cocok banget bersanding di kartu undangan.
Abram memperhatikan sekali lagi potongan video yang dikirim Bina sebelum keluar, Abram hanya perlu berjoget diiringi musik dan menyirami kepalanya dengan air. Ah, Abram jadi mengingat kegagalan Jeff beberapa waktu lalu.
Oke Bram tenang, hanya butuh menebalkan wajah dan menghilangkan rasa malu sebentar saja. Hadiahnya Lisa akan terpikat.
Dengan diawali Alhamdulillah Abram melaksanakan aksinya.
"Okey dokey yoo its the true, yes!"
Kalau tau Lisa justru merekamnya dan membagikannya ke yang lain pada esok harinya, Abram takan melakukannya.
Sontak sepulang sekolah Abram langsung mencak mencak.
"MBA! MBA BOHONG KAN! MANA ADA SI NALA JADI TERPIKAT?!"
"Mana mba tau kalau Nala tim Suho. Gapapa Bam yang penting dia ketawa, kamu tau kan istilah dari ketawa turun ke hati."
"BODOAMAT MBA! BAMBAM MAU MOGOK MAKAN!"
"Bagus dong, pengeluaran rumah tangga berkurang."
Batu betangkup tolong telan mba Bina.
*****
Kalian tim saha?
Jangan lupa tekan bintang dan tinggalkan komentar sebagai bentuk apresiasi
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMBILAN TOEDJOH
Teen FictionKisah perjuangan para pemuda tampan demi memikat hati Lisa, si pemilik manik Bambi dan gummy smile mempesona. Abram yang kerap disapa Bambam yang sadar Lisa --pujaan hatinya sejak masa kanak-kanak--tak dapat diperjuangkan sendirian, mencetuskan pem...