Hao days datang. Semula dia ingin menggunakan tingkat kelucuannya sebagai daya tarik. Namun, setelah difikirkan lagi kemungkinan besar dia akan kalah dengan Dicky atau Juna yang tingkat kelucuannya setara dengan seonggok Minggu.
Hao ingin melakukan hal yang sederhana saja, karena kalau dilihat dari yang sebelum-sebelumnya, improvisasi tebar pesona tidak jauh lebih penting dari pada mengamankan Jeon yang kerap mengacau.
Semula yang lain menawarkan untuk menjaga bocah satu itu, tapi pemuda sipit itu memikirkan dampaknya. Bagaimana pun mereka tetap lawan, terlebih tiga pemuda sebelumnya akan berfikir untuk membuat yang lain bernasib sama seperti mereka. Tepuk tangan untuk Hao yang pintar.
Beruntung pemuda berdarah campuran Chinese itu cukup terlatih dalam hal bersaing. Lawannya bisa dibuat gulung tikar. Meskipun persaingan merebut hati Lisa tetap tidak bisa disamakan dengan persaingan toko kelontong keluarganya.
Hao memutuskan untuk membuat Jeon tetap berada pada jangkauannya agar ia bisa mengawasi gerak-geriknya.
"Jeon gue punya tantangan buat lu." pemuda yang tengah asik mengscroll beberapa model akuarium di platform toko online pada ponselnya itu hanya menggumamkan tanya tanpa menoleh pada Hao. Beberapa hari yang lalu bundanya membeli ikan Koi baru. Seokjin sudah cukup umur untuk tidak dibiarkan lagi hidup sendiri dan tentu membutuhkan tempat tinggal yang lebih besar. Bundanya lebih berharap pada Seokjin perihal cucu, dibandingkan mengharapkan Sehan--sang abang pertama, yang gebetannya bejibun tapi tak kunjung ada yang di seriusi. Fakboy banget emang, beda sama Jeon-- pemuda tipe triple S satu L alias Setia Selalu Sama Lisa.
Ikan Koi pasangan Seokjin dinamakan Jisoo. Semenjak menikah dengan ayahnya dan dipastikan kehaluannya harus berakhir saat itu, dari penganut Bias is mine garis keterlaluan, bundanya menjadi penganut keuwuan kapal-kapalan.
Oke, kembali pada yang punya hajat.
"Jadi gini, gue tantang lu supaya tetap diem disamping gue selama gue lagi melakukan tugas negara, gimana?"
Jeon kini menoleh dengan hidung yang ikut mengerut seiring dengan kerutan didahinya, "Bagaimana bisa gue diem aja saat negara butuh bantuan, meskipun nama dan muka gue kekorean gue tetap pemuda berdarah asli Indonesia yang wajib membela tanah air sampai titik darah penghabisan. Meski bunda gue blood sweat and tears, gue tetap ampar-ampar pisang."
Hao memutar bola matanya jengah, "Pokoknya lu diem aja disamping gue, nanti gue kasih susu pisang sama monyet-monyetnya sekalian."
"Kenapa gak minta sepasang kura-kura aja Jeon?" pemuda bergigi kelinci itu kembali menautkan alisnya, "Kura-kura Jun?" tanyanya sambil menelengkan kepalanya kearah sang pembicara. Hal biasa yang pemuda itu lakukan bila sedang bingung atau penasaran akan sesuatu.
"Iyah, biar nanti dinamain Joko sama Wulan. Nanti kan tetanggaan tuh sama Jisoo dan Seokjin. Kalau sinetron judulnya Tetangga masa gitu, kalau ini judulnya Tetangga kaya hewan tuh!"
"Kan emang hewan pea!"
"Tetangga gue manusia tapi kaya hewan masa!"
Hari keberuntungan Hao. Ibunya Yoga yang harusnya mengisi pelajaran tidak masuk karena sakit. Kayanya lebih tepatnya sakit karena pusing punya anak kaya Yoga. Hao tidak perlu menunggu jam istirahat yang kemungkinan akan sulit juga untuk nahan Lisa yang demen makan untuk gak ke kantin.
Hao duduk disamping Lisa setelah menyuruh Jeon duduk di tempat sebelahnya. Kalau jam kosong, Rose mah udah melipir ke tempatnya Teyo, ngegangguin calon adik iparnya itu sama si Abram.
"Lis, udah dapet lagu buat tes penerimaan anggota dance nanti?" Lisa yang semula lagi nyoret-nyoret kertas sambil mikirin koreo pun menoleh, "Belum nih gue juga bingung, lu mau ikut juga?"
"Kagak Lis, gue mau ambil eskul basket aja. Oh yah, gue ada rekomendasi lagu nih. City girlnya Chris Brown. Kayanya bakal pas buat lu. Kita denger bareng-bareng, bentar dulu--" Hao mulai merogoh saku celana seragamnya, mengeluarkan ponsel dan earphone yang terlilit.
Lisa menunggu sambil memperhatikan bagaimana tangan Hao dan mata minimalisnya fokus merenggangkan rentangan kabel yang saling membelit itu.
"Gue taruh serapi apapun tetap aja ngebelit kaya gini. Kerasukan jelmaan ular apa gimana?" gumam Hao sambil terus berusaha. Konspirasi yang belum terpecahkan.
Diakhir keputusasaannya, Hao mulai menoleh pada Jeon yang duduk tepat disamping tempatnya. Saking lamanya Hao bergulat dengan earphonenya Lisa sampai tak lagi memperhatikannya dan sudah kembali asik nyorat-nyoret kertas atau menimpali keributan Minggu didepan kelas.
"Lu pegang ujung sini, gue cari ujung yang ininya dulu." titah Hao lalu kembali serius menekuni kegiatannya, hingga--
"JEON! KAN GUE BILANG PEGANGIN BUKAN DITARIK!"
Yang diteriaki cuma diam, mengingat kesepakatan keduanya sebelumnya. Jeon mana mau kalah dan merelakan hadiah yang telah dijanjikan.
Lisa melongok dari balik punggung Hao, yang memandangi satu bagian headset yang tertinggal ditangannya dengan nanar, "Woah, siapa yang bikin sampai kebelah dua begini? Kuat juga. Lu, apa Jeon?"
Mendengar Lisa justru memuji dengan pandangan takjub membuat Hao seketika berbicara dengan dada membusung penuh kebanggaan, "Gue Lis, kuat kan gue? Mutusin earphone mah segampang kaya mutusin buat hidup bareng---"
"OH! JADI LU YANG MUTUSIN EARPHONE GUE! DIKASIH PINJEM GAK TAU DIRI YAH HAO!!"
Mampus.
******
Say hello to Mr. Seokjin dan Mrs. Jisoo
Behind the scene:
Seokjin: mau juga debut bareng ade-ade gemes dong
afya: Jadi apa aja gapapa yah bang?
Seokjin: Oke, asal jangan dibiarin jomblo yah
Jangan lupa tekan Bintang dan tinggalkan komentar sebagai bentuk apresiasi
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMBILAN TOEDJOH
Teen FictionKisah perjuangan para pemuda tampan demi memikat hati Lisa, si pemilik manik Bambi dan gummy smile mempesona. Abram yang kerap disapa Bambam yang sadar Lisa --pujaan hatinya sejak masa kanak-kanak--tak dapat diperjuangkan sendirian, mencetuskan pem...